loading...

Latihan Mengubah Sajian Tabel Menjadi Uraian (Narasi)

Latihan Mengubah Sajian Tabel Menjadi Uraian (Narasi)---
TABEL PERSENTASE PENCEMAR DI JAKARTA (%) TAHUN 1991:
PencemarTransportasiPermukimanSampahIndustri
CO98.800,101,000,10
NOx73,409,601,1015,90
SOx26,5010,700,2062,70
HC88,902,207,701,20
TSP26,5033,08,4014,60
Hasil Penelitian Lab. Udara Jurusan Teknik Lingkungan ITB
Sumber: Republika 3 April 1996 hlm.5

Sebagai latihan membuat narasi (uraian) tabel tersebut, lengkapilah teks rumpang berikut:

              Pencemaran di Jakarta disebabkan oleh (1)......................, ........................, .........................., dan ...................... Di antara lima gas beracun ini, (2)......, ......, ......, ......, dan ......, sulfur oksida (SOx) paling banyak ditimbulkan oleh (3)........................ Akan tetapi, di antara empat sumber penyebab pencemaran udara, (4).......................... merupakan biang pencemaran yang merata dan sangat tinggi untuk setiap jenis unsur pencemar. Penyumbang tertinggi untuk pencemar dalam bentuk partikel/ debu di udara (TSP) adalah (5).......................... Dari tabel ini jelaslah bahwa penyebab pencemaran udara terbesar adalah (6)......................., disusul oleh (7).............................. dan (8).............................. Penyebab pencemaran udara terendah adalah (9)................................, tetapi sumber ini menghasilkan pencemar dalam wujud (10)...... dan ...... yang cukup tinggi.

Selamat Datang Februari 2012 | Apa, Mengapa, dan Bagaimana Tahun Kabisat

Selamat Datang Februari 2012 | Apa, Mengapa, dan Bagaimana Tahun Kabisat---
Apa?

Tahun Kabisat (Bahasa Inggris: Leap Year) adalah sebuah Tahun Syamsiah di mana pada tahun tersebut jumlah hari tidak terdiri dari 365 hari tetapi 366 hari.

Mengapa?

Satu tahun syamsiah tidak secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Jika hal ini tidak dihiraukan, maka setiap 4 tahun akan kekurangan hampir 1 hari (tepatnya 23 jam 15 menit 0,7256 detik.

Bagaimana?

Maka untuk mengkompensasi hal ini, setiap 4 tahun sekali (tahun yang bisa dibagi 4), diberi 1 hari ekstra: 29 Februari. Tetapi karena 5 jam 48 menit 45,1814 detik kurang dari 6 jam, maka tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti tahun 1900), bukan tahun kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400 (seperti tahun 2000).

Simpulan:

Tahun ini, Februari 2012 merupakan tahun kabisat (tahun Syamsiah) yang terdiri atas 29 hari, terjadi 4 tahun sekali.
Tahun yang bulan Februarinya terdiri atas 28 hari, merupakan tahun Kamariah.

Baca lebih lanjut di:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Kabisat

Majas Alusio dan Majas Alegori Beserta Contoh-contohnya

Majas Alusio dan Majas Alegori Beserta Contoh-contohnya---
A. Majas Alusio adalah majas yang artinya diketahui umum/ menggunakan peribahasa.

Contoh:
  1. Saya tahu siswa yang lempar batu sembunyi tangan.
  2. Jangan seperti katak dalam tempurung.
  3. Tugu ini mengingatkan kita pada peristiwa Bandung Lautan Api.
  4. Ah, kau ini sudah gaharu cendana pula.

B. Majas Alegori adalah majas yang berupa cerita singkat dan mengandung kiasan atau lambang.

Contoh:
Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera kehidupan keluargamu sebab batu karang dan gelombang setiap saat menghadang.

Majas Simile dan Majas Litotes Beserta Contoh-contohnya

Majas Simile dan Majas Litotes Beserta Contoh-contohnya--- B. Majas Simile (disebut juga Perumpamaan) adalah majas yang membandingkan sesuatu dengan benda lain sehingga memiliki pengertian yang jelas.
Biasanya majas ini menggunakan kata-kata: bagai (bagaikan), umpama, laksana, bak, dan sebagainya.

Contoh:
  1. Engkau laksana bulan.
  2. Kenangan bersamamu seumpama mimpi di dalam mimpi.
  3. Kau bagaikan Rahwana menculik Dewi Shinta dari tangan Sri Rama.

B. Majas Litotes adalah majas yang menggunakan pernyataan yang dikecil-kecilkan dari kenyataan dengan maksud merendah.

Contoh:
  1. Hanya teh dingin dan kue kampung saja yang dapat kami hidangkan.
  2. Rumah yang buruk inilah hasil kerja keras kami.
  3. Hasil usaha mereka tidak mengecewakan.
  4. Aapa yang Saudara harapkan dari orang semiskin saya.
  5. Perjuangan ini hanya setitik air dalam samudera yang luas.

Majas Antitesis dan Majas Paradoks Beserta Contoh-contohnya

Majas Antitesis dan Majas Paradoks Beserta Contoh-contohnya---
A. Majas Antitesis adalah majas yang berupa paduan dua kata yang berlawanan dalam susunan kata yang sejajar.

Contoh:
  1. Hidup matinya manusia di tangan Tuhan.
  2. Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah ukuran nilai seorang wanita.
  3. Bahasa dapat menunjukkan tinggi rendahnya suatu bangsa.
  4. Maju mundurnya desa tergantung dari warganya.

B. Majas Paradoks adalah majas yang memuat pernyataan yang seolah-olah berlawanan dengan pendapat umum, tetapi benar kenyataannya.

Contoh:
  1. Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
  2. Dia kaya tetapi miskin.
  3. Kita memang berani tetapi takut.
  4. Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi.

Majas Eufimisme dan Contoh-contohnya

Majas eufimisme adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang lebih sopan.

Contoh:
  1. Pramuwisma bukan pekerjaan hina. (pembantu rumah tangga)
  2. Orang itu telah berubah akal. (gila)
  3. Ia telah pergi mendahului kita. (meninggal)
  4. Putera Bapak memang agak ketinggalan. (kurang pintar)
  5. Bolehkah saya ke belakang sebentar? (ke toilet)
  6. Banyak penduduk di negara itu kekurangan makan. (kelaparan)
  7. Ah, kamu memang tunarungu. (tuli)
  8. Karena tidak disiplin, pegawai itu diistirahatkan. (dipecat)
  9. Pejabat itu dibebastugaskan karena kesalahannya. (dipecat)

Trio Majas Sindiran: Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Majas yang kita bahas kali ini memang kurang pantas untuk dipelajari. Tapi tak apa, sekadar diketahui.

A. Majas Ironi
Majas Ironi adalah majas sindiran halus yang menyatakan pertentangan makna, menyanjung kemudian menjatuhkan.
Contoh:
- Bagus benar tulisanmu sampai aku tak bisa membaca.
- Hai, baru pukul delapan, kamu sudah datang?
- Manis benar teh ini, terlalu banyak gula rupanya.
- Baik benar kelakuanmu, orang setua itu kaupukul.
- Bagus benar ucapanmu sehingga menyakitkan hati.
- Aduh rapinya tempat ini, barang-barang berantakan di sana-sini.

B. Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah majas sindiran seperti ironi, namun agak kasar.
Contoh:
- Muak aku mendengar kata-katamu.
- Kamu sudah pandai, tak perlu nasihat lagi.

C. Majas Sarkasme
Majas Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar dengan kata-kata yang tidak sopan.
Contoh:
- Dasar otak u**ng kamu.
- Hai, m**yet, mau apa kamu ke sini?
- Cepat mandi, k**bing.

Mohon maaf, sekali lagi, sekadar diketahui dan materi ini tak perlu dipelajari dan tak akan muncul dalam ulangan ataupun ujian.

Majas Metafor (Metafora) dan Contoh-contohnya | Kupu-kupu Malam

Majas Metafor (Metafora) dan Contoh-contohnya | Kupu-kupu Malam--- Di arsip sebelumnya, di Sinopsis Novel Neraka Dunia, terdapat frasa kupu-kupu malam. Apa artinya? Kupu-kupu itu kan suka terbang ke sana kemari, dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Kok ada di malam hari? Ya tak mungkin lah kupu-kupu keluar di malam hari. Ini hanya sebuah pengungkapan yang sopan bagi perempuan yang terpaksa menjual diri karena alasan tertentu (WTS).

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, itu dinamakan majas Metafor (Metafora). Metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung atas dasar sifat yang sama/ hampir sama.

