loading...

Pengakuan Saya tentang Kurikulum 2013

Pengakuan Saya tentang Kurikulum 2013-- Pada tanggal 13 hingga 19 Mei 2014 lalu, saya mengikuti Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 Bagi Guru SMP berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan atas usul pengawas. Saya berangkat bersama dua rekan lainnya untuk mata pelajaran yang sama, bahasa Indonesia. Bagi saya, Kurikulum 2013 masih merupakan tanda tanya besar karena selama ini masih sedikit informasi yang diberikan ataupun diperoleh. Di samping itu, tudingan miring bahwa guru selalu menjadi 'obyek penderita', ganti pejabat ganti kurikulum, turut andil memengaruhi opini saya.

Perubahan mendasar Kurikulum 2013 terletak pada standar kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Jika saya menyoroti standar proses, pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik, yaitu mencakup mengamati, menanya, mengeksplorasi, menalar (mengasosiasi), dan mengomunikasikan. Suatu langkah pembelajaran yang sebenarnya tak asing bagi guru (terutama guru kreatif). Dalam kurun 10 tahun lebih ini, pemerintah melalui Kemendikbud telah banyak mengadakan pelatihan tentang penekanan pada proses pembelajaran. Ada pelatihan CTL, Kontruktivis, Quantum Teaching, dan lainnya. RPP pun telah mulai dimodifikasi agar mencantumkan unsur pendidikan karakter dengan memerhatikan keseimbangan antara sikap (apektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Semuanya sudah. Namun nampaknya implemetasi di lapangan masih belum maksimal. Hanya guru yang kreatif saja yang mungkin mampu melaksanakannya.
Terkait dengan standar penilaian, guru benar-benar harus kreatif membuat penilaian menyeluruh tak hanya alat penilaian namun juga format penilaian yang mencakup ketiga ranah tersebut.

Di Kurikulum 2013, semua hal yang masih implisit dalam kurikulum sebelumnya, ternyata dieksplisitkan. Keseimbangan antara ranah sikap, pengetahuan, dan ranah keterampilan dicantumkan di SKL maupun standar isi. Langkah-langkah pembelajaran yang merangsang anak berpikir dicantumkan betul dalam proses pembelajaran. Namun, hal yang kini eksplisit itu akan sia-sia jika guru tetap mengajar tanpa memerhatikan atau memahami betul-betul hal itu (pendekatan saintifik). Dalam pembelajarannya, guru harus betul-betul mengembangkan kemampuan nalar siswa dan membiarkannya aktif berekpresi dengan segala keunikannya, sambil memberi teladan sikap religius dan budi pekerti yang baik.

Benar seperti kata pepatah: Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Selama tujuh hari 'bergaul' dengan kajian Kurikulum 2013, saya mengakui Kurikulum 2013 memang kurikulum terbaik. Secara konsep, memang terbaik walau dalam eksekusinya nanti akan menemui hambatan karena RPP dan perangkatnya masih belum siap. Apa boleh buat, gong kurikulum 2013 telah ditabuh, guru dan insan pendidikan harus siap melaksanakannya.

Pengakuan ini saya buat bukan karena subyektivitas saya yang mungkin akan menjadi garda terdepan untuk menyukseskan imlementasi kurikulum terbaru ini kepada guru-guru lain. Tanpa memedulikan apakah saya akan lulus atau tidak menjadi instruktur nasional Kurikulum 2013, saya mengakui: Kurikulum 2013 memang kurikulum terbaik untuk menghadapi tantangan zaman. Sebelum beropini tentang Kurikulum 2013, kita memang harus mengenal dulu konsep dan tujuannnya yang mulia itu demi menyongsong Indonesia Emas 2045.
Kurikulum 2013:

Hasil UN SMA 2014: Inilah 20 Peraih Nilai Tertinggi Ujian Nasional SMA

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Hasil UN SMA 2014: Inilah 20 Peraih Nilai Tertinggi Ujian Nasional SMA-- Solopos.com, JAKARTA–Pada Senin (19/5/2014), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengumumkan tingkat kelulusan ujian nasional tingkat SMA dan peraih nilai tertinggi. Peserta UN SMA/MA 2014 adalah 1.632.757, yang lulus 1.624.946 (99,52%) turun 0,01% dibanding tahun lalu (99,53%). Sedang yang tidak lulus sebanyak 7.811 siswa (0,48%). Peserta UN SMK 2014 1.171.907, yang lulus 1.170.748 (99,9%), yang tidak lulus 1.159 (0,1%).

