Artikel Terbaru: |
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Siswa Tak Bisa UN Gara-gara Mencuri dan Ortu Bercerai-- Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, melaksanakan hari terakhir Ujian Nasional tingkat SMP di kantor polisi setempat, Kamis (8/5/2014). Pasalnya, mereka baru saja ditangkap terkait kasus pencurian. Pelajar sekolah SMP dan Madrasah Tsanawiyah itu mengerjakan mata ujian IPA diruangan Wakapolsek Ringinrejo. Mereka mendapatkan pengawasan dari para pihak sebagaimana ujian disekolah.
"Kita tetap berikan haknya untuk mengikuti ujian," kata Ajun Komisaris Mustakim, Kapala Polsek Ringinrejo, Kamis.
Kedua pelajar itu mulai mendekam di tahanan setelah tertangkap mencuri telepon genggam di rumah Khoiri (45) warga Desa Selodono, Rabu (7/5/2014) malam. Aksi keduanya gagal karena Khoiri terbangun dari tidurnya.
Kasus itu juga menyeret AN (12), seorang bocah lainnya. Dari pemeriksaan ketiganya, didapatkan keterangan bahwa mereka kerap melakukan pencurian dengan menyasar telepon genggam maupun tabung elpiji di beberapa tempat.
Karena para pelaku masih dibawah umur, kasusnya akan dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Kediri.
Lain lagi yang terjadi di Magelang. Empat siswa mengundurkan diri menjadi peserta ujian nasional (UN) SMP sederajat di Kota Magelang, Jawa Tengah akibat permasalahan kedua orangtuanya. Mereka berasal dari MTs Al Iman satu orang, SMP Muhammadiyah satu orang dan SMP Terbuka dua orang.
Menurut Sumardi, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Magelang, empat siswa itu dianggap mengundurkan diri sebelum pelaksanaan UN yang dimulai pada Senin, 5 Mei 2014, kemarin.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, empat siswa itu menjadi "korban" perceraian kedua orangtuanya. "Orangtua mereka bercerai, kemudian ada yang ikut salah satu orangtuanya ataupun saudaranya ke luar kota, sehingga sulit dihubungi," ujar Sumardi, ditemui di kantornya, Rabu (7/5/2014).
Jauh hari sebelum pelaksanaan UN, Sumardi mengaku telah berupaya membujuk mereka untuk mengikuti ujian. Mulai dengan memberikan surat pemberitahuan, sampai bersama pihak sekolah masing-masing mendatangi tempat tinggal mereka.
Namun segala upaya itu tidak membuahkan hasil. Akhirnya, pihaknya terpaksa mencoret nama mereka dari kepersertaan UN SMP sederajat di Kota Magelang tahun ini.
"Kami sudah berusaha membujuk mereka, namun ada yang sudah diajak keluar kota sehingga sulit dihubungi. Kami pun membujuk orangtuanya, karena ternyata ada orangtua yang melarang anaknya itu ujian," ungkap Sumardi.
"Bagaimanapun juga orang tua adalah salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan anak. Jangan sampai anak jadi korban karena permasalahan yang sebenarnya belum dimengerti anak," ucapnya lagi.
Kendati demikian secara umum, pelaksanaan UN SMP sederajat di Kota Magelang berjalan lancar. Hingga hari ketiga ini, Rabu (7/5/2014), seluruh peserta hadir mengikuti ujian. Dari data Dinas Pendidikan setempat, tercatat sebanyak 3.276 siswa yang tersebar di 22 SMP dan MTs menjadi peserta UN SMP tahun ini.
Ditambah tujuh siswa dari SMP Luar Biasa dan 16 siswa Kejar Paket B di Lapas kelas IIA Kota Magelang.
.
"Kita tetap berikan haknya untuk mengikuti ujian," kata Ajun Komisaris Mustakim, Kapala Polsek Ringinrejo, Kamis.
Kedua pelajar itu mulai mendekam di tahanan setelah tertangkap mencuri telepon genggam di rumah Khoiri (45) warga Desa Selodono, Rabu (7/5/2014) malam. Aksi keduanya gagal karena Khoiri terbangun dari tidurnya.
Kasus itu juga menyeret AN (12), seorang bocah lainnya. Dari pemeriksaan ketiganya, didapatkan keterangan bahwa mereka kerap melakukan pencurian dengan menyasar telepon genggam maupun tabung elpiji di beberapa tempat.
Karena para pelaku masih dibawah umur, kasusnya akan dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Kediri.
Lain lagi yang terjadi di Magelang. Empat siswa mengundurkan diri menjadi peserta ujian nasional (UN) SMP sederajat di Kota Magelang, Jawa Tengah akibat permasalahan kedua orangtuanya. Mereka berasal dari MTs Al Iman satu orang, SMP Muhammadiyah satu orang dan SMP Terbuka dua orang.
Menurut Sumardi, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Magelang, empat siswa itu dianggap mengundurkan diri sebelum pelaksanaan UN yang dimulai pada Senin, 5 Mei 2014, kemarin.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, empat siswa itu menjadi "korban" perceraian kedua orangtuanya. "Orangtua mereka bercerai, kemudian ada yang ikut salah satu orangtuanya ataupun saudaranya ke luar kota, sehingga sulit dihubungi," ujar Sumardi, ditemui di kantornya, Rabu (7/5/2014).
Jauh hari sebelum pelaksanaan UN, Sumardi mengaku telah berupaya membujuk mereka untuk mengikuti ujian. Mulai dengan memberikan surat pemberitahuan, sampai bersama pihak sekolah masing-masing mendatangi tempat tinggal mereka.
Namun segala upaya itu tidak membuahkan hasil. Akhirnya, pihaknya terpaksa mencoret nama mereka dari kepersertaan UN SMP sederajat di Kota Magelang tahun ini.
"Kami sudah berusaha membujuk mereka, namun ada yang sudah diajak keluar kota sehingga sulit dihubungi. Kami pun membujuk orangtuanya, karena ternyata ada orangtua yang melarang anaknya itu ujian," ungkap Sumardi.
"Bagaimanapun juga orang tua adalah salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan anak. Jangan sampai anak jadi korban karena permasalahan yang sebenarnya belum dimengerti anak," ucapnya lagi.
Kendati demikian secara umum, pelaksanaan UN SMP sederajat di Kota Magelang berjalan lancar. Hingga hari ketiga ini, Rabu (7/5/2014), seluruh peserta hadir mengikuti ujian. Dari data Dinas Pendidikan setempat, tercatat sebanyak 3.276 siswa yang tersebar di 22 SMP dan MTs menjadi peserta UN SMP tahun ini.
Ditambah tujuh siswa dari SMP Luar Biasa dan 16 siswa Kejar Paket B di Lapas kelas IIA Kota Magelang.
.