Contoh:

  1. raja siang (matahari)
  2. dewi malam (bulan)
  3. kupu-kupu malam (WTS)
  4. bunga bangsa (generasi muda)
  5. bunga desa (gadis desa tercantik)
  6. kutu buku (gemar membaca buku)
  7. lintah darat (rentenir)
  8. kembang desa (gadis desa tercantik)
  9. buah hati (anak kesayangan)


Demikian, 9 frasa/klausa pilihan yang bermajas dan sempat tercatat di buku notes saya......


Sinopsis Neraka Dunia, Karya Nur Sutan Iskandar Tahun 1934

Sinopsis Neraka Dunia, Karya Nur Sutan Iskandar Tahun 1934---
Neraka Dunia merupakan novel karya Nur Sutan Iskandar yang diterbitkan Balai Pustaka dan populer tahun 1934.
Tokoh utama: Akhmad Salam, Aisyah
Ketika berada di kota Surabaya, Akhmad Salam, seorang pemuda asal Jakarta berkenalan dengan Aladin, pemuda Bugis. Aladin yg sudah banyak pengalaman tinggal di Surabaya mengajak Akhmad Salam menjelajahi pelosok kota sampai ke lorong-lorong sempit tempat kupu-kupu malam bersarang. Pergaulannya dengan Aladin telah menyeret Akhmad Salam ke jurang nista. Ia tak menggubris nasihat Tabrani, sahabatnya yang lain yang senantiasa tekun beribadah pada Tuhan.

Makin hari Akhmad Salam terperosok jurang nista semakin dalam. Setiap malam bersama Aladin dihabiskan waktu dan uangnya di tempat-tempat mesum, memburu kenikmatan bersama perempuan-perempuan jalang. Hampir seluruh tempat mesum dan hotel-hotel yang mnyediakan bunga sedap malam didatangi Akhmad Salam. HIngga pada suatu hari Akhmad Salam merasakan ada perubahan pada tubuhnya. Di seluruh tubunya timbul bintik-bintik dan gatal. Bandannya lemah, panas dingin dan sakit-sakitan. Ia dijangkiti penyakit sipilis.

Temannya Aladin menderita sipilis berat dan dirawat di CBZ. Karena otaknya sudah miring, ia terpaksa dikirimkan ke Lawang dan mati di sana.

Akhmad Salam merasa dirinya dijangkiti penyakit kotor itu, tetapi malu berterus terang pada orang lain termasuk kepada dokter. Secara diam-diam ia pergi berobat ke dukun. Kata dukun, Akhmad Salam dijangkiti penyakit Surabayam, alias rajasinga.

Akhmad Salam yang merasa dirinya sudah sembuh berkat dukun itu, segera pulang ke Jakarta. Berhubung kedua orangtuanya hendak berangkat naik hai ke Mekah, perusahaan kayu Usaha Kita diserahkan sepenuhnya kepada Akhmad Salam. Di bawah pimpinannya, perusahaan milik ayahnya mendapat kemajuan pesat.

Pada suatu hari, Akhmad Salam bertemu dengan sahabat lamanya, Rusli. Ia diajak berkunjung ke rumah Aisyah, puteri R.Akh. Mansur, padahal Akhmad Salam sebenarnya mempunyai kekasih bernama Yeti, seorang primadona pada suatu grup sandiwara. Pertemuannya dengan Aisyah membuat Akhmad Salam tergetar hatinya. Ia jatuh cinta kepada gadis itu, dan ternyata mendapat sambutan baik dari Aisyah.

Dalam acara Pertemuan Pemuda, Akhmad Salam kembali berjumpa Aisyah. Akhmad Salam tak lagi mempedulikan Yeti yang saat itu sedang berada di pentas memainkan sandiwara Sabai nan Aluih. Dengan persetujuan kedua orangtua mereka, akhirnya Akhmad Salam dan Aisyah menikah dan tinggal di rumah sendiri yang terletak di Jalan Tangkuban Perahu.

Saat itu kandungan Aisyah menginjak umur tujuh bulan. Ia merasakan adanya kelainan-kelainan pada dirinya. Tubuhnya yang semula tegar tampak berubah kurus kering dan sering sakit-sakitan. Rambutnya yang dulu lebat mulai rontok. Ia mengeluh pada suaminya, mengadukan penderitaannya. Mendapat pengaduan Aisyah yang memelas, Akhmad Salam hanya merenung diam. Ia sadar atas segala perbuatannya di masa lampau yang membuahkan penyakit kotor dalam dirinya. Kini penyakit itu telah menular pada istri yang sangat dicintainya dan sedang mengandung itu. Akhmad Salam menyesal tidak mau mendengarkan nasisat-nasihat Tabrani, sahabatnya yang saleh ketika masih tinggal di Surabaya. Tabrani merupaan satu-satunya kawan yang mengetahui rahasia pribadinya, dan menasihati agar ia pergi berobat ke dokter dan berterus terang tentang penyakit yang dideritanya. Akhmad Salam malah pergi ke dukun. Akibatnya, Akhmad salam harus menerima kenyataan bahwa istrinya yang tak berdosa itu harus pula menanggung penderiataan. Ana yang lahir dari rahim Aisyah sangat kecil dan tidak sehat. Akhirnya bayi yang merana itu, mati. Aisyah sendiri menjadi gila, bukan karena ayahnya yang mati terendam banjir. Ia gila akibat penyakit yang dibawa oleh Akhmad Salam, suaminya.

Atas saran orangtuanya, Aisyah pergi berobat ke dokter dan dapat disembuhkan. Akhmad Salam juga berhasil disembuhkan dari enyakit kotor itu setelah berobat dengan tekun dan melaksanakan nasihat-nasihat dokter.

Hadiah Perekat Jiwa | Sudut Pandang dalam Kutipan Bab VI Novel Ayat-ayat Cinta

Dalam sebuah cerita, kita mengenal unsur intrinsik, yaitu unsur yg membangun suatu karya dari dalam. Unsur intrinsik itu salah satunya adalah Sudut Pandang (point of view). Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam sebuah cerita. Dalam novel ini, pengarang menjadikan dirinya sebagai tokoh utama sehingga novel ini disebut bersudut pandang orang pertama pelaku utama (Sudut pandang Akuan).

Oke, selamat mengarungi dunia imajinasi....
Lanjutan dari Bab V

Hadiah Perekat Jiwa | Sudut Pandang dalam Kutipan Bab VI Novel Ayat-ayat Cinta ---
Senja musim panas sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musim semi. Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat mega kemerahan menghiasi langit. Bau uap pasir masih terasa. Angin bertiup semilir seolah menghapus hawa panas. Jendela Maria kelihatannya juga terbuka. Habis maghrib paling enak memang membuka jendela. Membiarkan angin semilir mengalir. Sayup-sayup aku mendengar Maria bernyanyi.

Kalimatin laisat kal kalimaat!
Ia melantunkan lagu Majida Rumi dengan sangat indah. Suara Maria memang seindah suara penyanyi tersohor dari Lebanon itu.

Di kamar sebelah Saiful masih membaca An-Naml. Spontan aku menangkap makna ayat-ayat yang dibaca Saiful. Seekor semut berseru pada teman-temannya, “Hai semut-semut sekalian cepat masuklah ke dalam liang kalian. Sebentar lagi Sulaiman dan bala tentaranya akan lewat, kalian bisa terinjak kaki mereka dan mereka sama sekali tidak merasa menginjak kalian!” Nabi Sulaiman ternyata mendengar dan mengerti apa yang diucapkan semut itu. Nabi Sulaiman tersenyum. Aku pun tersenyum.

Aku duduk di depan meja belajar. Menulis beberapa baris kalimat indah untuk Yousef dan Madame Nahed dalam dua kertas berbeda. Masing-masing kumasukkan amplop. Dan kumasukkan dalam dua kardus kecil yang siap kubungkus. Hamdi dan Rudi masuk.