Akun Twitter Kemdikbud, @Kemdikbud_RI, dalam kicauan tentang pengumuman hasil UN SMA 2014 menyebutkan Ryan Aditya Moniaga adalah murid SMA Kanisius Jakarta meraih niai tertinggi dari jurusan IPA dengan nilai 58,05, sedangkan Nur Afifah Widyaningrum dari SMAN 1 Yogyakarta meraih nilai tertinggi jurusan IPS, 55,05.
"Selamat kpd peraih nilai UN tertinggi:Ryan Aditya Moniaga,SMA Kanisius,DKI Jkt IPA 58,05; Nur Afifah Widyaningrum SMAN 1 Yogya IPS 55,05”

Berikut rincian 10 besar peraih nilai tinggi tingkat nasional:

SMA IPA
1. Ryan Aditya Moniaga dari SMA Kanisius Jakarta, dengan nilai 58,05 untuk enam mata pelajaran yang diujikan.
2. Annisa Azalia Herwandani dari SMA Negeri 2 Bandung, dengan nilai 57,65
3. Hashina Zulfa dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, dengan nilai 57,65
4. Sulistia Fitriaty dari SMA Negeri 39 Jakarta, dengan nilai 57,45
5. Fenita Adina Santoso dari SMA Negeri 1 Pekalongan, Jawa Tengah, dengan nilai 57,35
6. Felix Utama dari SMA Kristen 1 BPK Penabur Jakarta, dengan nilai 57,30
7. A.A. Istri Citra Larasati dari SMA Negeri 1 Denpasar, Bali, dengan nilai 57,25
8. Alief Moulana dari SMA Pribadi, Kota Bandung, Jawa Barat, dengan nilai 57,20
9. Fitra Febrina dari SMA Negeri 1 Medan, Sumatera Utara, dengan nilai 57,20
10. Ranisa Larasati dari SMA Negeri 2 Bandung, Jawa Barat, dengan nilai 57,05.

SMA IPS
1. Nur Afifah Widyaningrum dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, dengan nilai 55,85
2. Rikko Sajjad Nuir dari SMA Negeri 8 Yogyakarta, dengan nilai 55,70
3. Afdhal Nur Muhammad Daulay dari SMA Negeri 1 Matauli Pandan, Sumatera Utara, dengan nilai 55,50
4. Fauzan Alfiansyah Hasibuan dari SMA Negeri 1 Matauli Pandan, Sumatera Utara, dengan nilai 55,40
5. Clara Feliciani Sesiawan dari SMA Santa Ursula BSD, Banten, dengan nilai 55,35
6. Utami Ratnasari dari SMA Negeri 4 Denpasar, Bali, dengan nilai 55,25
7. Aprillia Dwi Harrjanti dari SMA Negeri 1 Kudus, Jawa Tengah, dengan nilai 55,05
8. Dinda Dea Pramaputri dari SMA Negeri 70 Jakarta, dengan nilai 54,95
9. Margaretha Silia Kurnia Herin dari SMA Negeri 1 Depok, Jawa Barat, dengan nilai 54,95
10. Naruti Afifah dari SMA Negeri 3 Surakarta, Jawa Tengah, dengan nilai 54,95.

solopos.com

Kak Seto: UN Hanya Ciptakan Siswa Stres!

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Kak Seto: UN Hanya Ciptakan Siswa Stres!-- JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi menyampaikan bahwa penyelenggaraan ujian nasional yang diterapkan pemerintah selama ini tidak efektif. Sebab, menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, jutaan pelajar sekolah menengah justru alami tekanan menjelang pelaksanaan ujian nasional (UN).
"Berapa juta, anak-anak pelajar kita yang stres? Sampai mereka harus istighosah bersama segala? Sistem pendidikan di Indonesia ini sudah salah," kata psikolog anak dari Universitas Indonesia, Seto Mulyadi, Senin (12/5/2014).

Dia memaparkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia hanya terfokus pada aspek kecerdasan logika semata, namun abai terhadap poin utama seperti kecerdasan moral, spiritual dan etika. Seto secara gamblang mengatakan bahwa siswa bukan sekadar menghafal atau hanya dibebani setumpuk pekerjaan rumah (PR) saja, melainkan harus dibekali pendidikan etika sebagai dasar kokoh yang wajib ditanam sejak dari bangku sekolah dasar.
"Sebetulnya, isi dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) itu ada pendidikan atau kecerdasan etika, estetika dan iptek. Nah, pemerintah cenderung mengejar sisi ipteknya saja (kecerdasan logika). Jadi wajar banyak anak-anak sekarang menjadi generasi rapuh," imbuh Seto kepada Kompas.com.

Seto berargumen, adanya kasus pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang nekat gantung diri lantaran frustasi usai mengikuti ujian nasional di Bali beberapa waktu yang lalu, merupakan dampak dari kekacauan sistem pendidikan yang diterapkan tersebut.

Sebelumnya, Leony Alvionita (14), siswi kelas III SMP Negeri 1 Tabanan, Bali, gantung diri seusai pulang dari mengikuti ujian nasional, Selasa (6/5) sekitar pukul 11.00 Wita. Kepolisian Resor Tabanan menduga siswi tersebut frustrasi karena merasa gagal mengerjakan soal ujian Matematika.

