loading...

Siswa Terbaik Bulan Ini (September 2012)

Siswa Terbaik Bulan Ini (September 2012)--
Sebagaimana tahun sebelumnya, siswa terbaik dipilih dari kelompok terbaik bulan ini berdasarkan keaktifan kalian di kelas berdasarkan banyaknya perolehan bintang.

Kelas VIIIA: Kelompok 1: Lelayani (9,0)
Kelas VIIIB: Kelompok 4: Tina Ardilawati (8,5)
Kelas IXA: Kelompok 2: Jum'atini (8,2)
Kelas IXB: Kelompok 2: Noor Apriliayani (9,4)

Selamat buat yang terpilih dan buat yang belum terpilih masih ada kesempatan.........

GWS For Khusnul Khatimah: Murid Saya, Adik dan Teman Kalian, Khusnul Khatimah, Saat Ini Sedang Kritis.

GWS For Khusnul Khatimah: Murid Saya, Adik dan Teman Kalian, Khusnul Khatimah, Saat Ini Sedang Kritis.--

Murid saya, adik dan teman kalian, Khusnul Khatimah (murid saya di kelas VII TP 2010/2011, sekarang sudah kelas IX SMP Hasbunallah), saat ini sedang kritis.
Berdasakan info dari Elly Safitri (yang menambahkan saya ke grup GWS For Khusnul Khatimah), kemarin malam (malam Sabtu), mengalami kecelakaan sekitar pukul 21.30 WITA di daerah Kelurahan Mabuun.
Saat ini keadaannya sedang kritis/koma. Ia mengalami cedera di kaki, tangan, dan kepala. Elly juga menginformasikan bahwa kaki kanan dan tangan kiri Unul (panggilan Khusnul Khatimah) patah, kepalanya mengalami benturan keras saat kecelakan tersebut.

Untuk kalian yang membaca arsip ini, minta doa dan dukungan buat Khusnul agar segera berkumpul dengan sahabat dan guru-guru serta menuntaskan tugasnya sebagai pelajar di jenjang SMP yang ia jalani sekarang.
"Kamu harus kuat, Unul...."-_-


Unul........,
Bapak, guru-guru, teman-teman, dan kakak-kakak kelas (alumni), berharap semoga kamu segera sadar dan sembuh.
Semoga Allah SWT mendengar doa-doa kami.

Profil Facebook Khusnul:
https://www.facebook.com/khusnul.khatimah.5891

Grup GWS For Khusnul Khatimah:
https://www.facebook.com/groups/100209263471429/

Akhirnya, Perjalanan Itu Mencapai Titiknya

Akhirnya, Perjalanan Itu Mencapai Titiknya--

No comment

Saat kuliah

Saat kuliah

Saat sidang

Saat wisuda

Saat wisuda

Saat yudisium

Saat yudisium

Saat yudisium

Saat yudisium

Saat wisuda

Saat wisuda S-1

Saya faham perjalanan itu memang melelahkan
Saya sadar perjalanan itu memang memerlukan pengorbanan
Saya ikhlas perjalanan itu memang perlu pilihan
Tapi yang pasti, perjalanan itu menjadi bagian yang akan selalu saya rindukan

Memori
Juli 2010-September 2012

Materi Pelajaran B.Indonesia Terkait Kesastraan (Sastra)

Materi Pelajaran B.Indonesia Terkait Kesastraan (Sastra)-- Pelajaran bahasa Indonesia mencakup materi kebahasaan dan materi kesastraan dengan memperhatikan empat keterampilan berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Berikut materi yang terkait kesastraan (Teori dan Contoh Soal):


Silakan klik judul-judul berikut:

Materi Pelajaran B.Indonesia Terkait Kebahasaan

Materi Pelajaran B.Indonesia Terkait Kebahasaan-- Pelajaran bahasa Indonesia mencakup materi kebahasaan dan materi kesastraan dengan memperhatikan empat keterampilan berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Berikut materi yang terkait kebahasaan (Teori dan Contoh Soal):


Silakan klik judul-judul berikut:

Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII SMP (Kurikulum KTSP)

Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII SMP (Kurikulum KTSP/ K.2006)
Dalam hal belajar, kita harus punya tujuan. Dan inilah tujuan (Kompetensi Dasar) yang hendak kita capai di kelas VII. Selamat belajar dan bagaimana gambaran bentuk soal obyektif-nya, kalian bisa klik di link-nya (Contoh Soal). Dengan demikian, semoga pula, hasil (prestasi) yang kalian dapat nantinya, lebih optimal.

Update:

Semester Ganjil:
  1. Menentukn gagasan utama (Contoh Soal)
  2. Membaca kamus: menemukan makna kata tertentu (Contoh Soal)
  3. Menyimpulkan isi bacaan (Contoh soal)
  4. Menjawab pertanyaan bacaan (Contoh Soal)
  5. Menulis pengalaman pribadi atau buku harian (Contoh soal)
  6. Menulis surat Pribadi (Contoh soal
  7. Menulis pengumuman (Contoh Soal)
  8. Menentukan unsur intrinsik cerita anak (Contoh Soal)
  9. Menentukan unsur intrinsik dongeng (Contoh Soal)
  10. Menulis pantun (Contoh soal)
  11. Menentukan ciri-ciri pantun (Contoh soal)
  12. Menentukan unsur berita: Apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana (Contoh soal)
  13. Keterampilan Lisan:
  14. Menyimpulkan isi berita yang didengar
  15. Menuliskan kembali isi berita yang didengar
  16. Menceritakan pengalaman
  17. Menyampaikan pengumuman secara lisan
  18. Menemukan hal yang menarik dari dongeng yang didengar
  19. Menghubungkan isi dongeng dengan realitas masa kini
  20. Bercerita
  21. Bercerita dengan alat peraga

Semester Genap:
  1. Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/ narasumber yang disampaikan dalam wawancara
  2. Menentukan hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara
  3. Menentukan identitas tokoh, keunggulan, dan alasan mengidolakan tokoh
  4. Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun
  5. Menentukan hal-hal yang dapat diteladani dari kutipan buku biografi
  6. Menemukan gagasan utama dalam teks (Contoh Soal)
  7. Menemukan informasi dalam tabel/diagram
  8. Mengubah teks wawancara menjadi narasi
  9. Menulis pesan singkat (memo) sesuai dengan isi, dengan menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun (Contoh Soal)
  10. Menanggapi cara pembacaan puisi
  11. Merefleksi isi, makna, citraan, dan gaya bahasa dalam puisi yang dibacakan (Contoh Soal)
  12. Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen dengan realitas sosial masa kini (Contoh Soal)
  13. Membaca indah puisi
  14. Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan (Contoh Soal)

Keterampilan Lisan:
  1. Menceritakan tokoh idola
  2. Bertelepon
  3. Bercerita dengan alat peraga
  4. Menanggapi cara pembacaan cerpen
  5. Menjelaskan hub latar sosial cerpen dg realitas kini


Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VIII SMP (Kurikulum KTSP)

Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VIII SMP (Kurikulum KTSP)
Dalam hal belajar, kita harus punya tujuan. Dan inilah tujuan (Kompetensi Dasar) yang hendak kita capai di kelas VIII. Selamat belajar dan bagaimana gambaran bentuk soal obyektif-nya, kalian bisa klik di link-nya (Contoh Soal). Dengan demikian, semoga pula, hasil (prestasi) yang kalian dapat nantinya, lebih optimal.

Update:

Semester Ganjil:
  1. Memahami bacaan, menentukan gagasan utama (Contoh Soal)
  2. Membaca/ Memahami laporan (Contoh soal)
  3. Membaca/ memahami buku ensiklopedi (Contoh soal)
  4. Menulis laporan (Contoh soal)
  5. Membuat pertanyaan wawancara (Contoh Soal)
  6. Menulis surat resmi (Contoh Soal)
  7. Memahami denah (Contoh Soal)
  8. Menulis petunjuk (Contoh soal)
  9. Menulis sinopsis novel (Contoh Soal)
  10. Menentukan unsur intrinsik novel (Contoh Soal)
  11. Menentukan unsur intrinsik drama (Contoh soal)
  12. Menulis drama (Contoh soal)
  13. Keterampilan Lisan:
  14. Menganalisis laporan yang didengar
  15. Menanggapi isi laporan
  16. Berwawancara dengan narasumber
  17. Menyampaikan laporan secara lisan
  18. Menanggapi unsur pementasan drama
  19. Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama
  20. Bermain peran sesuai naskah yang ditulis siswa
  21. Bermain peran sesuai improvisasi

Semester Genap:
  1. Menemukan pokok-pokok berita (Contoh Soal)
  2. Mengemukakan kembali isi berita
  3. Menyampaikan persetujuan, sanggahan dlm diskusi
  4. Membawakan acara
  5. Menemukan masalah utama dari berbagai berita
  6. Menemukan informasi utk bahan diskusi
  7. Membacakan teks berita
  8. Menulis rangkuman (Contoh soal)
  9. Menulis teks berita
  10. Menulis slogan (Contoh), poster (Contoh)
  11. Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (Contoh Soal)
  12. Menjelaskan tema dan latar novel remaja (Contoh Soal)
  13. Mendeskripsikan alur novel remaja
  14. Mengomentari kutipan novel remaja
  15. Menanggapi hal yg menarik dari kutipan novel

Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas IX SMP (Kurikulum KTSP)

Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas IX SMP (Kurikulum KTSP)
Dalam hal belajar, kita harus punya tujuan. Dan inilah tujuan (Kompetensi Dasar) yang hendak kita capai di kelas IX. Selamat belajar dan bagaimana gambaran bentuk soal obyektif-nya, kalian bisa klik di link-nya (Contoh Soal). Dengan demikian, semoga pula, hasil (prestasi) yang kalian dapat nantinya, lebih optimal.