“Katanya mau membuat konferensi pers Mas?” canda Hamdi. Rudi cengar-cengir.
“Panggil Saiful sekalian!” sahutku tenang. Agaknya Saiful mendengar pembicaraan kami. Dia menyudahi bacaan Al-Qur’annya dan menyahut, “I’m coming!”
“Rud, tolong sambil kau bantu membungkus yang satu! Kau ‘kan jagonya membungkus kado,” pintaku pada Rudi.
“Beres Mas.”
Sambil membungkus kado aku menjelaskan untuk siapa kado ini sebenarnya. “Kita mengamalkan hadits Nabi, Tahaadu tahaabbu! Salinglah kalian memberi hadiah maka kalian akan saling mencintai! Ini waktu yang tepat untuk memberikan kejutan pada tetangga kita yang baik itu. Mereka sering sekali memberi makanan dan minuman kepada kita. Mereka juga perhatian pada kita. Jadi begitu sesungguhnya. Bukan untuk calon isteri. Jangan berprasangka sebab sebagian prasangka itu dosa!”
Mereka semua menganggukkan kepala. Rudi minta maaf. Kubalas dengan senyum.
“Kapan kado ini akan disampaikan Mas?” tanya Saiful.
“Insya Allah nanti menjelang mereka tidur,” jawabku.
“Bagaimana kita tahu mereka mau tidur?” sahut Hamdi.
“Jika aku mendengar Maria menutup jendela, biasanya dia siap untuk tidur. Dan Maria bilang mamanya selalu tidurnya lebih lambat darinya.”
* * *

Kira-kira pukul sebelas kudengar suara jendela ditutup. Itu Maria. Dua menit kemudian kukirim pesan ke nomor handphone-nya:
“Kalau mau tidur jangan lupa doa! Semoga mimpi bertemu Al-Masih.”
Tak lama kemudian datang balasan,
“Bagaimana kamu tahu aku akan tidur?”
Kujawab,
“Firasat orang beriman banyak benarnya.”
“Kau benar. Selamat malam.”
Saatnya telah tiba.

Kuajak teman-teman semua ke atas. Ke rumah Maria. Aku yakin Yousef dan Madame Nahed belum tidur. Tuan Boutros mungkin baru akan tidur. Kami menekan bel dua kali. Yousef membuka pintu dan melongok.
“Oh kalian. Ada perlu?” tanya Yousef. Ia belum melihat hadiah yang kami bawa.
“Mama ada? Kami perlu bicara dengan beliau,” tukasku.
“Ayo masuk.”

Yousef ke dalam memanggil mamanya. Tak lama kemudian Madame Nahed keluar dengan sedikit kaget. Biasanya kami selalu berurusan dengan Tuan Boutros atau Maria. Jarang sekali dengan beliau.
“Malam-malam begini mencari saya ada apa ya? Apa ada yang sakit?” tanya beliau yang memang seorang dokter, tapi tidak praktek di rumah.
“Maafkan kami Madame, jika kedatangan kami mengganggu. Kami datang untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami pada keluarga ini. Kebetulan kami telah menyiapkan hadiah ala kadarnya. Ini untuk Madame dan yang satunya untuk Yousef. Hadiah sederhana untuk ulang tahun Madame dan Yousef. Kami mendoakan semoga Madame dan Yousef bahagia dan berjaya.” Aku menjelaskan maksud kedatanganku dan teman-teman.
Madame Nahed benar-benar terkejut. Ia menerima hadiah itu dengan mata berkaca-kaca. Yousef mengucapkan terima kasih tiada terhingga. Setelah itu kami mohon diri meskipun Madame Nahed ingin kami minum kopi dulu.
“Kami tahu sudah saatnya istirahat. Kami tidak ingin istirahat Madame dan Yousef terganggu.”

Madame Nahed tidak bisa mengucapkan apa-apa kecuali terima kasih berkali-kali. Saat kami menuruni tangga, kami mendengar Madame Nahed berteriak-teriak senang memanggil Maria dan Tuan Boutros. Selanjutkan kami tidak tahu apa yang terjadi dalam rumah Madame Nahed itu.
Ketika aku bersiap untuk tidur, handphone-ku memekik. Ada pesan masuk. Kubaca. Dari Maria,
“Apa yang kalian lakukan sampai membuat Mama menangis haru?”
Aku merasa tidak perlu menjawab. Hatiku mengucapkah puji syukur kepada Tuhan berkali-kali. Tidak sia-sia rasanya panas-panas ke Attaba.
Maria kembali mengirim pesan,
“Hai orang Indonesia, kenapa tidak dijawab? Kau sudah tidur ya?”
Aku jawab, “Ya.”

Ada pesan masuk lagi. Tidak kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri di Indonesia. Sebelum kenal Kairo aku adalah orang desa yang tidak kenal yang namanya kado. Di desa hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua mencicipi suatu nikmat anugerah Gusti Allah. Jika ada yang panen mangga ya semua tetangga dikasih biar ikut merasakan. Ulang tahun tidak pernah diingat-ingat oleh orang desa. Yang diingat adalah netu, atau hari lahir menurut hitungan Jawa, misalnya Kamis Pon, Jum’at Wage dan seterusnya. Pada hari itu, seperti yang kuingat waktu kecil dulu, ibu akan membuat bubur merah atau makanan lengkap dengan lauk-pauknya di letakkan di atas tampah yang telah dialasi dengan daun pisang. Tampah adalah wadah seperti nampan bundar besar yang terbuat dari bambu Di bawah daun pisang ibu meletakkan uang recehan banyak sekali. Setelah siap semua teman-temanku dipanggil untuk makan bersama.

Sebelum makan ibu mengingatkan agar kami tidak lupa membaca basmalah bersama. Jika Mbah San kebetulan ada, ibu akan minta Mbak Ehsan berdoa dan kami, anak-anak, mengamininya. Barulah kami makan berramai-ramai. Setelah makanannya habis kami akan membuka daun pisang yang tadi dibuat alas makan. Lalu kami berebutan mengambil uang receh dengan serunya. Semua kebagian. Sebab jika ada yang dapat uang lebih dan ada yang tidak dapat maka sudah jadi kewajiban yang dapat lebih untuk membaginya pada yang tidak dapat. Biasanya ibu sudah menghitung jumlah anak yang akan diundang dan uangnya sesuai dengan jumlah anak itu. Jadi semuanya dapat jatah sama. Sebenarnya kami tahu jatah uang logamnya satu-satu. Tapi selalu saja dibuat rebutan dahulu. Masa kecil yang seru. Begitulah cara ibu-ibu di desaku menyenangkan hati anak-anak kecil. Kenangan indah yang tiada terlupakan. Lebih indah dari pesta meniup lilin dan bernyanyi happy bird day to you.

Pernah ada kiai muda dalam suatu pengajian di surau melarang ibu-ibu membuat pesta untuk anak-anak seperti itu. Katanya itu bid’ah. Ibu-ibu bingung dan lapor pada Mbah Ehsan. Mbah Ehsan yang pernah belajar di Pesantren Mambaul Ulum Surakarta itu hanya tersenyum dan bilang tidak apa-apa, tidak bid’ah, malah dapat pahala menyenangkan anak kecil. Kanjeng Nabi adalah teladan. Beliau paling suka menyenangkan hati anak kecil.

Ketika aku sudah sampai Mesir, dan setelah membaca kitab Al I’tisham karangan Imam Syathibi dan kitab As-Sunnah Wal Bid’ah yang ditulis Syaikh Yusuf Qaradhawi aku merenungkan kembali jawaban Mbah Ehsan. Sungguh suatu jawaban yang sangat arif. Sungguh tidak mudah untuk membid’ahkan suatu perbuatan terpuji yang tiada larangan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sungguh tidak bijak bertindak sembarangan menghukumi orang.

Pada kenyataannya, ibu-ibu di desa tidak pernah menganggap pesta pada netu anaknya sebagai suatu kewajiban agama yang harus dilakukan. Yang jika dilakukan dapat pahala jika tidak dapat dosa. Atau sebagai ibadah sunah, jika dilakukan dapat pahala jika ditinggal tidak apa-apa. Tidak ada anggapan itu masuk bagian dari ajaran agama. Apa yang dilakukan ibu-ibu di desa tak lebih dari ungkapan rasa sayangnya pada anaknya. Ia ingin anaknya merasa senang. Dan teman anak-anaknya juga senang. Itu saja.