Polisi telah mendalami beberapa keterangan teman dan bukti Blackberry Messenger korban kepada temannya. Dalam pesan itu, sebelum gantung diri, Leony sempat mengeluh kesulitan dan frustrasi mengerjakan soal Matematika.

Leony ditemukan ibunya menggantung di kamar tidurnya di lantai dua rumah toko yang disewa keluarganya. Orangtuanya sempat membawa Leony ke rumah sakit, tetapi dia akhirnya meninggal.
.

Siswa Tak Bisa UN Gara-gara Mencuri dan Ortu Bercerai

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Siswa Tak Bisa UN Gara-gara Mencuri dan Ortu Bercerai-- Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, melaksanakan hari terakhir Ujian Nasional tingkat SMP di kantor polisi setempat, Kamis (8/5/2014). Pasalnya, mereka baru saja ditangkap terkait kasus pencurian. Pelajar sekolah SMP dan Madrasah Tsanawiyah itu mengerjakan mata ujian IPA diruangan Wakapolsek Ringinrejo. Mereka mendapatkan pengawasan dari para pihak sebagaimana ujian disekolah.
"Kita tetap berikan haknya untuk mengikuti ujian," kata Ajun Komisaris Mustakim, Kapala Polsek Ringinrejo, Kamis.

Kedua pelajar itu mulai mendekam di tahanan setelah tertangkap mencuri telepon genggam di rumah Khoiri (45) warga Desa Selodono, Rabu (7/5/2014) malam. Aksi keduanya gagal karena Khoiri terbangun dari tidurnya.

Kasus itu juga menyeret AN (12), seorang bocah lainnya. Dari pemeriksaan ketiganya, didapatkan keterangan bahwa mereka kerap melakukan pencurian dengan menyasar telepon genggam maupun tabung elpiji di beberapa tempat.
Karena para pelaku masih dibawah umur, kasusnya akan dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Kediri.

Lain lagi yang terjadi di Magelang. Empat siswa mengundurkan diri menjadi peserta ujian nasional (UN) SMP sederajat di Kota Magelang, Jawa Tengah akibat permasalahan kedua orangtuanya. Mereka berasal dari MTs Al Iman satu orang, SMP Muhammadiyah satu orang dan SMP Terbuka dua orang.
Menurut Sumardi, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Magelang, empat siswa itu dianggap mengundurkan diri sebelum pelaksanaan UN yang dimulai pada Senin, 5 Mei 2014, kemarin.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, empat siswa itu menjadi "korban" perceraian kedua orangtuanya. "Orangtua mereka bercerai, kemudian ada yang ikut salah satu orangtuanya ataupun saudaranya ke luar kota, sehingga sulit dihubungi," ujar Sumardi, ditemui di kantornya, Rabu (7/5/2014).
Jauh hari sebelum pelaksanaan UN, Sumardi mengaku telah berupaya membujuk mereka untuk mengikuti ujian. Mulai dengan memberikan surat pemberitahuan, sampai bersama pihak sekolah masing-masing mendatangi tempat tinggal mereka.

Namun segala upaya itu tidak membuahkan hasil. Akhirnya, pihaknya terpaksa mencoret nama mereka dari kepersertaan UN SMP sederajat di Kota Magelang tahun ini.
"Kami sudah berusaha membujuk mereka, namun ada yang sudah diajak keluar kota sehingga sulit dihubungi. Kami pun membujuk orangtuanya, karena ternyata ada orangtua yang melarang anaknya itu ujian," ungkap Sumardi.
"Bagaimanapun juga orang tua adalah salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan anak. Jangan sampai anak jadi korban karena permasalahan yang sebenarnya belum dimengerti anak," ucapnya lagi.

Kendati demikian secara umum, pelaksanaan UN SMP sederajat di Kota Magelang berjalan lancar. Hingga hari ketiga ini, Rabu (7/5/2014), seluruh peserta hadir mengikuti ujian. Dari data Dinas Pendidikan setempat, tercatat sebanyak 3.276 siswa yang tersebar di 22 SMP dan MTs menjadi peserta UN SMP tahun ini.
Ditambah tujuh siswa dari SMP Luar Biasa dan 16 siswa Kejar Paket B di Lapas kelas IIA Kota Magelang.
.

