Artikel Terbaru: |
loading...
Membedakan Kata Sapaan dengan Kata Acuan-- Kata Sapaan
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini !
1. Silakan duduk, Pak Budi!
2. Dik, tolong ambilkan buku itu!
Kata bercetak miring dalam kedua kalimat tersebut merupakan contoh kata sapaan. Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang yang diajak berbicara atau berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Kata sapaan dapat berupa istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, kakak, atau saudara. Kata sapaan dapat berupa nama jabatan atau pangkat, seperti: profesor, dokter, suster, atau kapten.
Aturan penulisan kata sapaan:
1. Huruf awal kata sapaan ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Yah,kami berangkat ke sekolah!
Silakan masuk, Bu!
2.Apabila diikuti nama diri, sapaan dapat disingkat atau ditulis lengkap.
Contoh:
Silakan menikmati hidangan ini, Bu Siti!
Silakan menikmati hidangan ini, Ibu Siti!
3.Bentuk sapaan singkat dapat dipakai jika tidak disertai nama diri.
Contoh:
Sebenarnya adik saya ini sakit apa, Dok?
Kak, sebaiknya kita lewat jalan itu!
4. Bentuk sapaan ditulis dengan diikuti atau diawali tanda koma.
Contoh:
Bu, kapan kita menengok nenek?
Apakah saya boleh membelibuku ini, Pak?
Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut!
1. Yang terhormat Kepala SMP Nusantara, kami mohon untuk memberi sambutan.
2. Yang mulia Sultan Hamengku Buwono meresmikan monumen ini.
3. Hadirin yang berbahagia, selamat datang di tempat ini.
4. Anak-anakku yang tercinta, marilah kita panjatkan doa bersama-sama.
Kata-kata bercetak miring pada keempat kalimat tersebut dalam bahasa lndonesia disebut kata sapaan hormat. Kata sapaan hormat tidak perlu diikuti nama orang dan tidak perlu diikuti kata "Bapak/Ibu".
Kata Acuan
Perhatikan pula kedua contoh kalimat-berikut!
1. Bagaimana kabar paman dan bibi di Jakarta?
2. Adik pergi ke rumah temannya sejak tadi pagi.
Kedua kata bercetak miring pada kedua kalimat tersebut disebut kata acuan. Kata acuan dalam kedua
kalimat tersebut digunakan untuk mengacu atau merujuk kepada orang yang dibicarakan. Kata acuan berkaitan pula dengan istilah kekerabatan seperti: bapak, ibu, kakak, saudara, dan nama jabatan serta pangkat, seperti profesor, dokter, atau kapten. Kata acuan yang tidak terdapat pada awal kalimat, huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf kapital.
Kata acuan juga biasa digunakan untuk mengacu hal-hal di bawah ini.
a. Sesuatu yang diketahui atau dikenal oleh pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Adisty pergi ke rumah kepala sekolah.
b. Sesuatu yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
Saya membeli bolpoin, Entah di mana bolpoin itu sekarang.
Coba perhatikan kalimat berikut ini!
1. Teman-teman selalu menjuluki Nunik si ratu komik.
2. Doni sering dipanggil si gendut oleh teman-temannya.
Pada kedua kalimat tersebut kata-kata panggilan sama dengan julukan. Seseorang biasanya memiliki kata panggilan atau julukan karena ia mempunyai kelebihan, kekhasan, dan keunikan dalam hal atau bidang tertentu yang membedakannya dengan orang lain. Misalnya, Nunik dalam kalimat (1) mempunyai julukan si ratu komik. Ia mendapat julukan itu karena mempunyai koleksi banyak komik dan mempunyai kegemaran membaca komik. Doni pada kalimat (2) mempunyai panggilan si gendut. Ia mendapat panggilan itu karena Doni bertubuh gendut.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini !
1. Silakan duduk, Pak Budi!
2. Dik, tolong ambilkan buku itu!
Kata bercetak miring dalam kedua kalimat tersebut merupakan contoh kata sapaan. Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang yang diajak berbicara atau berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Kata sapaan dapat berupa istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, kakak, atau saudara. Kata sapaan dapat berupa nama jabatan atau pangkat, seperti: profesor, dokter, suster, atau kapten.
Aturan penulisan kata sapaan:
1. Huruf awal kata sapaan ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Yah,kami berangkat ke sekolah!
Silakan masuk, Bu!
2.Apabila diikuti nama diri, sapaan dapat disingkat atau ditulis lengkap.
Contoh:
Silakan menikmati hidangan ini, Bu Siti!
Silakan menikmati hidangan ini, Ibu Siti!
3.Bentuk sapaan singkat dapat dipakai jika tidak disertai nama diri.
Contoh:
Sebenarnya adik saya ini sakit apa, Dok?
Kak, sebaiknya kita lewat jalan itu!
4. Bentuk sapaan ditulis dengan diikuti atau diawali tanda koma.
Contoh:
Bu, kapan kita menengok nenek?
Apakah saya boleh membelibuku ini, Pak?
Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut!
1. Yang terhormat Kepala SMP Nusantara, kami mohon untuk memberi sambutan.
2. Yang mulia Sultan Hamengku Buwono meresmikan monumen ini.
3. Hadirin yang berbahagia, selamat datang di tempat ini.
4. Anak-anakku yang tercinta, marilah kita panjatkan doa bersama-sama.
Kata-kata bercetak miring pada keempat kalimat tersebut dalam bahasa lndonesia disebut kata sapaan hormat. Kata sapaan hormat tidak perlu diikuti nama orang dan tidak perlu diikuti kata "Bapak/Ibu".
Kata Acuan
Perhatikan pula kedua contoh kalimat-berikut!
1. Bagaimana kabar paman dan bibi di Jakarta?
2. Adik pergi ke rumah temannya sejak tadi pagi.
Kedua kata bercetak miring pada kedua kalimat tersebut disebut kata acuan. Kata acuan dalam kedua
kalimat tersebut digunakan untuk mengacu atau merujuk kepada orang yang dibicarakan. Kata acuan berkaitan pula dengan istilah kekerabatan seperti: bapak, ibu, kakak, saudara, dan nama jabatan serta pangkat, seperti profesor, dokter, atau kapten. Kata acuan yang tidak terdapat pada awal kalimat, huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf kapital.
Kata acuan juga biasa digunakan untuk mengacu hal-hal di bawah ini.
a. Sesuatu yang diketahui atau dikenal oleh pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Adisty pergi ke rumah kepala sekolah.
b. Sesuatu yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
Saya membeli bolpoin, Entah di mana bolpoin itu sekarang.
Coba perhatikan kalimat berikut ini!
1. Teman-teman selalu menjuluki Nunik si ratu komik.
2. Doni sering dipanggil si gendut oleh teman-temannya.
Pada kedua kalimat tersebut kata-kata panggilan sama dengan julukan. Seseorang biasanya memiliki kata panggilan atau julukan karena ia mempunyai kelebihan, kekhasan, dan keunikan dalam hal atau bidang tertentu yang membedakannya dengan orang lain. Misalnya, Nunik dalam kalimat (1) mempunyai julukan si ratu komik. Ia mendapat julukan itu karena mempunyai koleksi banyak komik dan mempunyai kegemaran membaca komik. Doni pada kalimat (2) mempunyai panggilan si gendut. Ia mendapat panggilan itu karena Doni bertubuh gendut.