Orang desa adalah orang yang hidupnya susah dan pas-pasan. Jika punya kelebihan rizki sedikit saja ingin berbagi kepada sesama. Ibu-ibu ingin menanamkan hal itu dalam jiwa anak-anaknya. Ketika seorang ibu di desa memiliki rizki ia ingin membahagiakan anaknya. Membuatkan sesuatu yang istimewa untuk anaknya. Tapi ia juga ingin anaknya membagi kebahagiaan dengan teman-temannya. Maka dibuatlah makanan yang agak banyak untuk dibancak bersama-sama. Adapun itu dipaskan dengan hari netu anaknya adalah agar anaknya merasa memiliki sesuatu istimewa. Ia merasa dihormati, dicintai dan disayangi. Hari itu ia merasa memiliki rasa percaya diri. Ia merasa ada sebagai manusia. Ia didoakan oleh teman-temannya yang mengamini doa Mbah Ehsan. Atau ia merasa ketika seluruh teman-temannya membaca basmalah bersama-sama, itu adalah doa mereka untuk dirinya. Pada hari itu anak orang paling miskin di suatu desa sekalipun akan tumbuh rasa percaya dirinya. Sebab anak orang kaya ikut serta makan satu nampan dengan seluruh anak-anak yang ada. Anak orang kaya makan pada nampan yang dibuat ibunya untuk dirinya pada hari istimewanya. Ia tidak merasa rendah diri. Seluruh anak-anak desa merasa sama. Makan bersama. Cuil mencuil tempe. Saling tarik menarik secuil rambak. Dan tertawa bersama. Lalu rebutan uang receh dan saling berbagi. Orang-orang desa adalah orang-orang susah dan mereka kaya akan cara menutupi kesusahan mereka dan menyulapnya menjadi kebahagian yang bisa dirasakan bersama-sama.
* * *

Pagi usai shalat shubuh ada orang menekan bel. Ternyata Yousef. Ia datang untuk sekali lagi mengucapkan terima kasih dan mengabarkan kami sesuatu,
“Mama ingin membuat pesta ulang tahun kami berdua di sebuah Villa di Alexandria. Kalian satu rumah kami undang. Semua ongkos perjalanan jangan dipikirkan Mama sudah siapkan,” ucapnya dengan mata berbinar-binar. Kulihat wajah teman-teman cerah. Wisata gratis ke Alexandria siapa tidak mau. Lain dengan diriku. Bulan ini jadwalku padat sekali. Terjemahan belum selesai. Proposal tesis. Mengaji dengan Syaikh Utsman yang sangat sayang jika aku tinggalkan, meskipun cuma satu hari. Dan lain sebagainya. Aku merasa tidak bisa ikut. Tapi aku pura-pura bertanya,
“Kapan?”
“Minggu depan. Menurut ramalan cuaca sudah tidak terlalu panas. Rencananya berangkat Sabtu, setengah dua siang. Menginap di sana semalam. Minggu sore sebelum maghrib baru pulang. Bagaimana, kalian bisa ‘kan? Kalian ‘kan masih libur?” kata Yousef.
Meskipun wajah teman-teman tampak cerah, tapi mereka tidak spontan menjawab. Mereka sangat menghargai diriku sebagai kepala rumah tangga dan sebagai yang tertua.
“Kurasa teman-teman bisa ikut. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa. Sebab jadwal saya padat sekali. Terus terang saya sedang menyelesaikan proyek terjemahan dan sedang menggarap proposal tesis. Sampaikan hal ini pada Mama ya?” jawabku.
“Mas, kenapa tidak diluangkan satu hari saja sih. Kasihan mereka ‘kan?” sahut Rudi.
“Rud, semua orang punya skala prioritas. Banyak hal penting di hadapan kita, tapi kita tentu memilih yang paling penting dari yang penting. Aku punya kewajiban menyelesaikan kontrak. Itu yang harus aku dahulukan daripada ikut ke Alex. Jika ada rencana yang tertunda dua hari saja, maka akan banyak rencana yang rusak. Tolonglah pahami aku. Silakan kalian ikut aku tidak apa-apa. Sungguh!” jelasku mohon pengertian teman-teman satu rumah. Yousef mengerti semua yang aku katakan sebab Rudi dan aku mengatakannya dalam bahasa Arab.
“Baiklah. Akan aku sampaikan ini pada Mama,” ujar Yousef sambil bangkit minta diri. Aku beranjak ke kamar untuk menyalakan komputer.
Sementara Saiful ke dapur untuk piket masak. Rudi dan Hamdi tetap di ruang tamu membaca-baca koran yang kemarin kubeli.
Baru saja aku mengetik tujuh baris. Bel kembali berbunyi.
“Mas Fahri, Yousef!” teriak Hamdi.
Aku bergegas ke depan.
“Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya, Mama memutuskan untuk membatalkan rencana ke Alex,” ucap Yousef dengan kerut muka sedikit kecewa.
“Kenapa?”
“Karena kau tidak bisa ikut.”
“Kan acara tetap bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku.”
“Pokoknya itu keputusan mama.”
“Ana asif jiddan! Wallahi, ana asif jiddan! (Aku menyesal sekali. Demi Allah, saya sangat menyesal)” ucapku sedih. Sebetulnya aku tidak ingin mengecewakan siapapun juga.
“Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan sebuah acara yang tidak akan menyita waktu banyak. Dan untuk acara ini mama minta dengan sangat kalian bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh permohonan, tidak boleh ada yang tidak bisa.”
“Acaranya apa, dan kapan?”
“Kami sekeluarga akan mengajak kalian sekeluarga ke sebuah restaurant di Maadi untuk makan malam. Kalian tidak boleh menolak. Begitu pesan mama.”

Aku berpikir sejenak.
“Sudahlah Mas. Untuk yang ini sedikit toleranlah. Masak jadwal menerjemahnya ketat buanget sih!” desak Hamdi.
“Baiklah. Insya Allah, kami sekeluarga bisa. Jam berapa kita berangkat?” kulihat wajah Yousef lebih cerah. Ia tersenyum.
“Setelah kalian shalat maghrib kita langsung berangkat. Biar tidak kemalaman,” ucapnya senang.
“Waktu yang tepat sekali,” gumamku.
“Kalau begitu aku naik dulu. Terima kasih atas kesediaannya.”
“Terima kasih atas ajakannya.”
Hamdi, Rudi, dan Saiful tersenyum riang.
“Wah lumayan. Pengiritan uang dapur,” kata Saiful.
“Sekali-kali kita makan di restaurant mewah, masak cuma bisa makan qibdah 35 piaster,” sahut Rudi.
“Memang enaknya punya tetangga baik,” tukas Hamdi.
“ Hei, jangan lupa sama teman. Si Mishbah diberi tahu suruh pulang. Harus sampai rumah sebelum maghrib.”
Selorohku sambil berjalan masuk kamar untuk kembali menerjemah. Tak lama kemudian kudengar Si Hamdi berbicara di telpon. Mishbah akan pulang selepas shalat ashar.
Baru lima halaman Rudi berteriak, “Mas Fahri telpon from the true coise!” Rudi itu masih meledek aku rupanya ia menyebut Nurul “the true coise”. The true coise bagi siapa? Aku mendesah panjang. Pagi-pagi mau tenang sedikit saja tidak bisa. Kuangkat gagang telpon, “Halo. Siapa ya?”
“Alah, udah tahu pura-pura tanya pula!” celetuk Rudi dengan logat Medannya yang membuat telingaku terasa gatal. Anak ini resek sekali.
“Ini Nurul. Ini dengan Kak Fahri ya?” suara di seberang sana.
“Ya. Kemarin katanya nelpon ya? Ada apa?”
“Ah enggak. Kemarin sebetulnya ada yang ingin Nurul tanyakan, tapi jawabannya sudah ketemu.”
“Lha ini nelpon ada apa?”
“Tentang Noura.”
“Ada apa dengan Noura?”
“Tadi malam dia sudah menceritakan semuanya pada saya. Dia memang gadis yang malang. Ceritanya sangat mengenaskan.”
“Bagaimana ceritanya?”
“Maaf Kak, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Sangat panjang.”
“Oh aku paham. Kau tutup saja telponmu. Biar aku yang telpon.”
“Bukan pulsa masalahnya Kak.”
“Terus enaknya bagaimana?”
“Sore nanti kami, pengurus Wihdah diundang Pak Atdikbud di rumahnya yang dekat SIC. Kakak bisa nggak ke SIC jam lima?”
“Sayang nggak bisa Nur.”
“Terus bagaimana?”
“Minggu-minggu ini jadwalku padat. Susah meluangkan waktu buat appoinment baru. Bagaimana kalau segala yang diceritakan Noura kau tulis saja semuanya. Pakai tulisan tangan tidak apa-apa. Kulihat cerpenmu pernah nampang di bulletin Citra. Kayaknya lebih praktis. Lebih enak. Tapi kalau bisa secepatnya.”
“Akan Nurul usahakan. Kapan Kakak ingin mengambilnya?”
Aku berpikir sejenak. Kapan aku akan keluar ke Nasr City. Satu minggu lagi. Terlalu lama. Oh ya, aku ingat, Mishbah masih di wisma dia akan pulang selepas shalat ashar. Dan Rudi setelah makan pagi nanti akan pergi ke Wisma untuk diskusi.
“Kalau kau bisa menulisnya sekarang juga, habis zhuhur aku bisa minta teman untuk mengambilnya.”
“Insya Allah bisa. Siapa nanti yang mengambil Kak?”
“Kalau tidak Mishbah ya Rudi.”
“Bilang jangan lebih jam tiga. Aku sudah tidak dirumah. Itu saja Kak ya.”
“Terima kasih Nur.”
“Kembali.”
Aku menutup gagang telpon dengan hati penasaran. Apa sesungguhnya yang dialami oleh gadis Mesir yang lemah lembut bernama Noura itu. Aku berharap nanti sore atau nanti malam sudah mengetahuinya.