Pernak-Pernik UN 2014, Siswi SMP Gantung Diri Diduga Karena Frustrasi

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Pernak-Pernik UN 2014, Siswi SMP Gantung Diri Diduga Karena Frustrasi-- TABANAN, KOMPAS — Ujian Nasional seharusnya tak menjadi beban berat mengingat nilai UN hanya menentukan kelulusan sebesar 60 persen. Sudah ada nilai Sekolah sebesar 40 persen. Itulah 'amunisi' yang seharusnya membuat siswa pede hadapi UN. Entah kurang sosialisasi dari pihak sekolah atau memang belum paham, Leony Alvionita (14), siswi kelas III SMP Negeri 1 Tabanan, Bali, gantung diri seusai pulang dari mengikuti ujian nasional, Selasa (6/5) sekitar pukul 11.00 Wita. Kepolisian Resor Tabanan menduga siswi tersebut frustrasi karena merasa gagal mengerjakan soal ujian Matematika.
”Kami menduga ia takut tidak lulus dan memutuskan gantung diri. Berdasarkan penelitian di kamar korban, ia tidak dibantu siapa pun dan mengikat tali dasi sekolahnya sendiri di lehernya untuk gantung diri,” kata Kepala Polres Tabanan Ajun Komisaris Besar Dekananto Eko Purwono, di Tabanan, Bali, Rabu.

Polisi telah mendalami beberapa keterangan teman dan bukti Blackberry Messenger korban kepada temannya. Dalam pesan itu, sebelum jam siswa tersebut gantung diri, Leony sempat mengeluh kesulitan dan frustrasi mengerjakan soal Matematika.

Leony ditemukan ibunya menggantung di kamar tidurnya di lantai dua rumah toko yang disewa keluarganya. Orangtuanya sempat membawa Leony ke rumah sakit, tetapi dia akhirnya meninggal.

Pelaksanaan UN SMP juga tercoreng kuatnya dugaan kebocoran soal. Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Haryono Umar melakukan inspeksi mendadak ke SMPN 67 Jakarta, Rabu (7/5), untuk mengecek laporan kebocoran soal oleh Indonesia Corruption Watch (ICW).

Tetap bawa ponsel

Saat ujian Bahasa Inggris, di dalam ruang kelas ditemukan banyak siswa tetap membawa telepon seluler (ponsel) sekalipun dilarang. Tim investigasi Itjen Kemdikbud memeriksa sekitar 71 ponsel siswa dan guru seusai UN. Di telepon milik siswa ditemukan jawaban sesuai tipe soal seperti laporan ICW.

Sesuai informasi yang masuk ke ICW sebelumnya, di kalangan siswa beredar jawaban UN sesuai tipe soal yang disertai kata kunci sebagai penanda tipe soal Bahasa Inggris dan Matematika.

Di Kediri, Jawa Timur, Polres Kediri Kota juga mengungkap peredaran kunci jawaban UN tingkat SMP untuk mata pelajaran Matematika. Kepala Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto mengungkapkan, tiga siswa SMP tertangkap saat menggandakan kunci jawaban tersebut di salah satu tempat fotokopi di dekat sekolah yang ada di Jalan Penanggungan, Kota Kediri, Selasa.

”Ada selembar kertas berisi 20 paket isian. Ada tulisannya untuk mata pelajaran Matematika. Setiap paket ada 50 jawaban untuk soal pilihan ganda,” ujarnya, Rabu. Setelah dicek dengan bantuan guru, tingkat kecocokan ”bocoran jawaban” dengan soal sampai 80 persen. Kunci tersebut dibeli seharga Rp 250.000 dari pelajar lain.

Anggota Polres Kota Padang, Sumatera Barat, menemukan hal serupa di SMPN 15 Padang. Sejumlah siswa berniat mengambil kunci jawaban di tempat fotokopi. Konon, siswa harus membayar hingga Rp 100.000 untuk mendapatkan kunci jawaban itu. Namun, lembar kunci jawaban yang beredar di kalangan peserta ujian itu diragukan kebenarannya sehingga murid diminta tidak memercayainya.

Di Jember, Jatim, juga beredar isu bocoran jawaban soal UN di seputaran Kecamatan Kaliwates. Namun, setelah dicek, tidak ada anak yang mengantongi lembar jawaban.

Bibit korupsi

Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri mengatakan, ada dugaan pembocoran terstruktur. ”Kami menyayangkan terjadinya kecurangan-kecurangan. Ini benih korupsi. Siswa yang masih muda saja sudah curang. Ini awalnya korupsi,” kata Febri.

Selain dugaan kebocoran, UN SMP juga diwarnai masalah teknis, seperti tertukarnya paket soal dan jawaban di Kabupaten Pringsewu, Lampung. Akibatnya, murid menggunakan soal fotokopian.
.