Update:

Semester Ganjil:
  1. Menentukan gagasan utama (Contoh Soal)
  2. Membedakan fakta dan pendapat dalam iklan (Contoh Soal)
  3. Memahami indeks (Contoh Soal)
  4. Menulis iklan baris (Contoh Soal)
  5. Meresensi buku (Contoh soal+Resensi Film)
  6. Menyunting ejaan yg salah, kalimat tidak efektif (Contoh soal)
  7. Menentukan unsur intrinsik cerpen (Contoh soal)
  8. Menulis cerpen (Ringkasan Teori)
  9. Menganalisis Unsur-unsur syair (Contoh Soal), Jenis Rima (Contoh soal dan Penjelasan)
  10. Menyimpulkan isi laporan (Contoh soal)
  11. Menentukan nilai moral dalam cerpen (Contoh soal)
  12. Citraan dalam puisi (Contoh soal)
  13. Jenis rima dalam puisi (Contoh soal)
  14. Keterampilan Lisan:
  15. Menyimpulkan isi dialog interaktif
  16. Mengomentari pendapat narasumber dlm dialog interaktif
  17. Mengkritik dan memuji suatu produk/karya seni
  18. Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa
  19. Menemukan tema dan pesan syair yang didengar
  20. Menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan
  21. Menceritakan kembali isi cerpen secara lisan
  22. Musikalisasi puisi (Ringkasan Materi)

Semester Genap:
  1. Menyimpulkan pesan pidato, ceramah
  2. Memberi komentar ttg isi pidato, ceramah
  3. Berpidato, berceramah, atau berkhotbah
  4. Menerapkan prinsip-prinsip diskusi
  5. Menemukan gagasan dari berbagai artikel/ buku (Contoh Soal)
  6. Mengubah sajian grafik, tabel, bagan menjadi uraian Contoh Soal
  7. Menyimpulkan gagasan utama dg mbc cepat 300 kata (Contoh Soal)
  8. Menulis karya tulis sederhana (Contoh Soal)
  9. Menulis teks pidato, ceramah, atau khotbah (Contoh soal)
  10. Menulis surat pembaca ttg lingkungan sekolah
  11. Menerangkan sifat-sifat tokoh dari novel yg dibacakan
  12. Menjelaskan alur peristiwa novel yg dibacakan
  13. Membahas pementasan drama
  14. Menilai pementasan drama
  15. Mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika dlm novel 20/30-an
  16. Membandingkan karakteristik novel 20/30-an


Jenis Teks yang Dipelajari di Kurikulum 2013 untuk Jenjang SMA/MA/SMK

Jenis Teks yang Dipelajari di Kurikulum 2013 untuk Jenjang SMA/MA/SMK--
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah berbasis teks yang mencakup empat kompetensi inti (KI). KI ke-1 dan ke-2 merupakan kompetensi terkait sikap/ karakter, KI ke-3 merupakan kompetensi pengetahuan (teori), dan KI ke-4 merupakan kompetensi praktis/ penerapan.
Berikut jenis teks yang dipelajari di tingkat SMA/MA

Kelas : X ( Sepuluh )
Kompetensi Inti :
TEKS YANG DIPELAJARI:
1. TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
2. PROSEDUR KOMPLEKS
3. TEKS EKSPOSISI
4. TEKS ANEKDOT
5. TEKS NEGOISASI


Kelas : XI ( Sebelas )
TEKS YANG DIPELAJARI:
1. TEKS CERITA PENDEK
2. PANTUN
3. CERITA ULANG
4. EKSPLANASI KOMPLEKS
5. ULASAN/ REVIEW FILM/ DRAMA


Kelas : XII ( Duabelas )
TEKS YANG DIPELAJARI:
1. TEKS CERITA SEJARAH
2. TEKS BERITA
3. IKLAN
4. EDITORIAL/ OPINI
5. CERITA FIKSI DALAM NOVEL



Lomba Karya Tulis Ilmiah Guru 2012 se-Kab. Tabalong dan Bartim

Lomba Karya Tulis Ilmiah Guru 2012 se-Kab. Tabalong dan Bartim-- Kembali, tahun ini PT Adaro mengadakan lomba karya tulis ilmiah dengan hadiah yang lumayan ditambah bonus 'jalan-jalan sambil menambah wawasan' ke Jakarta, mengikuti Konferensi Guru Nasional.

KETENTUAN UMUM
  1. Lomba bersifat perorangan, diikuti oleh kepala sekolah atau guru yang aktif pada sekolah negeri atau swasta di Kabupaten Tabalong dan Barito Timur.
  2. Hasil karya berupa praktik-praktik atau pengalaman pembelajaran terbaik, bisa berupa karya kreatif, inovatif, memperkenalkan metodologi atau hasil penelitian yang terbukti mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas dan meningkatkan mutu hasil belajar siswa.
  3. Tiap peserta hanya dibolehkan mengirimkan satu karya tulis ilmiah di bidang yang sesuai dengan bidang tugas pokoknya sebagai kepala sekolah, guru bidang studi, guru kelas atau guru bimbingan konseling.
  4. Karya tulis disertai dengan surat pernyataan bahwa karya tulis tersebut asli hasil kerja sendiri, bukan jiplakan dan belum pernah disertakan pada lomba sejenis dengan diketahui oleh kepala sekolah.
  5. Naskah diketik menggunakan kertas ukuran A4 dengan jarak baris 2 dan ukuran huruf 12 sebanyak-banyaknya 35 halaman termasuk lampiran-lampiran.
  6. Naskah disampaikan ke panitia pelaksana dengan cara :
  7. a. Disampaikan langsung ke Sekretariat Lomba selambat-lambatnya tanggal 13 Oktober 2012 jam 16.00 WITA. b. Dikirim melalui Pos selambat-lambatnya 8 Oktober 2012 (stempel pos). Alamat Sekretariat Lomba adalah Rumah Belajar Saraba Kawa, Komp.Stadion Saraba Kawa, Pembataan – Murung Pudak, Kab.Tabalong Kode Pos 71571 Kalsel. Naskah disampaikan dalam bentuk hasil cetak (hardcopy) dan file ( softcopy dengan format *.doc/*.docx/*.pdf ). Khusus untuk softcopy dapat dikirim melalui email : admin@perkumpulanpusaka.org.
  8. Naskah yang masuk menjadi milik panitia dan hak penerbitannya berada pada Perkumpulan Putera/Puteri Saraba Kawa (Perkumpulan Pusaka).
  9. Informasi lebih rinci dapat diperoleh dengan permintaan panduan lomba melalui email : admin@perkumpulanpusaka.org atau dapat di akses melalui website : http://www.perkumpulanpusaka.org
Hadiah dan Penghargaan
Bagi pemenang lomba disediakan hadiah untuk setiap kabupaten akan memperoleh:
Juara I : Piala + Uang Tunai Rp. 2.000.000,-
Juara II : Piala + Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
Juara III : Piala + Uang Tunai Rp. 1.000.000,-

10 Penulis Karya Tulis Ilmiah terbaik tiap kabupaten disertakan dalam Konferensi Guru Nusantara 2012 di Jakarta pada November 2012.

Pengumuman Pemenang
Pengumuman Pemenang dilakukan tanggal 31 Oktober 2012 melalui media massa dan website : http://www.perkumpulanpusaka.org. Hasil lomba bersifat mutlak, tidak dapat diganggu gugat.

Info lengkap, kunjungi: http://www.perkumpulanpusaka.org

Meresensi Buku Pengetahuan

Meresensi Buku Pengetahuan--
1.Pengertian Resensi
Resensi disebut juga ulasan buku, tinjauan buku, atau timbangan buku. Berasal dari kata recensie (Belanda), review (B.Inggris), reverie (Latin). Resensi berarti melihat kembali atau mengatakan kembali hal yg dirasakan penbaca thd sebuah buku. Dalam b.Indonesia resensi diartikan sebagai pertimbangan atau pembicaraam ttg buku. Meresensi sebuah buku berart enjelaskan, memberi penilaian, membahas, dan memebri tanggapan kepada sebuah buku.

2.Tujuan Menulis Resensi
Resensi bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada pembaca agar membaca atau memiliki buku yang diresensi. Selain itu, adanya resensi membantu penerbit atau pengarang memperkenalkan buku kepada masyarakat.

3.Unsur-unsur Resensi
Unsur-unsur yang terdapat dalam resensi adalah:
a.Identitas buku. Mencakup judul, jenis buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman.
b.Gambaran isi buku. Mencakup ulasan tema atau judul dan paparan singkat isi buku
c.Penutup. Mencakup: 1) Penilaian kualitas buku secara keseluruhan, 2) Penilaian kelebihan dan kelemahan, 3)Memberikan kritik atau saran kepada penulis, 4) Memberikan penerangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dimiliki atau dibaca.

4.Langkah-langkah Menulis Resensi
1). Membaca dan memahami isi buku yang akan diresensi.
2). Mencatat identitas buku
3). Memberikan gambaran isi buku secara keseluruhan
4). Membahas atau mengkritik fisik buku tersebut baik dari segi redaksi, tampilan perwajahan atau sampul
5). Memberi pendapat tentang keunggulan dan kelemahan isi buku
6). Mengajak pembaca untuk membaca buku tersebut beserta manfaat yang akan didapatnya

Contoh Soal

Bertemu Sehari dengan Siswa-siswi Kelas IXC SMP Hasbunallah

Bertemu Sehari dengan Siswa-siswi Kelas IXC SMP Hasbunallah-- Senin kemarin, saya membuat keputusan yang sebenarnya tidak mudah. Antara kepentingan pribadi (mengikuti Lomba Forum Ilmiah Guru) dan kepentingan mengikuti materi diklat secara utuh (bertemu dengan siswa-siswi SMP Hasbunallah dalam kegiatan Open Class). Saya pikir, itu kesempatan memenuhi permintaan beberapa siswa yang meminta kembali mengajar di sana. Jika tak mungkin, saat itulah kesempatan kita walau hanya satu kali.