* * *

Silakan lanjutkan baca di novelnya, Ayat-ayat Cinta, Novel Pembangun Jiwa, Bab VII....

Image: Google

Kliping | Lima Besar Kecelakaan/ Tabrakan Maut yang Menewaskan Artis

Berikut ini, Pelajaan Bahasa Indonesia di Jari Kamu membagi memorabilia "Lima Besar Kecelakaan/Tabrakan Maut yang Menewaskan Artis".
Lima besar maksudnya karena mereka terhitung artis yang sedang dan masih TOP di saat meninggal serta peristiwa tabrakan/ kecelakaannya menyita perhatian khalayak (Sumber dikutip secara terpisah dari Wikipedia):
2012 - Valia Rahma
Valia (lahir di Jakarta, 31 Januari 1985 – meninggal di Denpasar, 13 Januari 2012 pada umur 26 tahun) adalah pemeran dan pembawa acara Indonesia.
Valia mulai dikenal luas masyarakat dengan bermain sinetron, awal kariernya dimulai dengan menjadi model. Kemudian, ia juga ikut bermain dalam film Hantu Jeruk Purut pada tahun 2006. Selain itu, Valia Rahma pernah memandu acara Planet Remaja.
Valia meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2012 setelah mengalami kondisi koma selama sembilan hari akibat kecelakaan sepeda motor yang dialaminya di Bali. Valia mengalami luka hebat di kepalanya dan harus menjalani operasi di Rumah Sakit Kasih Ibu, Denpasar, Bali, namun mengalami kondisi koma dan akhirnya meninggal dunia pada sekitar pukul 17.00 WITA. Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan pada 14 Januari 2012.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Valia_Rahma

2008 - Sophan Sophiaan
Sophan (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 26 April 1944 – meninggal di Ngawi, Jawa Timur, 17 Mei 2008 pada umur 64 tahun) adalah salah satu aktor senior, sutradara dan politikus Indonesia. Ayahnya, Manai Sophiaan, adalah politikus terkemuka Indonesia yang pernah menjadi duta besar di Rusia. Sophan meninggal dunia pada 17 Mei 2008 dalam sebuah kecelakaan motor di Ngawi, Jawa Timur.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sophan_Sophiaan

2007 - Taufik Savalas
Taufik lahir di Jakarta, 9 Juni 1966 – meninggal di Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah, 11 Juli 2007 pada umur 41 tahun) adalah seorang pembawa acara dan pelawak asal Indonesia. Ia terlahir dengan nama Muhammad Taufik bin Muhammad Yusuf Masri. Nama Taufik Savalas diambil dari nama seorang aktor Yunani yang dikaguminya, Telly Savalas (pemeran Detektif Kojak).
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Taufik_Savalas

2006 - Adi Firansyah
Adi (lahir di Jakarta, 26 September 1984 – meninggal di Bekasi, Jawa Barat, 23 Desember 2006 pada umur 22 tahun) adalah aktor sinetron dan bintang iklan Indonesia dan bertinggi badan 182 cm serta beragama Islam. Ia wafat hari Sabtu petang tanggal 23 Desember di daerah Hankam-Cikunir, Bekasi karena kecelakaan motor yang parah. Ia bercerai dari istrinya pada bulan September 2005 dan mempunyai satu orang putri bernama Chavia Zagita Firansyah. Ayahnya juga sudah lama meninggal setelah bercerai dari ibunya. Adi dimakamkan di TPU Pondok Kelapa Jakarta Timur. Meninggalnya Adi membuat keluarga, penggemar dan teman-teman dekatnya sedih. Semua sinetron yang dibintangi Adi diproduksi oleh Multivision Plus.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Adi_Firansyah

1995 - Nike Ardilla
Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi atau Nike Ardilla (lahir di Bandung, Jawa Barat, 27 Desember 1975 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 19 Maret 1995 pada umur 19 tahun) adalah penyanyi dan artis berkebangsaan Indonesia. Ia tewas pada 19 Maret 1995 ketika mobil Honda Civic yang dikendarainya menghantam beton di jalan RE Martadinata di kota Bandung. Ia meninggal dunia di saat popularitasnya sedang memuncak. Nike Ardilla merupakan penyanyi, bintang film, model, bintang iklan dan seniman paling sukses di semua bidang entertainment dan di Indonesia belum ada orang lain yang sukses di semua bidang entertainment.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Nike_Ardilla

Majas Hiperbol (Hiperbola) dan Contoh-contohnya

Kembali hadir, Blog Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu kali ini membagi arsip tentang majas Hiperbol (Hiperbola), yaitu majas yang menggungkapkan sesuatu secara berlebihan.
Dengan kata lain, pengungkapannya terlalu dilebih-lebihkan.

Contoh:
1...memecahkan gendang telinga.
2...pekik merdeka menggelegar...
3...bermandikan keringat...
4...peluhnya menganak sungai...
5...harga minyak mencekik leher...
6...teriakannya setinggi langit...
7...tinggalkan sejut kenangan...
8...para pengungsi membanjiri...
9...darahnya mendidih...
10...membanting tulang mencari nafkah...

Demikian, 10 frasa/klausa pilihan yang bermajas dan sempat tercatat di buku notes saya......

SOAL | Menyusun Kamus, Mengurutkan Kata/Istilah Secara Alfabetis

1) Aksi 2) pemberantasan 3) korupsi termasuk juga belum adanya 4) upaya perbaikan 5) sistem, dan adanya kesadaran Indonesia dalam 6) kondisi 7) darurat korupsi perlu mendapat dukungan masyarakat.
Kata-kata bernomor pada paragraf tersebut dapat diurutkan menjadi kamus kecil dengan urutan . . . .
a. 1 – 2 – 7 – 6 – 3 – 5 – 4
b. 1 – 2 – 6 – 7 – 3 – 4 – 5
c. 1 – 7 – 3 – 6 – 2 – 5 – 4
d. 1 – 7 – 6 – 5 – 4 – 3 – 2

Majas Personifikasi dan Contoh-contohnya | Tugu Tani Mencibiri Nenek Gayung

Majas Personifikasi dan Contoh-contohnya | Tugu Tani Mencibiri Nenek Gayung---
Dalam kegiatan berbahasa baik lisan maupun tertulis, terkadang kita perlu juga menggunakan majas. Majas disebut juga bahasa figuratif atau figura bahasa. Salah satu majas itu adalah majas Personifikasi. Kali ini, kembali Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu membaginya untuk kalian.

Personifikasi (Penginsanan) adalah majas yang mengungkapkan benda mati atau sesuatu yang bukan manusia menjadi bisa berperilaku sebagai manusia. Segala sesuatu yang biasa dilakukan manusia, diungkapkan dapat dilakukan oleh benda/sesuatu tersebut.

Contoh:
  1. Burung bernyanyi di pagi hari.
  2. Angin meraung menemani sang hujan.
  3. Angin berbisik menyampaikan salam.
  4. Baru seratus meter berjalan, mobilnya sudah batuk-batuk.
  5. Ombak berkejar-kejaran.
  6. Daun kelapa melambai-lambai.
  7. Peluru mengoyak jala.
  8. Banjir menelan banyak jiwa manusia.
  9. Matahari mulai merangkak naik.
  10. Kabut tebal menyelimuti.
  11. Hatinya berkata.
  12. Suratmu mengobati hatiku.
  13. Pidatonya membangkitkan semangat.
  14. Tugu Tani mencibiri Nenek Gayung.

Teori | Mengenal Homofon dan Contoh-contohnya | Sanksi atau Sangsi?

Sebagai lanjutan dari arsip sebelumnya, kembali Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu akan membagi salah satu 'varian'-nya, yaitu Homofon; sekaligus menutup bahwa arsip ini merupakan arsip yang terakhir terkait dengan 'Tiga Homo'. Ya, selain Homonim dan Homograf, kita juga mengenal Homofon.

Untuk yang satu ini, kita kadang salah menggunakannya. Kata 'hukuman' kerap kali kita ganti dengan kata 'sangsi', padahal bukan kata itu yang dimaksud, seharusnya sanksi.

Homofon adalah kata yang pelafalannya sama, namun tulisan dan maknanya berbeda.