Polisi Tangkap Guru Pembocor Kunci Jawaban UN

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Polisi Tangkap Guru Pembocor Kunci Jawaban UN-- SEMARANG, KOMPAS.com - Dua guru, masing-masing dari MA dan MTs, di Kota Semarang, Jawa Tengah, ditangkap tim Resmob Polrestabes Semarang karena diduga terlibat aksi pembocoran kunci jawaban Ujian Nasional (UN). Bersama mereka, polisi juga menangkap lima siswa SMP.
"Guru tersebut berasal dari sekolah MA dan MTs di Grobogan. Peran kedua guru itu diduga sebagai pendistribusi kunci jawaban," kata Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Ajun Komisaris Besar Wika Hardiyanto, Jumat (9/5/2014).
Ia menceritakan, Tim Resmob dipimpin Ajun Komisaris Kadek Adi Budi Astawa sebelumnya ditugaskan untuk fokus menelisik pembocoran kunci jawaban UN tersebut.

Anggota tim, disebar di sejumlah tempat jasa fotokopi. Kamis (8/5/2014) sekitar pukul 05.00, Tim resmob mendapati sejumlah siswa sedang berkumpul di sebuah tempat fotokopi di Jalan Fatmawati.
"Saat itu, mereka memperbanyak sebuah dokumen yang diduga kunci jawaban Unas mata pelajaran IPA. Kami menyita 155 lembar dokumen yang diduga kunci jawaban. Mereka yang menyebarkan kunci jawaban itu lima siswa SMA. Harga kunci tersebut berkisar Rp 1,5 juta - Rp 3 juta," terang Wika.

Di Kediri
KEDIRI, KOMPAS.com - Dewan Pendidikan Kota Kediri, Jawa Timur, meminta kepolisian mengusut tuntas kasus kebocoran kunci jawaban Ujian Nasional (UN) tingkat SMP yang melibatkan empat pelajar SMP Negeri.
Kepala Dewan Pendidikan Kota Kediri Atrup mengatakan, pengusutan itu bertujuan untuk menguak siapa saja pihak yang terlibat maupun motif perbuatan itu.
Dia khawatir kasus ini hanya ulah pihak tertentu yang ingin merusak psikologi siswa. "Usut tuntas agar dapat diungkap siapa saja yang masih berbuat seperti ini," kata Atrup, Kamis (8/5/2014).

Masih terjadinya peristiwa itu dapat memperburuk citra pendidikan di Kota Kediri. Padahal selama ini, para pelaku bidang pendidikan sudah berupaya menekankan perilaku tak jujur.

Sebelumnya diberitakan, D, A, dan A pelajar di Kota Kediri diamankan polisi karena menggandakan kunci jawaban UN untuk soal Matematika.
Mereka ditangkap Selasa 5 Mei sebelum ujian berlangsung. Dari pemeriksaan ketiganya kemudian terungkap keterlibatan C, pelajar lainnya. C diduga menyuplai kunci jawaban. Kunci jawaban itu dibeli dengan harga Rp250 ribu.
Meski demikian, polisi tidak melakukan penahanan terhadap para pelajar itu, dan masih memberikan kesempatan untuk menyelesaikan UN. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap seorang karyawan fotokopi dan guru sekolah.
.

Beberapa Masalah dalam Pelaksanaan UN SMP Tahun 2014

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info kutipan berita Beberapa Masalah dalam Pelaksanaan UN SMP Tahun 2014-- Masalah masih saja ditemukan dalam pelaksanaan UN SMP 2014 kali ini. Selain adanya kebocoran soal dan kunci jawaban yang diperjualbelikan, ada juga masalah terkait teknis pelaksanaan dan materi soal. KOMPAS.com melaporkan, sebagian siswa SMP 200 Rorotan, Jakarta Utara, mengeluhkan soal ganda di lembar soal Bahasa Indonesia Ujian Nasional 2014, Senin (5/5/2014). Soal itu bernomor 12.

Lulu Fahrana (14) mengatakan ujian Bahasa Indonesia ini dibagikan dalam dua lembar soal. Lembar pertama tak memakai halaman muka (tanpa sampul), mencantumkan soal dari nomor 1 hingga 12. Di halaman sebaliknya, terdapat soal nomor 39 sampai 50.
Lalu, kata Lulu, di lembar satu lagi yang merupakan halaman berhalaman muka, tercantum soal nomor 12 sampai 38. "Jadi di kedua lembar tersebut ada naskah soal nomor 12. Banyak yang bingung," ujar dia. Belakangan baru diketahui bahwa yang dipakai adalah soal di lembar tanpa halaman muka (tanpa sampul).

Septi Damayanti (15) menambahkan kondisi soal itu sempat membuatnya bingung. Dia pun mengeluhkan tipe naskah soal yang terdiri atas dua lembar semacam itu. "Kenapa jadi ada dua model soal, bersampul dan tak bersampul begini?" tanya dia. Menurut Septim, para siswa peserta ujian nasional baru mendapatkan bimbingan soal naskah soal itu beberapa saat menjelang ujian.

Kepala Seksi Pendidikan Dasar Kecamatan Cilincing Muhammad Nurdin membenarkan soal kondisi naskah soal ujian nasional Bahasa Indonesia tersebut, termasuk revisi atas naskah soal di bagian yang terpisah dari lembar berhalaman muka. “Memang ada sedikit revisi, tapi hal itu sudah disampaikan dalam rapat koordinasi di tempat mengambil soal ujian tadi pagi.”