Sebagaimana diketahui, saya telah mengikuti diklat guru B.Indonesia SMP dengan Pola Lesson Study di BKD Tanjung. Hari Senin itu, peserta diklat (31 orang), melakukan open class ke SMP Hasbunallah. Peserta dibagi dua kelompok dan masing-masing kelompok memilih dua orang guru model dan tampil secara team teaching (berpasangan). Guru yang terpilih sebagai model adalah saya sendiri dan tiga orang teman lain.
Materi yang dipilih merupakan materi yang dianggap paling sulit atau paling rendah pencapaian keberhasilannya. Materi Menulis Resensi Buku Pengetahuan untuk kelompok saya (team teaching dengan Bu Dian) dan Materi Menganalisis Unsur Syair yang Diperdengarkan untuk kelompok Bu Fitri (team teaching dengan Bu Muliani).

Dalam kesempatan ini, Bapak mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat kalian (siswa-siswi kelas IX SMP Hasbunallah) serta guru-guru.
Serasa memori kebersamaan kita dahulu itu seperti sebuah film yang diputar kembali.

Berikut snapshot video yang bisa ditampilkan di sini. Satu momen yang sempat Bapak ingat ketika Bapak hendak mengakhiri pembelajaran, Bapak mengucapkan "Bagi kelompok yang belum mendapat bintang, jangan khawatir tunggu saja nanti malam.....", kalian tertawa mendengarnya. Hehehe....

Open Class Hasbun
Apa kabar semuanya? Wah, kita bertemu kembali ya dalam suasana dan momen yang berbeda.


Open Class Hasbun
Kami berdua, secara team teaching, akan menemani kalian belajar, hari ini mengenai materi menulis resensi buku pengetahuan.

Open Class Hasbun
Coba, siapa yang tahu, apa itu resensi?

Open Class Hasbun
Ya, kelompok yang di belakang. Sebutkan unsur-unsur resensi?

(Nah, yang berdiri di belakang itu adalah sebagian guru yang nampak di dalam bingkai kamera sedang mengamati proses pembelajaran)

Open Class Hasbun
Kita lanjutkan ke langkah-langkah menyusun resensi. Siapa yang tahu langkah-langkahnya? Tunjuk jari.

Open Class Hasbun
"Bagi yang belum dapat bintang, nanti malam tunggu saja di langit banyak tuh bintang....."

Siswa Kelas IX SMP Hasbunallah, Bapak Akan Mengajar di Kelas Kalian Besok Senin

Siswa Kelas IX SMP Hasbunallah, Bapak Akan Mengajar di Kelas Kalian Besok Senin-- Halo, siswa kelas IX SMP Hasbunallah. Kalian akan bertemu Bapak kembali di kelas pada besok Senin, 10 September 2012. Beruntunglah kalian. Kelas kalian (termasuk sekolah kalian), terpilih sebagai kelas model dalam kegiatan Lesson Study peserta Diklat Guru B.Indonesia SMP di BKD Tabalong.

Ini merupakan nostalgia bagi kita, Bapak dan kalian. Kalian yang pernah belajar bersama Bapak di kelas VII tahun pelajaran 2010-2011 lalu, akan bertemu kembali dengan Bapak.
Dalam kegiatan Lesson Study tersebut, Bapak terpilih sebagai guru model yang akan melakukan pembelajaran di kelas kalian secara team teaching dengan salah satu guru kalian, Bu Dian Nopita.
Sampai jumpa ya.....

Contoh Puisi Lama dan Puisi Baru

Contoh Puisi Lama dan Puisi Baru--
Sastra Indonesia terbagi atas tiga bentuk, prosa, puisi, dan drama. Puisi, terbagi atas dua yaitu puisi lama dan puisi baru. Mengapa disebut lama dan baru? Bukan tentang dibuat masa lalu atau masa sekarang. Namun istilah itu muncul untuk membedakan puisi yang terikat aturan dan puisi yang tidak terikat aturan. Biasanya, puisi lama terikat aturan dan puisi baru terikat aturan. Masih ada ciri-ciri yang lain. Silakan baca di sini.
Pantun dan syair termasuk puisi lama dan puisi yang dibuat oleh Chairil Anwar, Sutardji, Amir Hamzah, dan lain-lainnya termasuk puisi baru.

Berikut contohnya.

Puisi Lama (berupa pantun):
Kota Jambi kota beradat
Tempat tinggal sanak saudara
Mari kita belajar giat
Supaya kelak tidak sengsara

Raja buah si raja pisang
Sedap disantap di kala senja
Riang hati bukan kepalang
Sepeda impian di depan mata

Buah duku buah durian
Dibeli ibu di pasar kenari
Senang hati dapat undian
Seperti mimpi siang hari

Puisi Baru:
AKU
Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu-sedan itu

Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku akan meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa lari
berlari hingga hilang pedih peri
dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Arsip ini sekaligus menjawab pertanyaan di kolom komentar di arsip Ciri-ciri Puisi Lama dan Puisi Baru

Pemberitahuan Mengapa Bapak Tidak Hadir ke Sekolah

Pemberitahuan....
Sejak hari ini, 5 September 2012 hingga 11 September nanti, Bapak tidak hadir di kelas menemani kalian belajar berhubung sedang mengikuti diklat guru B.Indonesia di BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Tabalong di Tanjung Selatan.
Demikian harap maklum......

Ringkasan Materi Pelajaran Bahasa Indonesia

Ringkasan Materi Pelajaran Bahasa Indonesia--
Selamat datang. Kamu berada di blog Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu, blog tempat belajar Bahasa Indonesia melalui jari-jari kamu.

Di blog ini, kalian dapat mempelajari ringkasan materi pelajaran B.Indonesia yang admin beri judul sesuai dengan Kompetensi Dasar. Silakan pilih dan klik judul-judul di bawah ini:
Ohya, selain menu pelajaran, kamu juga bisa kunjungi Kliping untuk membaca beberapa hal lain (yang terjadi) di 'luar sana'.


Ikatan Suci | Kutipan Bab XVII Novel Ayat-ayat Cinta

Ikatan Suci | Kutipan Bab XVII Novel Ayat-ayat Cinta--
Lanjutan dari Bab XVI Apa yang terjadi antara diriku dan Nurul adalah tragedi yang sangat memilukan. Aku tak memungkiri, di dalam taksi selama perjalanan menuju rumah Eqbal Hakan Erbakan, hatiku menangis. Aku ini siapa? Nurul sungguh terlalu. Apakah dia bukan orang Jawa? Aku ini orang Jawa. Di Jawa, seorang khadim kiai dan batur santri, anak petani kere, mana mungkin berani mendongakkan kepala apalagi mengutarakan cinta pada seorang puteri kiai. Dia sungguh terlalu menunggu hal itu terjadi padaku. Semestinya dialah yang harus mengulurkan tangannya. Dia sungguh terlalu berulang kali ketemu tidak sekalipun mengungkapkan perasaannya yang mungkin hanya membutuhkan waktu satu menit. Atau kalau malu hanya dengan beberapa baris tulisan tangannya tragedi ini tidak akan terjadi. Menyatakan cinta untuk menikah di jalan Allah bukanlah suatu perbuatan tercela. Dia sungguh terlalu. Tapi dia tidak keliru. Dia telah menempuh jalan yang benar. Dia benar-benar gadis shalihah yang pemalu. Yang terlalu sesungguhnya adalah Ustadz Jalal dan Ustadzah Maemuna. Mereka berdua sungguh terlalu. Atau justru aku yang terlalu dan begitu dungu.

rinai tangis dalam hatiku
bagai rintik hujan di kota
apa gerangan makna lesu
yang menyusup masuk kalbuku? (Dari penggalan puisi “Lagu Hujan” karya penyair Perancis Paul Verlaine (1844-1896) terdapat dalam Puisi Dunia, Balai Pustaka, 1952, hal. 88).

Sampai di halaman rumah Eqbal aku melihat tiga mobil mewah berjajar. Rumahnya ada di lantai tiga sebuah villa mewah tak jauh dari KFC Maadi. Sebelum masuk kuhapus air mata, kutata hati dan jiwa. Aku berusaha tersenyum. Aku disambut hangat oleh Eqbal dan tiga lelaki Turki. Rumahnya tidak terlalu ramai. Eqbal memperkenalkan tiga lelaki Turki yang berpakaian rapi itu.
“Ini Ismael Akhtar, Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Turki di Mesir, ini sekjennya Ali Naar, sedangkan ini yang baru tiba dari Turki tadi pagi adalah calon pamanmu Akbar Ali Faroughi, adik kandung ibunya Aisha.”

Akbar Ali yang gagah itu memelukku erat dan berbisik, “Senang memiliki keponakan seperti dirimu. Aisha sudah banyak bercerita tentangmu padaku. Selamat datang di keluarga besar Ali Faroughi.”