Contoh:
1.Bang Ahmad menabung di bank Mandiri.
2.Saya sangsi jika dia akan mendapat sanksi dari pimpinan.
3.Di masa sekarang ini, banyak sekali terjeadi pergerakan massa.
4.Mekanik itu memperbaiki mobil tank dengan sebatang tang saja.
5.Sekalipun kamu menghiba, aku tetap tak memberi kesempatan sekali pun juga.

Demikian, baru lima kata ini saja yang sempat tercatat di buku notes saya......

Teori | Mengenal Homograf dan Contoh-contohnya | Kau Makan Tahu, Aku Tak Tahu

Sebelumnya Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu telah membagikan tentang Homonim dan Polisemi yang dari segi bentuk kata memiliki kesamaan. Selain itu kita juga memiliki kata yang pelafalannya sama, namun tulisan dan maknanya berbeda, yaitu dikenal dengan istilah Homograf.
Contoh:

  1. Adik tidak mau tahu pokoknya malam ini dia harus makan tahu (tahu yang pertama dilafalkan sebagai tau, dan tahu yang kedua tetap dilafalkan sebagai tahu).
  2. Daripada kecewa lantaran pertandingan bola malam ini berlangsung seri, ayah lebih memilih nonton film seri (seri yang pertama dilafalkan seperti e pada kata bekas dan seri yang kedua dilafalkan seperti e pada kata sepak).
  3. Pejabat teras itu sedang duduk di teras rumah  (teras yang pertama dilafalkan seperti e pada kata bekas dan teras yang kedua dilafalkan seperti e pada kata sepak).
  4. Dasar memang memiliki mental baja, kiper itu mampu meninju bola hingga mental beberapa meter (mental yang pertama dilafalkan seperti e pada kata sepak dan mental yang kedua dilafalkan seperti e pada kata bekas).

Demikian, baru empat kata ini saja yang sempat tercatat di buku notes saya......

Teori | Perbedaan Polisemi dengan Homonim

Sebelumnya, Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu telah membagikan tentang Polisemi dan Homonim beserta contoh-contohnya. Kali ini Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu akan tunjukkan bagaimana PERBEDAAN POLISEMI DENGAN HOMONIM:
NOPOLISEMIHOMONIM
1Berasal dari satu kataBerupa dua kata atau lebih
2Ada hubungan maknaTidak ada hubungan makna
3Digunakan secara konotatif kecuali kata induknyaDigunakan secara denotatif

Keterangan:
Konotatif= makna kiasan/makna tambahan
Denotatif=makna sebenarnya/makna asal

Contoh Polisemi: Sambil memegang mulutnya yang berdarah, ia berdiri di mulut pintu.
Penggunaan kata 'mulut' masih memiliki hubungan makna: sama-sama tempat keluar masuk.

Contoh Homonim: Walau terkena bisa ular, ia masih bisa bernafas.
Penggunaan kata 'bisa' memiliki perbedaan makna: 1) racun, 2) dapat.

Teori | Mengenal Homonim dan Contoh-contohnya | Kamu beruang?

Teori | Mengenal Homonim dan Contoh-contohnya | Kamu beruang?
Hai, kembali Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu hadir untuk menemanimu. Kita belajar tentang Homonim. Sebelumnya, ada cerita dulu, nih. Disimak dulu, ya....
Seorang teman bertanya kepada saya: "Kamu beruang?" Aku lantas terkejut bukan main, kok saya dikatakan beruang? Hampir saja saya marah untung ia langsung sadar akan kekeliruannya dan meralat, "Maksudku, kamu memiliki uang?"
Alhasil, kesalahpahaman tak berlanjut ke hal yang merusak kelangsungan populasi cowok keren gara-gara bonyok.... Hheheh...
Ya, bahasa kita memiliki kata yang berhomonim. Homonim adalah penggunaan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk yang sama, pengucapan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda. Kata 'beruang' yang dimaksud tersebut, bisa bermakna memiliki uang, bisa bermakna hewan yang buas itu, dan bisa juga bermakna memiliki ruang.

Hampir mirip dengan Polisemi memang. Tak heran kadang-kadang, jika tak memahami betul-betul teori/pengertiannya, kita akan susah membedakan antara Polisemi dengan Homonim karena bentuk katanya yang sama.
Berikut contohnya:

suara sumbang ----- sumbang pakaian
musuh yang tangguh ----- diberi tangguh 1 hari
di dasar sungai ----- dasar anak yang usil
air tawar ----- tawar harga
bulan Desember ----- bulan bersinar
bisa bernafas ----- bisa ular
buku tulis ----- buku bambu
sedang makan ----- berperawakan sedang
lambungku sakit ----- bola lambung ke udara
di muka kelas ----- jerawat di mukanya
minum susu ----- antara kedua susunya
kali Ciliwung ----- jatuh dua kali
orang kikir ----- diasah dengan kikir
bilangan ganjil ----- kelakuannya amat ganjil
amat rapat ----- rapat telah dimulai
harga salak ----- salak anjing
tak beribu ----- beribu terima kasih
daki yang melekat ----- gunung yang kudaki
meraih gelar ----- tikar itu saya gelar
tulisannya kabur ------ narapidana itu telah kabur
dua pasang ----- air pasang
kasur busa ----- air yang banyak busanya

Keterampilan Lisan Membacakan Berita | Kronologi Kecelakaan Tugu Tani

Keterampilan Lisan Membacakan Berita | Kronologi Kecelakaan Tugu Tani---
Semester ini, kalian yang duduk di kelas VIII, akan berlatih menjadi presenter. Sebelum kegiatan tersebut, tentunya kalian harus melewati KD Menulis Berita.
Penilaiannya nanti berdasarkan: Ekspresi, Volume Suara, Pelafalan, Jeda, dan Intonasi.

Berikut contoh berita yang telah dimodifikasi sedikit oleh Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu sehingga seolah-olah merupakan hasil reportase kita sendiri (Berita dikutip dari Kompas):
Selamat pagi....
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sepulang rekreasi dari kawasan Monas, siapa sangka ternyata maut menjemput mereka. Pada hari Minggu (22/1/2012) sekitar pukul 11.00 WIB, sebuah mobil Daihatsu Xenia menabrak delapan orang pejalan kaki hingga tewas dan empat lainnya luka, di Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Gambir, Jakarta Pusat. Sebelum menabrak, mobil itu sempat melaju dengan kecepatan tinggi sampai akhirnya oleng dan menabrak 12 orang itu.

Menurut saksi mata, Suwarto (54), saat dimintai keterangan oleh unit kecelakaan Polda Metro Jaya, Minggu (22/1/2012). "Mobil itu bukan ngebut lagi tapi sangat kencang dan sempat oleng zig-zag gitu," ucap Suwarto yang sedang menunggu proses pemeriksaan.

Suwarto menjelaskan bahwa mobil itu datang dari arah Gambir menuju ke Tugu Tani. Saat mendekati Tugu Tani, mobil itu oleng kehilangan kendali. Saat hilang kendali, mobil kemudian menabrak para pejalan kaki yang sedang ada di trotoar. Pertama kali, mobil menabrak tiga orang, lalu sekelompok lagi, kemudian sekelompok orang lagi, sampai akhirnya menabrak halte tempat duduk beberapa korban. Di situ ada anak, ibu-ibu, dan remaja. Semuanya baru pulang dari Monas dan para korban itu berada di trotoar, bukannya sedang menyeberang. Setelah menabrak halte, mobil ternyata tidak berhenti juga. Mobil itu lalu meringsek masuk ke halaman Kementerian Perdagangan. Saat masuk ke kantor kementerian saja mobil itu masih membuat dua orang lagi terpental sebelum akhirnya masuk kantor kementerian perdagangan dan berhenti.

Suwarto adalah salah satu pejalan kaki yang beruntung selamat dari kecelakaan maut ini. Padahal, orang-orang sekitarnya sudah terpental dan ada pula seorang anak kecil yang terseret di bawah badan mobil. "Setelah kejadian, saya gemetaran. Ini semua pertolongan yang Maha Kuasa, saya berhasil menghindar. Ini kejadian paling mengerikan," kata Suwarto.

Dikatakannya, usai kecelakaan itu, sebagian besar korban tak bergerak. "Semua tewas di tempat. Yang saya tahu ada enam yang tewas di tempat ada lagi yang sempat dibawa ke rumah sakit. Saya pegangi anak kecil itu sudah nggak bergerak," ungkap Suwarto yang tampak masih syok akan kejadian itu.