Nama Jokowi
Nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kembali muncul di lembar soal Ujian Nasional (UN). Kali ini nama Jokowi muncul di lembar soal Bahasa Indonesia UN tingkat SMP yang dilaksanakan hari ini, Senin (5/5/2014).
Sebelumnya, nama bakal calon presiden dari PDI Perjuangan itu ada di soal UN untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Menurut Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti, soal ujian tentang Jokowi tersebut dilaporkan pertama kali oleh seorang pengawas ujian di salah satu sekolah yang ada di Jakarta Selatan.
"Barusan diterima laporan dari pengakuan seorang pengawas bahwa soal Jokowi masih ditemui dalam soal UN SMP mata pelajaran Bahasa Indonesia. Lokasinya di DKI Jakarta, tepatnya di Jakarta Selatan," kata Retno kepada Kompas.com, Senin (5/5/2014).

Selain kasus tersebut, kata Retno, ada pula orangtua siswa yang melaporkan bahwa anaknya mendapatkan 56 soal. Padahal jumlah soal secara resmi hanya untuk 50 soal. Sementara itu, lanjutnya, ada pula siswa yang lembar soalnya hanya mendapatkan 49 soal.
"Anak-anak ini pun diminta menyusun sendiri soal yang acak-acakan sesuai urutan nomor, tetapi ternyata ada yang dapat soal lebih, dan ada yang dapat soal kurang dari 50 soal. Membingungkan," ujar Retno.

Soal Bergambar Bagi Tunanetra
Peserta Ujian Nasional (UN) di MTs Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) mengeluhkan adanya soal ujian model gambar dalam mata pelajaran Matematika.

Sebab, garis yang membentuk sebuah gambar tidak terlalu jelas, sehingga sulit dibaca oleh siswa berkebutuhan khusus.
"Terlalu tipis jadi saya dan teman-teman sulit membayangkan bentuknya," ujar Wastoyo siswa siswa di MTs Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) Jalan Parangtritis, Yogyakarta, Selasa (6/5/2014).

Wastoyo mengungkapkan, dari total 30 soal Matematika, hampir setengahnya menggunakan model gambar. Lalu ada sekitar 15 soal bergambar yang garisnya tidak jelas dan sulit terbaca.
"Contohnya seperti gambar jajaran genjang, dan segitiga," kata dia.

Menyikapi soal yang tidak jelas, Panitia Ujian Nasional (UN) lantas membantu siswa dalam menerjemahkan soal Matematika model gambar dengan menggunakan media plastik stereofoam.

Pada bagian lain, Kepala Sekolah MTs Yaketunis Agus Suryanto menuturkan, pelaksanaan UN sejauh ini berjalan relatif lancar. "Persiapan siswa sudah cukup lama untuk menghadapi UN ini, jadi saya yakin akan lulus semua," kata dia.

Plagiarisme Soal UN?
Direktur Riset dan Pengembangan Program Ikatan Guru Indonesia (IGI) Dhitta Puti Sarasvati mengatakan, penggunaan soal Ujian Nasional (UN) tingkat SMP yang persis sama dengan soal buatan Programme for International Student Assessment (PISA) bisa dinyatakan sebagai bentuk plagiarisme. PISA berhak menuntut Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Itu harusnya tidak boleh, apalagi ada copyright-nya. Itu 100 persen plagiat," kata Dhitta kepada Kompas.com, Rabu (7/5/2014).
Soal UN SMP yang diujikan serentak di seluruh Indonesia mulai Selasa (6/5/2014) kemarin ditemukan adanya kesamaan dengan soal PISA. Bahkan, pada soal tersebut juga terdapat gambar, yang pada sumber aslinya dilarang untuk diambil terkait hak cipta terhadap merek Skysails.

Dhitta menyayangkan hal tersebut dan mengaku dirinya merasa "kecolongan" dengan hal tersebut. Padahal, lanjut dia, selama ini pemerintah terus menekankan pada anak-anak untuk tidak mencontek.
"Faktanya, malah mereka sendiri yang mencontek," kata Dhitta.

Menurut dia, pihak PISA bisa menuntut pemerintah. Hal tersebut dapat terjadi karena pemerintah dianggap telah melakukan plagiat soal ujian.

Hal senada juga dilontarkan oleh dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Elin Driana. Dia mempertanyakan izin pemerintah saat mengutip soal ujian dari PISA. Elin meragukan pemerintah memiliki izin dari PISA.
"Ini plagiat total namanya. Kalau pemerintah memang punya izin, ya cantumkan. Tapi, kok saya ragu ya," kata Koordinator Education Forum ini.