Di ruang tamu itu kami berbincang-bincang sambil menunggu Aisha yang sedang berdandan. Akbar Ali menceritakan silsilah keluarga besarnya agar aku tahu jelasnya. Ali Faroughi ayahnya dan juga kakek Aisha adalah asli Turki. Beliau lahir di kota Izmir dari keluarga pedagang kain. Lulus sekolah menengah langsung diminta ayahnya merantau ke Istambul dan membuka toko kain di sana. Beliau menuruti anjuran ayahnya. Bakat bisnisnya luar biasa besar. Tokonya maju pesat sampai akhirnya bisa membuat pabrik tekstil kecil-kecilan. Akhir tahun 1948 beliau menikah di Yordan dengan seorang gadis pengungsi Palestina sebatang kara yang seluruh keluarganya telah tewas dibantai Israel dan harta kekayaannya juga dirampas. Gadis Palestina itu beliau bawa ke Istanbul. Enam tahun kemudian, yaitu tahun 1954, lahirlah anak mereka yang pertama diberi nama Alia Ali Faroughi. Alia itulah ibu kandung Aisha. Empat tahun kemudian lahirlah Akbar Ali Faroughi dan jauh setelah itu, lima bekas tahun kemudian baru lahir Sarah Ali Faroughi yang sekarang menikah dengan Eqbal Hakan Erbakan. Ali Faroughi adalah pengikut setia Al-Imam Asy-Syaikh Al-Mujaddid Badiuz Zaman Sa’id An-Nursi. Ali Faroughi wafat pada tahun 1993 pada usia 73 tahun, meninggalkan tiga buah perusahaan besar. Di antara ketiga anaknya itu yang paling cerdas dan ulet adalah Alia. Dia selalu terbaik di sekolah menengah. Dia dokter terbaik lulusan Istanbul University tahun 1976 dan langsung mendapat beasiswa ke Jerman tahun itu juga. Di Jerman Alia mengambil spesialis jantung. Setelah tiga tahun di Jerman ia menikah dengan seorang muallaf Jerman namanya Rudolf Greimas, seorang pemilik swalayan. Tahun 1981 Aisha lahir. Dan tahun 1982 Alia memperoleh gelar doktornya dengan predikat summa cumlaude dan mengambil keputusan untuk tinggal dan bekerja di Jerman. Yang menyedihkan tujuh tahun yang lalu, Alia tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di sebuah jalur cepat yang berada pinggir kota Munchen, meninggalkan Aisha yang masih belia. Aku baru tahu sebenarnya Aisha telah lama kehilangan seorang ibu.
Kira-kira setengah jam sebelum azan ashar berkumandang, Sarah Ali Faroughi, memberi tahu semuanya telah siap. Aku minta tolong pada Eqbal agar bisa melihat wajah Aisha sebelum berangkat. Aku ingin mengisi kembali energi cintaku. Aku ingin menghilangkan segala galau dan melenyapkan segala pilu yang masih terasa menyelimuti hatiku. Aku tak mau tragedi Nurul menorehkan noda dalam hatiku. Aku harus melihat wajah Aisha yang sinarnya akan menerangi semua kisi dan relung hatiku. Kesejukannya akan menyiram jiwaku.

Eqbal tersenyum padaku dan menarik lenganku. Dia membawaku masuk ke sebuah kamar di sana hanya ada tiga perempuan Turki semuanya telah memaki cadar. Eqbal minta agar Aisha membuka cadarnya. Seorang perempuan yang memakai abaya paling indah perlahan membuka cadar kuning keemasannya. Perlahan wajah yang bercahaya itu tampak dan tersenyum padaku. Aku memandangnya lekat-lekat. Aku tersihir oleh pesonanya. Tanpa sadar hatiku bertasbih dan berpuisi:
alangkah manis gadis ini
bukan main elok dan ayu
calon isteriku
matanya berbinar-binar
alangkah indahnya

Setelah kurasa cukup, aku meminta Aisha memakai kembali cadarnya. Kami pun berangkat dengan menggunakan tiga sedan Mercy. Aku bersama Eqbal dan isterinya. Aisha bersama pamannya Akbar dan isterinya. Ketua Persatuan Mahasiswa Turki bersama sekjennya. Selama dalam perjalanan aku lebih banyak mengucapkan istighfar. Aku berharap saat ini keluarga di Indonesia mengirimkan selaksa doa untukku. Mereka sudah aku beri tahu detik-detik ini aku akan membuka lembaran hidup baru. Dalam perjalanan sempat aku keluarkan pertanyaan yang mengganjal pada Eqbal, “Ayah Aisha, Tuan Rudolf Greimas, bukankah masih hidup. Apakah beliau akan datang?”
“Beliau memang masih hidup tapi tidak akan datang dan Aisha juga tidak terlalu menginginkan dia datang. Yang jelas dia sudah tahu puterinya akan menikah dengan mahasiswa Indonesia. Tentang Rudolf Greimas nanti tanyakanlah sendiri pada Aisha, kenapa sampai dia tidak mengharapkan kedatangannya,” jawab Eqbal Hakan.
* * *

Tepat saat adzan ashar berkumandang kami sampai di masjid tempat akad nikah akan dilangsungkan. Sudah banyak teman-teman mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Turki yang sampai di sana. Aisha dan dua bibinya langsung menuju lantai dua tempat jamaah wanita. Aku menyalami teman-teman. Mereka semua tersenyum dan mengucapkan selamat padaku. Usai shalat ashar acara akad nikah dimulai.

Acara dilangsungkan di depan mihrab masjid. Syaikh Ustman, Syaikh Prof.Dr. Abdul Ghafur Ja’far, Bapak Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali dan beberapa syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk dengan khidmat tepat di depan mihrab menghadap ke arah jamaah dan hadirin yang memenuhi masjid. Rupanya saat shalat Jum’at tadi telah diumumkan akan ada acara akad nikah antara mahasiswa Indonesia dan muslimah Turki, sehingga orang Mesir yang ada di sekitar masjid penasaran dan masjidpun penuh. Aku duduk di sebelah kanan Akbar Ali. Di barisan depan hadirin tampak ketua PPMI dan pengurusnya, teman-teman satu rumah, Syaikh Ahmad Taqiyyuddin, teman-teman Mesir di program pasca dan Bapak M. Saeful Anam dari bagian Konsuler KBRI yang akan mencatat kejadian penting ini untuk mengeluarkan surat nikah resmi. Rudi yang paling suka pegang tustel sibuk membidikkan kameranya. Dua orang mahasiswa Turki juga sibuk mengabdikan peristiwa bersejarah ini dengan handycam dan kamera.

Yang menjadi pembawa acara adalah Ismael Akhtar, Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Turki di Mesir. Bahasa Arab fushanya indah. Acara dibuka dengan basmalah dan pembacaan kalam Ilahi. Lalu sambutan singkat dari keluarga mempelai perempuan yang disampaikan Eqbal. Sambutan singkat dari keluarga mempelai pria oleh Syaikh Utsman. Barulah akad nikah. Pihak wali perempuan mewakilkan Syaikh Prof. Dr. Abdul Ghafur Ja’far untuk menikahkan Aisha.

Syaikh Abdul Ghafur Ja’far, yang tak lain adalah pembimbingku menulis tesis itu maju dan duduk di tengah lingkaran. Akbar Ali dan Eqbal Hakan menuntunku maju dan duduk di hadapan Syaikh. Mereka berdua mendampingku. Pak Atdikbud juga maju, duduk di samping Syaikh sebagai saksi. Ismael Akhtar juga maju sebagai saksi. Saiful ikut maju membawakan mahar. Aku sempat melirik ke lantai dua. Aisha dan kedua bibinya serta ratusan muslimah di sana memandang ke bawah. Ke arah prosesi sakral ini dilangsungkan.

Sebelum memulai mengakad Syaikh Abdul Ghafur meminta kepada semua hadirin untuk beristighfar, mensucikan hati dan jiwa. Lalu meminta kepada semuanya untuk bersama-sama membaca dua kalimat syahadat. Aku meneteskan air mata, hatiku basah. Aku belum pernah merasakan suasana sedemikian sakralnya. Syaikh Abdul Ghafur menjabat tanganku erat, lalu mewakili wali menikahkan diriku dengan Aisha. Dan dengan suara terbata-bata namun jelas aku menjawab dengan penuh kemantapan hati:
“Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bi mahril madzkur, ala manhaji kitabillah wa sunnati Rasulillah! Aku terima nikah dan kawin dia (Aisha binti Rudolf Kremas) dengan mahar yang telah disebut, di atas manhaj kitab Allah dan sunnah Rasulullah!”
Spontan dari lantai dua terdengar wanita-wanita Mesir melantunkan zaghrudah (Siulan khas wanita Arab sebagai ungkapan kegembiraan) yang melengking indah. Dan Syaikh Abdul Ghafur membimbing seluruh hadirin untuk mengucapkan doa yeng telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.:
“Baralallahu laka wa baraka alaika wa jama’a bainakuma fi khair!” (Semoga berkah Allah tetap untukmu, dan semoga berkah Allah tetap ke atasmu dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad)

Masjid pun berdengung-dengung oleh doa seluruh hadirin. Hatiku terasa sejuk sekali. Air mataku terus melelah tiada henti. Aku tiada henti mengucapkan hamdalah dalam hati. Setelah itu disambung khutbah nikah yang dibawakan Syaikh Ahmad. Khutbah yang singkat, padat, namun membuat hatiku bergetar hebat. Diakhiri dengan doa yang dipimpin Syaikh Utsman, doa yang membuat diriku lebur dalam keagungan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.

Selesai doa, Syaikh Utsman membimbing hadirin untuk melantunkan thalaal badru, lagu kebahagiaan yang dinyanyikan kaum Anshar saat menyambut kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq di madinah setelah menempuh perjalanan hijrah yang panjang dan melelahkan. Para hadirin berdiri, menyalami dan merangkulku satu persatu sambil membisikkan doa barakah diiringi lantunan thalaal badru. Gerimis di hatiku tidak mau berhenti. Air mata terus saja meleleh. Aku kini telah memiliki seorang isteri. Subhanallah, wal hamdulillah, wa laa ilaaha illallah, Allahu akbar!
* * *

Seperti kesepakatan setelah akad nikah kami tidak langsung zafaf. Malam zafaf adalah setelah walimah. Dua hari lagi. Sampai rumah teman-teman menggodaku habis-habisan. Aku tanyakan pada mereka apa sudah bisa menghubungi keluarga Tuan Boutros. Belum bisa. Tidak enak rasanya jika mereka tidak menghadiri walimah nanti. Meskipun berbeda agama mereka sudah seperti keluarga sendiri.

Pukul dua belas malam teman-teman sudah tidur. Tapi aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Aku ingat banyak hal. Aku menelusuri kembali perjalanan hidupku. Sejak masih SD, jualan tape. Lalu masuk pesantren menjadi khadim Romo Kiai sambil melanjutkan sekolah di Tsanawiyah dan Aliyah milik pesantren. Dan akhirnya dengan susah payah bisa sampai Mesir. Aku menangis sendiri ditemani sepi.
Tiba-tiba handphone-ku berdering. Kulihat ada yang memanggil. Aisha! Hatiku berdegup kencang. Aku menyeka air mata dan menata perasaan. Kuangkat:
“Fahri?”
“Ya.”
“Kasihku, aku yakin kau belum tidur. Kau tidak bisa tidur. Kau pasti sedang memikirkan aku. Ya ‘kan?” Dan klik. Diputus. Aku belum sempat menjawab.
Aku gemes sekali padanya. Pada Aisha. Ia menggodaku. Kukirim sms padanya. Sebab jika kutelpon takut tidak dia angkat. Percuma.
“Aisha, aku sangat merindukanmu.” Tulisku.
“Aku sudah tahu. Bersabarlah. Allah mencintai orang-orang yang bersabar.” Jawab Aisha. Aku menghela nafas panjang. Aku ingin shalat malam.
* * *

Pagi hari, usai shalat shubuh, di masjid Al Fath Al Islami, seluruh jamaah yang mengenalku mengucapkan selamat. Rupanya Syaikh Ahmad telah memberi tahu mereka. Dan Syaikh Ahmad mengajakku ke kamarnya di belakang mihrab. Beliau memberikan kabar bahagia mengenai Noura.