Demikian berita hari ini. Selamat pagi.....
Sumber berita:
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/01/22/15065298/Kronologi.Tabrakan.Maut.di.Jl.Ridwan.Rais

Majas Metonimi: Tabrakan Xenia | Status FB Terakhir Salah Satu Korban

Majas Metonimi: Tabrakan Xenia | Status FB Terakhir Salah Satu Korban----
Di dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kita mengenal majas Metonimi. Majas metonimi adalah majas yang memakai nama, ciri atau hal yg ditautkan dengan orang/barang/sesuatu.
Lantas, siapa yang tak tahu dengan metonimi: Tabrakan Xenia/ Tabrakan Tugu Tani? Siapapun yang mendengar pasti tahu bahwa yang dimaksud adalah kecelakaan maut di Tugu Tani, Jakarta pada hari Minggu (22/1/2012) sekitar pukul 11.00 WIB yang menewaskan 8 orang itu.

Menurut berita, para korban tersebut adalah:
1. Moch Hudzaifah alias Ujay, 16 th
2. Firmansyah, 21 th
3. Suyatmi, 51 th
4. Yusuf Sigit; 2,5 th
5. Ari, 16 th
6. Nanik Riyanti, 25 th
7. Fifit Alfia Fitriasih, 18 th
8. Laki-laki, belum diketahui namanya umur sekitar 17 th [panggilannya Encek]

Korban luka 5 orang dirawat di RSPAD Gatot Subroto yaitu:
1. Ny. Siti Mukaromah, 30 th
2. Moh Akbar, 22 th
3. Keny, 8 th
4. Indra, 11 th
5. Bp Teguh Hadi Purnomo

Salah satu korban kecelakaan maut Xenia, Moch Hudzaifah alias Ujay, ternyata sudah dapat firasat kalau ajalnya sudah dekat. Berikut Screenshot facebooknya:
Terlepas nenar atau tidak, yang jelas tabrakan Xenia ini juga menjadikan Afriani Susanti sebagai tersangka. Kabarnya, pelaku dalam keadaan mabuk saat mengendara mobil dan tanpa SIM/STNK pula.
Kontan saja, caci-maki mengalir deras di situs jejaring. Coba saja search @siNengApril di Twitter, niscaya kita akan temukan banyak perbendaharaan kata makian baru yang kalau disusun bisa-bisa lebih tebal dari KBBI-nya Poerwadarminta.

Turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk keluarga korban...............

Contoh metonimi (atau juga disebut metonomia) lainnya:
- naik Honda ke kota
- mengisap Gudang Garam
- naik Garuda
- membeli Polygon
- membaca Chairil Anwar

Sumber Screenshot Status FB:
http://forum.vivanews.com/aneh-dan-lucu/274423-status-facebook-terakhir-salah-satu-korban-tabrakan-xenia.html

Love Award - Award Termahal di Dunia dari CINTA DERAS

Love Award - Award Termahal di Dunia dari CINTA DERAS----
Alhamdulillah, akhirnya datang juga award itu.
Setelah hanya dapat menelan ludah atas membanjirnya award di blog tetangga sebelah (Hhehe), Blogger Cinta Deras persembahkan Love Award 2012 untuk Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu.
Di luar dari tudingan miring, saya sungguh merasa bahwa award ini sungguh-sungguh tulus.
Benar-benar membawa cinta karena 'pertemuan-pertemuan' sebelumnya telah menumbuhkan rasa cinta.
Tidak instan karena berproses dan aliran persahabatan itu telah cukup melahirkan award ini.




Seperti kata sobat Raihan:

Sahabat sejati seorang blogger sejati pastinya kopi dan rokok,nieh kalau perokok atau pecinta kopi.Saya bikin award ini menghabiskan kopi berpuluh-puluh gelas dalam empat hari,hanya ingin sekali memberi penghargaan kepada sahabat-sahabat semua atas dedikasi yang tak kenal lelah dalam membimbing saya untuk menjadi blogger sejati,ini belum terhitung yang tumpah karena kesenggol (haha tambah ngaco).Jelas sop, Love Award 2012 dari Cinta Deras ini adalah Award Blogger Termahal di Dunia karena untuk satu warna emas saja saya buka tutorial photoshop dari postingan sahabat dan ini memerlukan waktu yang sangat lama karena saya ga paham photoshop.

Terima kasih sobat,
award ini sungguh berarti bagi kekalnya tali pengikat jiwa kita.
Semoga.

Teori | Pergeseran Makna Peyorasi | Awarding di Kalangan Blogger

Teori | Pergeseran Makna Peyorasi | Awarding di Kalangan Blogger---- Bahasa itu unik. Selama peradaan manusia ada dan zaman terus berkembang, maka bahasa pun akan mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud itu dapat berupa perubahan makna. Perubahan makna masih merupakan hal yang tak perlu dirisaukan. Yang patut dirisaukan itu adalah musnahnya beberapa kosakata akibat telah punahnya sesuatu atau benda yang menjadi acuannya. Beruntung, kata dinosaurus tidak hilang dalam perbendaharaan bahasa karena walaupun dino sudah punah, ia masih 'diabadikan' dalam film.

Kembali ke pergeseran makna. Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia, kita mengenal beberapa perubahan makna. Ada Sinestesia, Asosiasi, Meluas (Generalisasi), Menyempit (Spesialisasi), Ameliorasi, dan Peyorasi. Kali ini kita bahas perubahan makna Peyorasi dulu.

Peyorasi adalah perubahan makna menjadi lebih jelek. Maksudnya kata tersebut bergeser maknanya menjadi lebih jelek dibanding makna kata di waktu yang lalu.

Contoh: pembantu.
Di masa yang lalu, jika kita mendengar kata pembantu, maka kita tahu yang dimaksud adalah orang yang membantu. Zaman dulu, orang akan sangat bangga memperkenalkan dirinya sebagai pembantu presiden misalnya. Zaman sekarang? Yang namanya pembantu ya berarti pesuruh rumah tangga, atau lebih kasarnya lagi: babu. Mohon maaf, ini bukan dalam konteks membicarakan pahlawan devisa (lebih mulia dari sebutan TKW). Itu soal lain, tidak sama dengan pembahasan pembantu dalam posting ini. It's ok. Zaman selalu berubah, suatu kata bisa berubah menjadi jelek, bisa berubah menjadi baik.

Mau bukti? Ini: kata perempuan dan wanita.
Zaman dulu, kata perempuan lebih 'anggun' terdengar. Seiring perkembangan zaman, kata perempuan kalah pamor dengan kata 'wanita'. Kata wanita lebih modern dan bernilai emansipasi dibanding kata 'perempuan' yang 'ndeso'. Namun, kemuakan atas modernisasi dan materialisme walhasil menempatkan kata 'perempuan' kembali pada pamornya. Perempuan tentu terasa lebih virgin dan asli, sesuatu yang seperti menjadi obsesi (sehingga sampai-sampai Dewi Perssik rela operasi selaput dara?). Ya, manusia memang tak pernah puas-puasnya.
Contoh lain adalah kata 'cinta'. Maknanya begitu cepat bergeser menjadi jelek, menjadi baik, dan menjadi jelek lagi. Hanya di Cinta Deras milik sobat Raihan Mar'ie Ramadhan, menurut saya, kata 'cinta' berdiri di singgasananya yang tertinggi.

Seperti halnya pokok bahasan yang menginspirasi saya menulis posting ini, Awarding di kalangan blogger. Dalam tulisannya, Iskaruji dot com mengatakan "Award atau jika boleh diartikan penghargaan, sekecil apapun itu merupakan bentuk apresiasi yang bernilai yang sudah sepatutnya di terima dengan baik...." Iskaruji dot com juga menambahkan tak akan membagi award tersebut walaupun si pemberi meminta untuk dibagikan lagi kepada 10 (sepuluh) blogger pilihan lainnya. Karena ".... award itu seharusnya sangat bernilai bagi penerimanya. Bukan sebaliknya melecehkan sebuah award yang diterimanya. Bentuk pelecehan yang dimaksud adalah memberikan award yang diterimanya ke orang lain, atau memberi agar diberikan ke orang lain lagi."

Award tersebut memang sudah mengalami peyorasi. Dan setiap kita (tidak hanya saya) mendengar Blog Anu mendapat award dari Blog Anu, maka anggapan miring atas award tersebut lantas bermunculan. Kasihan award...(Maaf jika mungkin kalimat ini kurang berkenan)
Andai, award berdiri sebagai dirinya, sebagai makna asalnya, maka Blog Pelajaran B.Indonesia di Jari Kamu ini tak hanya mendapat award dari Iskaruji dot com (dan satu blogger lain: One Lovely Blog) saja. Tapi lantaran trafiknya baru seribuan dibanding Iskaruji dot com yang belasan ribu, siapa sih yang mau? (Ngarep)

Demikian, ini sekaligus tanggapan untuk Iskaruji dot com di komentarnya pada posting saya: Teori | Mengenal Polisemi dan Contoh-contohnya terkait posting-nya yang berjudul: PRO AWARD TAPI ANTI BERANTAI.