Elin mengatakan, di dunia pendidikan pengutipan adalah hal biasa. Namun, perlu juga dicantumkan sumber dan tahun penulisan agar tidak dicap sebagai plagiarisme. Kaidah inilah yang tidak ada pada soal UN SMP tahun ini.

Sementara itu, Anggota Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP), Teuku Ramli Zakaria, mengatakan bahwa butir-butir soal dari Programme for International Student Assessment (PISA) boleh diadaptasi untuk naskah soal Ujian Nasional (UN). Alasannya, Indonesia merupakan salah satu anggota PISA.
"Karena kita anggota PISA, bukan upaya plagiat," ujar Teuku saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/5/2014).

Pada naskah soal, lanjut dia, ada lima butir soal yang merupakan anchor item atau butir jangkar. Butir-butir itu adalah soal inti dari keseluruhan naskah soal.
Menurut Teuku, soal UN mengadaptasi soal PISA untuk kepentingan penyetaraan. Menurut dia, selama menjadi anggota PISA, Indonesia selalu menempati posisi tiga terbawah di antara negara lain.

Teuku mengatakan, soal PISA tersebut ditampilkan agar siswa terbiasa dengan soal yang bersifat aplikatif. Ihwal proses pembelajaran siswa yang tidak terbiasa dengan soal penalaran, dia menyebutkan bahwa guru juga bertanggung jawab.
"Proses pembelajaran juga harus diimplementasikan oleh guru," ujarnya.

kompas.com

Ujian Nasional, Siswa Tak Perlu 100 Persen

Ujian Nasional, Siswa Tak Perlu 100 Persen-- Judul artikel ini tidak mengada-ngada. Memang, dalam 'pertarungannya' di ajang bernama Ujian Nasional, siswa tak perlu 100 persen, cukup enampuluh (60) persen saja. Maksudnya, siswa menghadapi 'pertarungannya' itu sudah berbekal 40 persen dari nilai sekolah. Jadi, untuk dinyatakan lulus, siswa cukup mencari 60 persen dari Ujian Nasional yang akan ia hadapi besok, 5 Mei 2014. Lawan pertama siswa pada besok hari bernama Ujian Nasional 2014 mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dua tahun terakhir ini, pemerintah melalui Kemdikbud/ Kemdiknas, telah menentukan kriteria kelulusan siswa berasal dari 40% Nilai Sekolah ditambah 60% Nilai Ujian Nasional. Adapun Nilai sekolah sudah dikirim oleh sekolah satu minggu sebelum pelaksanaan ujian nasional. Nilai sekolah tersebut juga diperoleh dari komposisi nilai rata-rata rapor semestera 1-5 dengan nilai Ujian Sekolah (dengan komposisi 70%-30%).

Dengan begitu, siswa tak perlu cemas dan menganggap momok 'makhluk' yang bernama ujian. Hanya 60% persen saja lagi!!!
Misal:
Jika siswa nilai rata-rata rapor 8,16, nilai 70%-nya menjadi 5,71.
Jika nilai Ujian Sekolahnya 8,20, nilai 30%-nya 2,46
sehingga didapat Nilai Sekolah = 5,71 + 2,46 = 8,17 (40% menjadi 3,27)
Saat Ujian Nasional, ia memeroleh nilai 5,00 (60% menjadi 3,00), maka
Nilai Akhir = 40% Nilai Sekolah + 60% Nilai Ujian Nasional = 3,27 + 3,00 = 6,27

Nilai 6,27 itu masih ditambah dengan nilai 3 mata pelajaran lainnya hingga minimal rata 5,5 untuk dinyatakan lulus (boleh ada salah satu mata pelajaran hanya mencapai nilai 4,00)

Semoga 'perhitungan di atas dapat dimengerti ya....

Empat hari besok, jelas merupakan hari-hari yg menegangkan bagi semua insan pendidikan (termasuk orangtua siswa). Ketegangan yang dirasakan, jelas tidak sebesar sebagaimana yang guru dan kepala sekolah rasakan. Jika siswa dan orangtua hanya memikirkan anaknya saja, guru dan kepala sekolah memikirkan sekian banyak siswa yang duduk di kelas akhir tersebut.

Guru sudah 'membantu' siswa dengan Nilai Sekolah (40%), tinggal siswa berjuang mendapatkan 60% dari hasil ujiannya.
Perjuangan siswa itu akan berbuah manis setelah selama hampir 3 tahun belajar bersama-sama guru guna memperoleh nilai 40%.
Jadi, mudah-mudahan anak-anakku, siswa kelas 9 di SMP manapun, dapat 'mengemban tugas mengerjakan soal' dengan sebaik-baiknya guna memeroleh nilai 60% itu. Namun, perjuangannya tetap full 100 persen!!!!

Selamat ujian, semoga sukses.
Wassalam

Biar pede hadapi UN, baca:
Faktor Non-teknis Sukses Hadapi UN
Trik Jitu Menjawab Soal UN
.