Alhamdulillah kebenaran itu terkuat juga. Dari tes DNA, gen Noura tidak sama dengan gen Si Muka Dingin Bahadur dan isterinya yaitu Madame Syaima. Gen Noura justru sama dengan milik suami isteri bernama Tuan Adel dan Madame Yasmin yang kini jadi dosen di Ains Syam University yang saat itu melahirkan bayinya bersamaan harinya dengan Madame Syaima. Dan Nadia gadis yang selama ini mereka besarkan dengan penuh kasih sayang sama gennya dengan Si Muka Dingin Bahadur dan Madame Syaima. Dua bayi itu tertukar. Noura memang mirip sekali dengan Madame Yasmin dan Si Nadia mirip dengan Madame Syaima. Mereka telah menemukan orang tua masih-masing. Noura bahagia dan Nadia nelangsa. Untungnya Tuan Adel dan Madame Yasmin tetap meminta Nadia tinggal bersama mereka. Sebab Nadia telah dianggap sebagai anaknya sendiri. Si Muka Dingin Bahadur sedang diproses atas segala kejahatannya. Mendengar kabar bahagia itu aku merasa sangat bahagia. Gadis innocent yang lembut itu akhirnya benar-benar menemukan taman kebahagiaan yang selama ini hilang.

Usai dari masjid aku mengajak musyawarah teman-teman satu rumah. Tak lama lagi aku akan meninggalkan mereka. Iuran sewa rumah bulan depan aku bayar sekalian. Jadi mereka tidak bertambah beban meskipun aku tidak lagi satu rumah dengan mereka. Namun aku minta tolong kepada mereka agar bulan berikutnya sudah ada yang menggantikan aku. Teman-teman rela melepaskan aku dan mendoakan semoga hidup bahagia. Mereka minta agar aku tidak segan dan masih sering main ke Hadayek Helwan. Mereka bertanya aku akan tinggal di mana. Aku menjawab, “Belum tahu. Semua yang mengurus isteri tercinta!” Kontan mereka menyahut bareng, “Enaknya punya isteri gadis Turki yang shalehah seperti Aisha!” Aku tersenyum mendengarnya.

Pukul sembilan Paman Eqbal—setelah akad nikah aku harus memanggilnya paman—dan tiga mahasiswa Turki datang kembali dengan pick up. Hendak mengangkut semua barangku yang tersisa. Dia belum juga mau mengatakan rumah yang akan kami tempati itu di mana. “Nanti kau akan tahu juga!” jawabnya enteng.

Hari berikutnya adalah pesta walimatul ursy di Darul Munasabat Masjid Rab’ah El-Adawea, Nasr City. Sejak ashar aku telah berada di rumah mahasiswa Turki yang telah berkeluarga di Hadidar Toni Street. Namanya Subhan Tibi. Isterinya bernama Laila Belardi. Mereka teman baik Paman Eqbal dan Bibi Sarah. Di rumah mereka yang letaknya kira-kira satu kilometer dari lokasi walimah, aku dan Aisha dirias ala pengantin Turki. Aisha benar-benar seperti bidadari. Tapi elok wajahnya tersembunyi di balik cadar tipis keemasan. Dan inilah untuk pertama kali kami duduk bersanding di dalam mobil mewah. Selama dalam perjalanan menuju tempat walimah aku tak berani menyentuhnya. Kelihatannya Aisha gemes melihat ketidakberanianku. Ia meletakkan tangannya di atas telapak tanganku. Dengan ragu-ragu aku memegang tangannya. Dan hatiku berdesir hebat. Itulah untuk pertama kalinya aku memegang tangan halus seorang gadis.

Pesta walimah sangat meriah. Di mulai tepat setelah ashar. Ada panggung di depan. Tempat lelaki dan wanita di pisah dengan satir. Pengantin lelaki berbaur dengan undangan lelaki dan pengantin wanita berbaur bersama pengantin wanita. Panggung yang indah itu rupanya untuk hiburan. Tim Shalawat Turki menunjukkan kebolehannya. Juga tim nasyid Indonesia. Ada juga pantomim, sumbangan dari teman-teman KSW. Tadzkirah di sampaikan oleh Dr. Akram Ridha, pakar psikologi yang juga seorang dai terkemuka di Kairo. Semua berjalan dengan sangat mengesan bagi siapa saja yang hadir malam itu.
Setelah acara berakhir, dan tamu undangan telah banyak yang pulang, Paman Eqbal membawaku ke tempat pengantin wanita. Di sana ternyata ada pelaminan yang telah dihias indah. Aisha sudah duduk manis duduk di sana. Aku diminta untuk duduk di sampingnya untuk diabadikan dalam foto dan video.

Aisha minta dipangku dan disuapi kue. Lalu minta dibopong dan digendong. Ia juga minta difoto dalam gaya-gaya dansa. Ada-ada saja. Ia sangat mesra dan manja. Tapi ia sangat tahu menjaga diri, ia tidak minta dicium saat itu. Kemesraan kami yang tak lama itu tidak ada yang melihat kecuali beberapa muslimah, Paman Eqbal dan Paman Akbar Ali. Saat adzan maghrib berkumandang dari menara masjid. Aku dan Aisha telah berada di dalam Limousin meluncur menuju tempat untuk malam zafaf. Menjadi sopir kami adalah Paman Eqbal Hakan Erbakan, isterinya Sarah duduk disampingnya dengan si kecil Hasan di pangkuannya. Di belakang kami mobil Paman Akbar Ali membuntuti. Ia bersama isterinya dan si kecil Amena. Selama dalam perjalanan kami diam tanpa bicara apa-apa namun tangan kami erat berpegangan.

Mobil kami terus melaju. Lampu-lampu telah menyala seperti bintang-bintang. Langit merah bersemburat indah. Mobil melaju diatas jalan layang yang membelah Ramsis. Terus ke Barat. Apakah Paman Eqbal akan membawa kami ke hotel? Aku tidak tahu. Semua mahasiswa Indonesia yang menikah di Cairo tidak ada yang menghabiskan malam pertama di hotel. Semuanya menghabiskan malam pertama di rumah kontrakan yang sederhana. Di depan sudah tampak sungai Nile. Kami melewati Ramses Hilton. Mobil terus melaju. Aisha menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku merasakan suasana yang sangat indah. Kami berada di atas Jembatan 6th Oktober yang menyeberangi sungai Nil. Restauran dan nigh club terapung telah menyalakan lampunya. Di depan sana agak ke selatan di tengah daratan seperti pulau di tengah sungai Nil tampak Cairo Tower menjulang tinggi. Daratan yang dikelilingi sungai Nile itu disebut daerah El-Zamalik. Kawasan yang sangat elite dan indah. Eqbal membelokkan mobil dan turun dari jembatan ke El-Gezira Street. Kami berada di daerah El-Zamalik. Mobil terus berjalan ke utara menyusuri pinggir sungai Nil. Melewati Cairo Marriot Hotel. Melewati Kedutaan Swedia. Akhirnya sampai di Muhamad Mazhar Steet. Di sebuah gedung bertingkat dua belas yang berada tepat di pinggir sungai Nile kami berhenti.
Paman Eqbal membawa kami masuk. Di dalam gedung dekat tangga naik dan lift ada dua penjaga berdasi dan membawa senapan otomatis. Paman Eqbal berbincang dengan mereka sebentar lalu menarik lenganku.

“Ini saudara saya, Fahri Abdullah dari Indonesia, dia nanti yang akan menempati flat nomor 21 bersama isterinya. Mereka berdua akan menggantikan Mr. Edward Minnich yang telah pindah bulan yang lalu.”Kata Paman Eqbal memperkenalkan diriku. Dua penjaga itu tersenyum dan menjabat tanganku sambil berkata, “Selamat datang di apartemen ini pengantin baru!” Penampilanku dan Aisha memang mudah sekali ditebak.
Kami lalu masuk lift dan naik ke lantai tujuh. Tiap lantai ada tiga flat. Flat nomor, 19, 20 dan 21 berada dalam satu lantai. Paman Eqbal membuka pintu flat nomor 21. Kami masuk. Paman Eqbal menyalakan lampu. Dan tampaklah sebuah ruangan tamu yang mewah. Lebih mewah dari rumah Bapak Atase Pendidikan di Dokki. Kami duduk di sofa yang empuk. Tak lama kemudian Paman Akbar Ali dan isterinya masuk. Mereka langsung duduk.
“Gimana pengantin baru, kalian sudah siap?” tanya Paman Eqbal sambil tersenyum.
Aku diam tidak menjawab kecuali dengan senyum.
“Baiklah Fahri, kau berbahagialah malam ini bersama isterimu. Kami tidak akan lama-lama di sini. Ini kuncinya peganglah. Dua penjaga itu yang hitam namanya Hosam dan yang kuning namanya Magdi. Kau sudah lama di Mesir jadi kau tidak akan asing berada di sini. Jika ada apa-apa telpon aku. Kami pamit dulu. Semoga umur kalian penuh berkah.” Pamit Paman Eqbal sambil berdiri dari duduknya.

“Aisha dan kau Fahri, kami juga pamit. Malam ini juga kami akan terbang ke Istanbul. Sudah tiga hari kami di sini. Nanti kalau ada waktu kami akan mengunjungi kalian,” kata Akbar Ali Faraughi, paman Aisha. Aisha memeluk pamannya dengan mata berkaca-kaca. Lalu gantian aku memeluknya, dan dia berbisik, “Jaga dia baik-baik Fahri, aku percaya padamu!”
“Insya Allah, paman. Doanya. Salam buat seluruh keluarga di Turki.” jawabku. Kulihat Aisha lalu berpelukan dengan Elena Hashim, isteri Akbar Ali. Setekah itu ia memeluk bibinya, Sarah Ali Faraughi dengan tangis pecah.
“Aisha kau sudah hidup di dunia baru. Kuatkanlah dirimu dengan takwa. Minta tolonglah kepada Allah dengan shalat dan kesabaran. Dan layanilah suamimu dengan sebaik-baiknya. Ridha suamimu adalah surgamu,” suara Bibi Sarah terdengar parau.
Mereka lalu beranjak keluar. Satu persatu meninggalkan pintu. Kami mengantar sampai di pintu. Terakhir Paman Eqbal memeluk diriku sambil berkata, “Fahri, kau tentu ingat pelajaran hadits di kuliah, Rasulullah bersabda, ‘Orang pilihan di antara kalian adalah yang paling berbuat baik kepada perempuan (isteri)nya.’ Kumohon, muliakanlah isterimu. Bawalah dia hidup di jalan yang diridhai Allah!’
“Insya Allah, doakanlah kami,” jawabku.
Tak lama kemudian mereka hilang di telah pintu lift. Kami masuk kembali ke dalam flat dan menutup pintu.
* * *

Mereka telah pergi meninggalkan kami berdua. Kami salah tingkah. Wajah Aisha merona. Tubuhku panas dingin. Kami merasa sama-sama canggung mau berbuat apa. Tapi kami merasa itulah indahnya.
“Kita belum shalat maghrib,” lirih Aisha. Ia masih berdiri tak jauh di depanku dengan wajah menunduk. Aku tersadar, waktu sudah mepet, aku harus segera memberanikan diri melakukan sesuatu. Ada sunnah Rasulullah yang harus aku amalkan ketika untuk pertama kalinya berada dalam satu kamar atau satu rumah dengan pengantinku. Aku bergerak mendekati Aisha dan menggamit tangannya.
“Kamar kita di mana, Sayang?” tanyaku pelanku.
“Sini,” jawab Aisha sambil melangkah ke sebuah kamar.

Pintu kubuka. Gelap. Lampu kunyalakan, tampaklah kamar pengantin yang berhias indah, wangi dan sangat romantis. Kuajak Aisha duduk di ranjang. Aku membaca basmalah dengan segenap penghayatan akan ke-MahaRahman-an dan ke-Maharahim-an Allah. Lalu kupegang ubun-ubun kepala Aisha dengan penuh kasih sayang sambil berdoa seperti yang diajarkan baginda Nabi,
“Allaahumma, inni asaluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha, wa a’udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha! Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan wataknya. Dan aku mohon perlindungan-Mu dari kejahatannya dan kejahatan wataknya. Amin.” (Sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Sinni.)

Kulihat Aisha memejamkan kedua matanya dan dari mulutnya terdengar amin..amin..amin, berkali-kali. Ia sudah mengerti bagaimana memasuki malam zafaf agar pernikahan penuh berkah. Setelah itu kulanjutkan dengan doa yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkaar,
“Baarakallaahu likulli waahidin minna fi shaahibihi. Semoga Allah membarakahi masing-masing di antara kita terhadap teman hidupnya.”

Lalu kukecup ubun-ubunnya sambil menangis dan mengulang doa itu berkali-kali. Aisha terus mengucapkan amin..amin..amin, dengan air mata meleleh di pipinya.
Barulah kuajak Aisha untuk mengambil air wudhu dan shalat maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib membaca dzikir, shalat sunnah ba’diyah, membaca wirid dan doa rabithah. Menjelang Isya kuajak Aisha untuk shalat sunnah bersama sebagaimana dilakukan salafush shalih, agar pernikahan kami ini penuh barakah. Selesai shalat aku membaca doa sebagaimana diajarkan baginda nabi dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud,
“Allaahumma baarik li fi ahli, wa baarik lahum fiyya. Allaahumma ijma’ bainana ma jama’ta bikhair, wa farriq bainana idza farraqta ila khair. Ya Allah, barakahilah bagiku dalam keluargaku, dan berilah barakah mereka kepadaku. Ya Allah, kumpulkan antara kami apa yang engkau kumpulkan dengan kebaikan, dan pisahkan antara kami jika engkau memisahkan menuju kebaikan. Amin.”
Di belakangku Aisha khusyu mengucapkan amin..amin..amin, kabulkan ya Allah, kabulkan ya Allah, kabulkan ya Allah, dengan rahmat dan kasih-Mu.

Usai shalat dan berdoa aku berbalik menghadap Aisha, aku hendak mengelus kepalanya. Aisha malah mencium tanganku sambil terisak-isak. Adzan Isya berkumandang. Kupegang kepala Aisha dengan kedua tanganku. Kupandangi lekat-lekat wajahnya yang jelita. Kuseka air mata yang melelah di pipinya.
“Fahri, aku mencintaimu.” Ia mengucapkannya dengan penuh kesungguhan.
“Aku juga mencintaimu, Aisha,” jawabku sambil mengecup keningnya penuh cinta.
“Kecupan pertama yang tak akan pernah kulupa,” lirih Aisha.
“Aisha, cinta Tuhan memanggil-manggil kita. Saatnya shalat Isya. Aku ke masjid dulu untuk shalat berjamaah. Kau shalat di rumah saja ya. Dalam suasana seperti apapun shalat fardhu adalah utama.”
Dia mengangguk.
“Tapi selesai shalat langsung pulang. Jangan lama-lama di masjid. Shalat sunnahnya di rumah saja.”

Silakan lanjutkan baca di novelnya, Ayat-ayat Cinta, Novel Pembangun Jiwa Bab XVIII

Image: Google

Cobaan | Kutipan Bab XVI Novel Ayat-ayat Cinta

Cobaan | Kutipan Bab XVI Novel Ayat-ayat Cinta--
Lanjutan dari Bab XV Teladan orang-orang yang bercinta adalah Baginda Nabi. Cinta sejati adalah cintanya sepasang pengantin yang telah diridhai Tuhan dan didoakan seratus ribu malaikat penghuni langit. Tak ada perpaduan kasih lebih indah dari pernikahan, demikian sabda baginda Nabi. Setelah melihat Aisha yang tiada lain adalah calon bidadariku, belahan jiwa yang akan mendampingi hidupku, tak bisa kupungkiri aku didera rasa cinta yang membuncah-buncah. Inilah cintaku yang pertama, dan Aisha adalah gadis pertama yang menyentuh hatiku dan menjajahnya.

Waktu di Aliyah dulu, aku pernah naksir pada seorang gadis tapi tak pernah sampai menyentuh hati. Tak pernah sampai merindu dendam. Aku bahkan tak punya keberanian untuk sekadar menyapanya atau mengingat namanya. Diriku yang saat itu hanya berstatus sebagai khadim romo kiai, batur para santri, tak berani sekadar mendongakkan kepala kepada seorang santriwati.

Juga selama di Kairo, sampai Aisha membuka cadarnya di rumah Syaikh Utsman. Kuakui ada satu nama yang membuatku selalu bergetar bila mendengarnya, namun tak lebih dari itu. Aku merasa sebagai seekor punguk dan seluruh mahasiswi Indonesia di Kairo adalah bulan. Aku tidak pernah berusaha merindukannya. Dan tak akan pernah kuizinkan diriku merindukannya. Karena aku merasa itu sia-sia. Aku tak mau melakukan hal yang sia-sia dan membuang tenaga.

Aku lebih memilih mencurah seluruh rindu dendam, haru biru rindu dan deru cintaku untuk belajar dan menggandrungi Al-Qur’an. Telah kusumpahkan dalam diriku, aku tak akan mengulurkan tangan kepada seorang gadis kecuali gadis itu yang menarik tanganku. Aku juga tak akan membukakan hatiku untuk mencintai seorang gadis kecuali gadis itu yang membukanya. Bukan suatu keangkuhan tapi karena rasa rendah diriku yang selalu menggelayut di kepala. Aku selalu ingat aku ini siapa? Anak petani kere. Anak penjual tape. Aku ini siapa?
aku adalah lumpur hitam
yang mendebu
menempel di sepatu dan sandal
hinggap di atas aspal
terguyur hujan
terpelanting
masuk comberan
siapa sudi memandang
atau mengulurkan tangan?
tanpa uluran tangan Tuhan
aku adalah lumpur hitam
yang malang

Tuhan telah mengucapkan kun! Lumpur hitam pun dijelma menjadi makhluk yang dianugerahi kenikmatan cinta yang membuncah-buncah dan rindu yang berdebam-debam. Seorang bidadari bermata bening telah disiapkan untuknya. Fa bi ayyi alaai Rabbikuma tukadziban! Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari
yang baik-baik lagi cantik-cantik.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan (Surat Ar-Rahman: 70-73.)

Belum juga masuk surga, Tuhan telah begitu pemurah memperlihatkan seorang bidadari yang baik dan cantik, bidadari yang putih bersih bernama Aisha. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakan yang kamu dustakan?

Maka tiada henti menangis kepada Tuhan, merasa terlalu agung anugerah yang dilimpahkan oleh-Nya kepadaku yang lumpur hitam. Mengiba-iba kepadaNya kiranya anugerah ini bukan bentuk istidraj, bukan bentuk nikmat yang sejatinya azab. Dalam sujud tangis di keheningan malam kuisakkan seribu doa dari ratapan jiwa. Doa Adam, doa Ibrahim, doa Ayyub, doa Ya’qub, doa Daud, doa Sulaiman, doa Zakariya, doa Muhammad, doa seribu nabi, doa seribu wali, dan doa seribu sufi yang telah mereguk cinta hakiki dan melahirkan sejuta generasi rabbani.
* * *

Dua hari menjelang hari H, barulah teman-teman satu rumah aku beritahu. Semua urusan di KBRI sudah selesai. Mahar telah aku beli; seuntai kalung, sebuah cincin dan mushaf mahar. Aku juga telah membeli satu stel jas yang pantas. Aku meminta kepada teman-teman untuk mengundang teman-teman terdekat. Tak lebih dari empat puluh orang. Mohon kesediaan datang di acara akad nikah Jum’at depan, di masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Shubra El-Khaima.