TIPS | Faktor Nonteknis Sukses Ujian

Kesuksesan ujian tidak hanya ditentukan oleh faktor teknis (kecerdasan) semata, namum perlu adanya faktor nonteknis yang seyogyanya diperhatikan. Faktor nonteknis ini sebenarnya tidak berpengarauh langsung pada nilai atau hasil jawaban, namun lebih pada aspek psikologis atau kejiwaan. Bayangkan, bagaimana 'perasaan' kita tidak terganggu ketika pensil kita jatuh dan menimbulkan bunyi, sontak mata tajam dari pengawas langsung tertuju pada kita. Alangkah tidak mengenakkan hati.

Berikut ini beberapa hal yg perlu diperhatikan agar segala tingkah laku kita jangan sampai menarik perhatian (membuat pengawas memerhatikan kita). Tujuannya, supaya tercipta suasana ujian yg lebih friendly dan nyaman. Suasana yang nyaman tersebut, tentu akan sangat berpengaruh pada kejiwaan (suasana hati) kita. Dengan begitu, pikiran dan perasaan kita lebih rileks dan penalaran soal ujian pun menjadi lebih optimal.

1. Memperlihatkan kerapian berpakaian
2. Berpenampilan simpatik
3. Murah senyum pada pengawas
4. Memasuki ruangan dengan langkah pasti (jangan melangkah dg cara kaki diseret)
5. Hormat pada pengawas, membungkukkan badan ketika lewat di depannya
6. Menerima lembar soal dan lembar jawaban dari pengawas dengan sopan
7. Berdoalah sebelum bekerja
8. Bekerjalah dengan tenang
9. Perhatian dan konsentrasi betul-betul pada soal
10. Menciptakan suasana ruang ujian benar-benar tenang dan senyap
11. Menghentikan kegiatan lain dan memerhatikan pengawas ketika pengawas memberikan arahan atau penjelasan
12. Jangan menggeser kursi atau meja sampai mengeluarkan bunyi
13. Jangan berbicara satu sama lain
14. Jangan menampakkan kegelisahan
15. Jangan menghentakkan kaki atau menggesek sepatu di lantai
16. Tidak keluar ruangan jika tidak untuk keperluan mendesak dan darurat.

Good luck, semoga sukses.

Perlu trik jitu Menjawab soal UN? Coba baca:
Trik Jitu Menjawab Soal Ujian Nasional dengan Cepat dan Mudah

Materi Soal Ujian Nasional 2014 Sulit, Mendikbud: Agar Siswa Tidak Manja

Materi Soal Ujian Nasional 2014 Sulit, Mendiknas: Agar Siswa Tidak Manja
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Materi Soal Ujian Nasional 2014 Sulit, Mendikbud: Agar Siswa Tidak Manja-- KOMPAS.com — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh menanggapi keluhan siswa mengenai materi soal ujian nasional (UN) yang dianggap tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada pelaksanaan UN tingkat SMA beberapa waktu lalu, beberapa siswa mengeluh kesulitan saat menjawab soal-soal yang diberikan. "Kesulitan materi soal UN itu bisa jadi tantangan untuk siswa. Kami tidak ingin anak-anak menjadi manja," ujar M Nuh, saat menjawab pertanyaan wartawan, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis (1/5/2014).

Menurutnya, materi soal-soal UN sudah dibuat sedemikian rupa untuk mengetahui kemampuan dasar siswa. Kemendikbud, menurut Nuh, telah melakukan riset di seluruh provinsi untuk melihat berapa persen materi yang belum diajarkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa di berbagai daerah.
"Soal kami buat, ada yang sulit dan ada yang mudah. Jika ada yang kesulitan, itu menunjukan perlunya perbaikan sistem dan kurikulum agar lebih baik lagi," ujar Nuh.

Selain itu, untuk meningkatkan kualitas keberhasilan UN, Nuh juga mengingatkan para pelaksana di lapangan, termasuk pengawas ujian, untuk bekerja lebih maksimal. Meski soal dibuat dengan 20 variasi, kata Nuh, bukan berarti fungsi pengawasan diabaikan.

Saat ini, Kemendikbud masih melakukan persiapan UN untuk tingkat SMP, yang akan dilaksanakan pada 5 Mei mendatang. Hasil laporan perwakilan dinas pendidikan di beberapa provinsi menunjukkan tingkat kesiapan masing-masing dalam pendistribusian naskah soal UN.
Namun, di Provinsi Kalimantan Selatan masih terdapat kekurangan naskah soal sebanyak 7 amplop. Nuh mengatakan, akan segera melakukan tindak lanjut agar tidak terjadi kekurangan soal pada hari pelaksanaan UN.

Penting buatmu:
Trik Menjawab Soal UN
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...