Seperti biasa Rudi nyeletuk, “Nurul dkk. diundang nggak Mas?”
“Untuk akadnya tidak usah. Tapi walimahnya ya,” jawabku dengan tegas. Sebagai kabar gembira kuberitahukan pada teman-teman bahwa Bapak Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) secara khusus telah kuminta untuk menjadi saksi, dan beliau telah menyatakan kesediaannya. Aku juga minta pada teman-teman untuk mengundang dua ratus orang. Seratus lima puluh putera dan lima puluh puteri untuk datang di acara walimatul ‘ursy. Teman-teman satu rumah sepertinya masih tidak percaya pada apa yang aku kabarkan. Namun mereka mau tidak mau harus percaya sebab aku tidak pernah main-main untuk urusan serius.
Aku datangi rumah Tuan Boutros. Kosong.

Saiful bilang, saat aku dua hari tidak di rumah, Tuan Boutros sekeluarga pergi rekreasi ke Pantai Hurgada. Dua hari yang lalu aku memang sibuk di Nasr City membantu teman-teman Turki mempersiapkan segalanya. Aku merasa tidak lengkap jika sampai pesta walimatul ursy nanti keluarga Tuan Boutros tidak menyaksikan. Mereka adalah orang terdekat selama tiga tahun ini. Aku mencoba menghubungi nomor handphone Maria. Jawabannya, nomor yang anda hubungi sedang berada di luar area! Sedih! Aku minta pada Rudi agar terus mencoba menghubungi Maria, memberitahukan acara paling bersejarah dalam hidupku ini pada keluarganya. Mohon mereka bisa datang pada saat pesta walimah.
Yang aku belum bisa mengerti adalah di manakah nanti aku setelah menikah? Aku telah berusaha menyewa rumah di Hayyu Tsamin tapi Eqbal tidak mengizinkannya. Katanya rumahnya telah disiapkan oleh Aisha. Aku ingin tahu rumahnya di mana dan sewanya perbulan berapa, tapi dia juga tidak mau memberitahukannya, katanya biar surprise sesuai permintaan Aisha. Yang jelas, kata dia, rumah itu memang sangat layak untuk tinggal memadu kasih bersama Aisha. Aku pasrah saja, aku tidak meragukan ketulusan mereka.

Satu hari menjelang akad nikah Eqbal dan dua orang Turki datang dengan membawa mobil pick up. Dia bilang akan mengangkut barang-barangku untuk di tata di rumah baru. Aisha yang memintanya. Komputer, beberapa stel pakaian, dan puluhan jilid buku dan kitab penting diangkut. Aku tidak boleh ikut.
“Insya Allah, semuanya akan beres dan aman. Saat ini kau adalah raja yang tidak boleh susah. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian berdua. Dan jangan lupa selesai shalat Jum’at kau langsung ke rumahku di Maadi. Kita akan berangkat ke Shubra bersama,” kata Eqbal yang sebentar lagi harus kupanggil paman.
Ketika melihat kamarku yang berubah dan kehilangan banyak isinya aku menitikkan air mata. Waktu terus berjalan. Manusia tidak bisa menentang perubahan. Tak lama lagi aku akan meninggalkan kamar tercinta ini. Aku akan meninggalkan teman-teman dan membuka lembaran hidup baru bersama seorang isteri bernama Aisha.
berjalan di titian kodrat
(apa yang harus kita katakan)
jika berharap Dia menentukan
(Dipetik dari sajak berjudul ‘Tuhan dan Titahnya’ karya Fatin Hamama)
* * *

Ketika fajar Jum’at merekah di ufuk timur, aku berkata dalam hati, “Inilah hariku.” Tiada sabar rasanya menunggu ashar tiba. Matahari seperti diganduli malaikat. Hari terasa berat. Waktu sepertinya berjalan begitu lambat.
Usai shalat shubuh teman-teman telah bersiap. Mereka kubagi tugas. Rudi shalat Jum’at di Masjid Indonesia menjadi petunjuk jalan bagi Pak Atdikbud. Mishbah ke Wisma Nusantara menjadi petunjuk jalan bagi bus yang disediakan untuk teman-teman undangan. Jarak Nasr City-Shubra tidak dekat. Sedangkan Hamdi dan Saiful nanti begitu selesai shalat Jum’at langsung ke Shubra. Aku sendiri usai shalat Jum’at langsung ke rumah Eqbal Hakan Erbakan.

Pukul delapan tepat telpon berdering, kukira dari Eqbal. Ternyata tidak. Dari Ustadz Jalal. Katanya beliau dan isterinya telah sampai di mahattah metro Hadayek Helwan. Beliau datang untuk membicarakan masalah yang dulu pernah beliau pesankan melalui Nurul. Kuminta Saiful untuk menjemput Ustadz Jalal. Aku jadi merasa tidak enak tidak mengundang beliau secara langsung untuk menghadiri akad nikah. Kutanyakan pada teman-teman apakah undangan walimah untuk beliau sudah sampai. Tidak tahu, mungkin belum, sebab undangan itu dititipkan pada Mas Khalid. Dan rencananya Mas Khalid akan menyampaikannya usai shalat Jum’at nanti. Meskipun terkesan sangat mepet dan mendadak terpaksa nanti Ustadz Jalal akan kumohon untuk datang ke acara akad nikah.
Ustadz Jalal dan ustadzah Maemuna, isterinya, sampai dengan wajah cerah. Mereka datang cuma berdua, tidak membawa ketiga anak mereka.

“Mana keponakan-keponakanku Ustadz? Kenapa tidak dibawa serta?” tanyaku basa-basi.
Hamdi datang dengan nampan berisi tiga gelas teh Arousa panas dan satu piring roti bolu. Entah dapat bolu dari mana anak itu.
“Sekali-kali kami ingin bepergian berdua tanpa diganggu anak-anak. Biar bisa sedikit mesra. Pagi ini kami benar-benar menikmati perjalanan dengan metro. Dari Ramsis sampai Hadayek Helwan sepi, hawanya juga sejuk,” jawab Ustadz Jalal.
“Mereka ditinggal sendirian di rumah?” heranku.
“Tidak. Kebetulan Nurul dan teman-temannya usai shalat shubuh tadi datang ke rumah. Jadi mereka yang menjaga,” sahut Ustadzah Maemuna.
“O begitu, syukurlah. Ngomong-ngomong Ustadz dan Ustadzah menyempatkan untuk berkunjung kemari ada yang bisa saya bantu?” ucapku.

Ustadz Jalal memberi tahu ada masalah sangat penting dan rahasia yang ingin beliau bicarakan denganku. Beliau minta tempat yang aman. Kubawa beliau dan Ustadzah Maemuna ke dalam kamarku yang berantakan. Pintu kututup rapat.
“Kok berantakan begini. Komputermu dan kitab-kitabmu tidak ada. Mau pindahan nih, atau malah sedang pindahan?” komentar Ustadz Jalal.
“Nanti setelah masalah Ustadz selesai akan aku ceritakan, insya Allah. Silakan Ustadz bicara,” jawabku.
“Kami berdua datang kemari memohon bantuanmu menyelesaikan suatu masalah serius. Tidak masalah kami sebenarnya, tapi masalah seseorang yang dekat dengan kami. Dan yang paling tepat untuk kami minta pertolongan adalah engkau, Fahri. Kami sangat berharap engkau bisa membantu,” kata Ustadz Jalal.
“Kau saya diberi kemampuan untuk itu. Insya Allah. Masalah apa itu Ustadz?”
“Ini masalah serius yang mengancam jiwa Nurul?”
Mendengar hal itu pikiranku langsung tertuju pada buntut peristiwa Noura bersembunyi di rumah Nurul. Jangan-jangan Si Muka Dingin Bahadur tahu itu dan memperkarakannya, tapi kalau itu masalahnya kenapa diriku tidak ikut diperkarakan?.
“Bagaimana jiwa Nurul bisa terancam Ustadz? Apa yang terjadi padanya, dan apa yang bisa saya lakukan untuk membantunya?”

“Kau tahu Nurul adalah puteri tunggal Bapak KH. Ja’far Abdur Razaq, pengasuh pesantren besar di Jawa Timur. Selain cantik dia juga cerdas dan halus budi. Sejak masih kelas satu aliyah sudah banyak kiai besar yang melamar Nurul untuk puteranya. Nurul tidak mau. Ketika akhirnya Nurul belajar di Al Azhar pinangan itu justru semakin banyak. Kiai Ja’far ayah Nurul berkali-kali menelpon Nurul agar segera menentukan pilihan pendamping hidupnya. Beliau merasa sangat tidak enak menolak pinangan terus menerus. Apalagi jika pinangan itu datangnya jadi kiai yang lebih senior dari beliau atau dari guru beliau. Jika Nurul sudah tunangan atau menikah dengan seseorang yang dipilihnya tentu kedua orang tua Nurul akan lebih tenang. Dan jika berjumpa dengan para kiai-kiai di Jawa Timur tidak akan terbebani oleh sindiran-sindiran halus dari para kiai yang meminang puterinya. Dua bulan yang lalu ayahnya menelpon ada pinangan dari Kiai Rahmad untuk puteranya Gus Anwar. Kiai Rahmad ini adalah gurunya ayah Nurul waktu mondok di Bandar Kidul Kediri. Ayah Nurul tidak bisa menolaknya kecuali Nurul sudah memiliki seorang calon di Mesir. Jika tidak, maka Nurul terpaksa harus menerima pinangan itu. Inilah masalahnya.”

“Nurul sendiri bagaimana? Saya mendengar ada beberapa mahasiswa yang suka dengannya.”
“Memang ada beberapa mahasiswa yang mendekati dia secara baik-baik. Ada yang secara langsung. Ada juga yang lewat kami atau teman satu rumahnya. Tapi tak ada yang cocok di hatinya. Ternyata sejak dua tahun yang lalu diam-diam Nurul telah kagum dan jatuh hati pada seseorang. Tapi sayangnya Nurul tidak berani mengungkapkannya karena rasa malunya yang tinggi. Ia berharap orang yang dicintainya terbuka hatinya dengan dan meminangnya tapi sepertinya orang yang dicintainya tidak tahu kalau Nurul mencintainya. Rasa cinta Nurul padanya membuncah dan tak bisa dia sembunyikan sejak dua bulan yang lalu. Sejak ayahnya menelponnya untuk menerima Gus Anwar atau mencari calon sendiri di Mesir yang shalih. Saat itu dia menangis pada isteriku. Ia mengungkapkan seluruh isi hatinya. Ia minta kepada isteriku untuk membantunya. Isteriku memberi saran untuk berterus terang saja pada orang yang dicintainya itu. Tapi Nurul tidak mau, ia sangat malu. Nurul minta pada isteriku agar aku yang bicara dengan orang itu. Aku sangat sibuk sekali dan aku merasa tidak tepat untuk bicara pada orang yang dicintai Nurul itu. Akhirnya aku merasa aku perlu minta bantuanmu. Kau sangat dekat dengan orang itu. Sudah berkali-kali Nurul bertanya padaku bagaimana hasilnya. Aku tidak bisa menjawabnya. Sebab aku belum bertemu denganmu. Kau sibuk aku pun sibuk. Baru kali ini aku bisa bertemu denganmu. Aku sangat berharap kau bisa membantu.”
“Asal saya mampu, insya Allah Ustadz. Dia mahasiswi yang baik. Saya salut dan kagum padanya. Meskipun telah menjabat sebagai Ketua Wihdah tapi dia masih mau meluangkan waktu mengajar anak-anak baca Al-Qur’an di Masjid Indonsia. Dia juga orang yang mudah diminta tolong. Sangat kasihan memang kalau orang sebaik dia tidak mendapatkan apa yang dicintainya. Namanya orang kalau sudah cinta itu susah untuk tidak dipertemukan. Abu Bakar saja ketika ada seorang budak perempuan merana karena mencintai Muhammad bin Qasim bin Ja’far bin Abi Thalib hati beliau luluh. Beliau langsung menemui tuan pemilik budak itu dan membelinya, lalu mengirimnya ke Muhammad bin Qasim bin Ja’far bin Abi Thalib. Hal serupa juga dilakukan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Cinta memang tidak mudah. Orang Inggris bilang, Love is a sweet torment. Cinta adalah siksaan yang mengasyikkan. Tapi jika orang terus tersiksa karena cinta, ia bisa binasa seperti Laila dan Majnun. Kebinasaan paling tragis adalah yang disebabkan oleh cinta,” jawabku.

Ustadzah Maemuna menyahut,
“Dan kami tak ingin melihat Nurul binasa karena cintanya pada pujaan hatinya.”
“Memangnya rasa cinta Nurul sampai seperti itu?” heranku.
“Sejak dua bulan yang lalu. Sejak ia menangis di pangkuanku, Nurul sering menangis sendiri. Berkali-kali dia cerita padaku akan hal itu. Ia ingin sekali orang itu tahu bahwa dia sangat mencintainya, lalu orang itu membalas cintanya dan langsung melaksanakan sunnah Rasulillah. Nurul anti pacaran. Tapi rasa cinta di dalam hati siapa bisa mencegahnya. Aku tahu benar Nurul siap berkorban apa saja untuk kebaikan orang yang dicintainya itu. Bantulah kami membuka hati orang itu?” kata Ustadzah Maemuna.
“Insya Allah. Saya paling tak tahan melihat seseorang tersiksa batinnya. Jadi siapakah orang yang sangat beruntung itu, orang yang dipuja dan dicintai gadis shalihah seperti Nurul?” tukasku tenang. Dalam hati aku merasa bersyukur bahwa aku mendapatkan seorang biadadari yang kucintai tanpa harus melalaui siksaan batin serumit Nurul. Tenyata menjadi seorang gadis tidak semudah menjadi seorang pemuda.
“Kau sangat mengenalnya kuharap kau tidak kaget mendengar namanya kusebut,” kata Ustadz Jalal.
“Santai saja Ustadz, insya Allah saya akan biasa saja,” jawabku santai.
“Orang yang dicintai Nurul, yang namanya selalu dia sebut dalam doa-doanya, yang membuat dirinya satu minggu ini tidak bisa tidur entah kenapa, adalah FAHRI BIN ABDULLAH SHIDDIQ!”

Mendengar namaku yang disebut aku bagaikan mendengar gelegar petir menyambar telingaku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar dari lisan ustadz Jalal.
“Siapa Ustadz, mungkin ustadz salah ucap?” tanyaku meyakinkan apa yang aku dengar.
“Aku tidak salah ucap Fahri. Kaulah orangnya. Nurul sangat mencintaimu. Berkali-kali dia bicara denganmu langsung atau lewat telpon tapi dia tidak berani mengatakan itu. Dan sudah berkali-kali dia minta kami menemuimu mengungkapkan isi hatinya padamu, tapi baru kali ini aku sempat. Bagaimana Fahri kau bisa membantu Nurul bukan?”
Aku meneteskan air mata. Tetesan itu makin lama makin deras. Akupun tergugu. Kenapa jalan takdirnya seperti ini? Kenapa berita yang sebenarnya sangat membahagiakan hatiku ini datang terlambat. Satu-satu nama seorang gadis yang bila kudengar hatiku bergetar adalah Nurul. Nurul Azkiya. Berita yang seharusnya membuat hatiku berbunga-bunga itu kini justru membuat hatiku terasa pilu. Dalam hati aku menyumpahi kebiasaan buruk orang Jawa. Alon-alon waton kelakon! Jadinya selalu terlambat. Jika dua bulan yang lalu Nurul mengucapkan tiga kata saja: maukah kamu menikahi aku? Tak akan ada kepedihan ini. Sejak bertemu muka dengan Aisha hatiku sepenuhnya dipenuhi rasa cinta kepadanya. Dan beberapa jam lagi ikatan suci yang menyatukan cinta kami akan terjadi, insya Allah.

Dengan terisak-isak kukatakan pada Ustadz Jalal dan Ustadzah Maemunah, “Oh, andaikan waktu bisa diputar kembali. It is no use crying over spilt milk . Tak ada gunanya menangisi susu yang telah tumpah!”
Lalu kucoba menenangkan diri dan kujelaskan semuanya yang telah terjadi atas diriku. Aku tak bisa menyembunyikan tangisku saat menceritakan semuanya. Pertemuan dengan Aisha di Metro, diskusi dengan Alicia, tawaran Syaikh Utsman, pertemuan dengan Aisha dan keluarganya, sampai rencana akad nikah dan walimah yang tinggal menunggu jam D nya.
“Apa yang bisa aku lakukan untuk Nurul Ustadz, apa. Seandainya Ustadz jadi diriku apa yang bisa Ustadz lakukan?” kataku sambil tergugu, hatiku merasa pilu. Seandainya Nurul dan Aisha datang bersamaan, aku tak perlu istikharah untuk memilih Nurul. Aku lebih mengenal Nurul daripada Aisha. Tapi siapa bisa menarik mundur waktu yang telah berjalan.

Ustadz Jalal dan Ustadzah Maemuna menangis terisak-isak. Ustadz Jalal merasa sangat menyesal dan sangat bersalah pada Nurul. Sudah berkali-kali Nurul mendesaknya untuk menemui aku dan menjelaskan masalah itu tapi Ustadz Jalal selalu mengulur waktu karena konsentrasi memperbaiki disertasi doktoralnya. Yang ia sesalkan adalah kenapa beliau tidak menyempatkan sepuluh menit saja untuk meneleponku memberikan sekadar isyarat ada seorang yang mencintaiku. Ustadzah Maemuna menangis tersedu-sedu, ia tak bisa membayangkan pilunya hati Nurul. Hanya karena sebuah keterlambatan sesuatu yang paling berharga bagi jiwanya tidak ia dapatkan.

Dalam tangisku aku merasa masalah Nurul ini adalah cobaan besar bagi komitmenku atas semua kata-kataku di rumah Syaikh Utsman. Cobaan atas cinta dan kesetiaanku pada Aisha. Bisa saja aku nekad membatalkan kesepakatan dan semua rencana yang telah ditetapkan seperti dalam film India. Akad Nikah toh belum terjadi. Mahar belum aku bayarkan. Aku juga sama sekali belum pernah menyentuh Aisha. Melihat wajahnya juga baru satu kali. Tapi jika aku melakukan hal itu, namaku akan ditulis dengan lumpur hitam berbau busuk oleh sejarah. Aku akan menjadi orang munafik paling menyakitkan hati orang-orang yang kucintai dan kuhormati seperti Syaikh Utsman, Ummu Fathi, Eqbal Hakan Erbakan dan isterinya, dan tentunya paling sakit dan terzalimi adalah Aisha. Kemudian seluruh mahasiswa Turki di Mesir akan melaknat perbuatanku. Dan kelak ketika aku berjumpa dengan Baginda Nabi beliau akan murka padaku karena aku telah menyakiti perasaan sekian banyak umatnya. Aku tak mau itu terjadi. Lebih dari itu aku tidak tahu seberapa panjang umurku ini. Jika aku membatalkan pernikahan yang telah dirancang matang, aku tidak tahu apakah Allah masih akan memberikan kesempatan padaku untuk mengikuti sunnah Rasul. Ataukah aku justru tidak akan punya kesempatan menyempurnakan separo agama sama sekali. Tidak selamanya perasaan harus dituruti. Akal sehat adalah juga wahyu Ilahi.

Silakan lanjutkan baca di novelnya, Ayat-ayat Cinta, Novel Pembangun Jiwa Bab XVII

Image: Google
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...