Teori | Mengenal Polisemi dan Contoh-contohnya

Teori | Mengenal Polisemi dan Contoh-contohnya---- Masih ingat kan penggunaan kata pagi dalam arsip terdahulu Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu mengenai wawancara imajiner saya dengan pelatih Nil Maizar dan Jacksen F. Tiago di ajang Perang Bintang ISL 2011 lalu? (Silakan baca lagi di SINI). Nah, kata pagi yang digunakan dalam wawancara tersebut merpakan contoh polisemi.
Polisemi adalah istilah untuk penggunaan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk yang sama namun masih memiliki hubungan makna. Polisemi berbeda dengan Homonim, Polisemi digunakan secara konotatif (kecuali kata induknya).

Berikut contohnya:

Para pemain harus latihan pagi ini.
Terlalu pagi untuk membicarakan taktik bermain.

Kena sikut pemain lawan, mulutnya langsung berdarah.
Jika lawan melakukan tendangan bebas, harus ada pemain lain selain kiper yang berdiri di mulut gawang.

Yang memakai nomor 23 di tim Setan Merah itu, anak saya.
Di sisi lapangan perlu disediakan banyak anak gawang.

Bambang memang jago kalau urusan membuat gol dengan sundulan kepala.
Rahmad Dharmawan sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih kepala di timnas U-23.

Karena lokasi latihan jauh, para pemain terpaksa latihan di halaman hotel.
Pelatih mana yang suka membuka-buka halaman buku catatan ketika timnya bertanding?

Dari jauh, terlihat Wim sedang turun dari balkon VVIP.
Sejak aktif di luar sepak bola, popularitas Irfan Bachdim agak sedikit turun.

Kaki pemain Thailand itu besar sekali.
Pandangannya nanar ke arah kaki bukit di belakang stadion.

Wallpaper dan Profil El Clasico | KLUB BARCELONA DAN REAL MADRID

Wallpaper dan Profil El Clasico | KLUB BARCELONA DAN REAL MADRID---
Inilah (tanpa memandang remeh klub lainnya) dua klub terbesar dan terbaik dunia, FC Barcelona dan FC Real Madrid. Keduanya sejak dulu bertabur bintang, silih-berganti pemain bintang pernah berlabuh. Dulu kita mengenal Kaka, Zidane, Ronaldo, dan Beckam di Madrid; serta Ronaldinho dan Thierry Henry di Barcelona. Tak salah jika nama klub besar ini menjadi memorabilia blog Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu kali ini. Selamat menikmati wallpaper-nya....
Profil

TAG FOTO KAMUFC Barcelona - juga dikenal sebagai Barça, adalah sebuah klub olahraga di Barcelona, Katalonia, Spanyol yang mempunyai klub-klub dalam beberapa cabang olahraga, namun yang paling terkenal adalah sepak bola. Didirikan pada 1899 oleh 12 pemain sepak bola berasal dari Swiss, Inggris, dan Spanyol dibawah pimpinan Joan Gamper. FC Barcelona memiliki motto "Barca bukan hanya sekedar klub" (El Barça, és més que un club) serta memiliki himne yang berjudul "El Cant del Barca" yang diciptakan oleh Jaume Picas and Josep Maria Espinàs. Tidak seperti klub sepak bola pada umumnya, FC Barcelona benar-benar milik dan dioperasikan oleh para suporternya. Stadion utamanya berada di Camp Nou, Barcelona.

TAG FOTO KAMUReal Madrid Club de Fútbol, atau dikenal Real Madrid saja, adalah klub sepak bola profesional yang berbasis di kota Madrid, Spanyol. Didirikan pada 6 Maret 1902 dengan nama Madrid Club de Fútbol, tim ini menggunakan gelar Real ("dari kerajaan") setelah Raja Alfonso XIII dari Spanyol memberikan izin resmi kepada klub tersebut pada Juni 1920. Real Madrid telah bermain di Divisi Utama Liga Spanyol (Primera División) yang disebut sebagai La Liga sejak awal kompetisi ini dimulai, tahun 1928, dan merupakan klub tersukses di Spanyol berdasarkan jumlah trofi juara yang telah mereka raih. Kostum tradisional Real Madrid adalah putih-putih, sehingga dijuluki Los merengues (Tim putih). Stadionnya adalah Santiago Bernabéu.
Galeri Foto :

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU

TAG FOTO KAMU


Sumber Profil: Wikipedia
Sumber foto: Google

Pertemuan di Tahrir | Kutipan Bab V Novel Ayat-ayat Cinta

Kembali ke HOME

Pertemuan di Tahrir | Kutipan Bab V Novel Ayat-ayat Cinta---
Membaca sastra, kita tidak sekadar bersenang-senang karena tak banyak menguras otak sebagaimana jika kita membaca buku pelajaran. Dengan membaca sastra, kita juga bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Arsip ini dimaksudkan untuk menemani kalian untuk dibaca jika dalam perjalanan dan tak ada teman bicara serta berkesempatan membuka ipad. Namun, tetap waspada pada keadaan sekeliling ya...
Lanjutan dari Bab I
Jam 10.10 aku sampai di mahattah metro bawah tanah Maydan Tahrir. Sesuai dengan janji, kami akan bertemu di jalur metro menuju Giza Suburban. Tempatnya lebih nyaman. Lebih indah. Aku mencari tempat duduk yang paling mudah dilihat. Janjinya tepat setengah sebelas. Aku datang dua puluh menit lebih awal. Sambil menunggu aku membaca kembali bahan khutbah yang telah kupersiapkan. Keadaan mahattah tidak terlalu ramai. Menjelang shalat Jum’at seperti ini biasanya memang agak lengang. Seorang polisi bersiaga dengan senjata di pinggang. Petugas kebersihan berseragam menyapu pelan-pelan. Seorang perempuan berjubah hitam bercadar hitam datang. Kukira dia Aisha, ternyata bukan. Perempuan itu tidak melihat ke arahku sama sekali. Begitu metro datang, ia langung naik dan hilang.

Sudah pukul sebelas Aisha belum juga datang. Aku akan menunggu sampai seperempat jam ke depan jika ia tidak datang aku akan langsung pergi ke Dokki. Pukul sebelas lima menit ada seorang perempuan berabaya cokelat tua dengan jilbab dan cadar di kepalanya. Ia melangkah tergesa ke arahku. Ia mengucapkan salam dan aku menjawabnya.
“Nehmen Sie platz (Silakan duduk)!” kupersilakan dia duduk.
“Danke schon (Terima kasih banyak).” Selorohnya sambil bergerak duduk di samping kananku.
“Bitte (Kembali).”
Aisha melihat jam tangannya. Dia minta maaf datang terlambat. Aku hanya tersenyum. Kami lalu mulai berbincang-bincang. Aisha memilih pakai bahasa Jerman.
“Wo ist Alicia (Di mana Alicia)?” Tanyaku karena aku tidak juga melihat bule Amerika itu datang. “Insya Allah, dia akan datang sepuluh menit lagi. Dia sedang dalam perjalanan dari wawancara dengan Ibrahem Nafe’, Pemimpin Redaksi Harian Ahram.”
Aku bisa memaklumi, namun aku perlu menjelaskan padanya bahwa tepat setengah dua belas aku harus meninggalkan Tahrir. Sekali lagi Aisha minta maaf atas keterlambatannya dan keterlambatan Alicia. Dalam hati aku senang, bahwa memang perlu sekali-kali orang Barat minta maaf pada orang Indonesia, karena mereka datang tidak tepat waktu. Makanya, jangan main-main dengan murid Syaikh Utsman yang terkenal disiplin.
“Semoga lima belas menit cukup bagi Alicia untuk mendapatkan jawaban atas ketidaktahuannya akan Islam,” kata Aisha dengan nada sedikit menyesal.
“Sebetulnya saya senang diajak berbincang untuk menjelaskan keindahan Islam. Tapi kali ini saya ada jadwal khutbah. Maafkan saya.”
“Kalau waktunya tidak cukup, anggaplah ini pertemuan pengantar saja. Semoga Anda tidak keberatan seandainya Alicia minta waktu lagi, entah kapan.”
“Insya Allah. Dengan senang hati.”

Aisha lalu bertanya-tanya tentang saya. Tentang Indonesia. Tentang Jawa. Dia pun sempat sedikit mengenalkan dirinya. Dia baru empat bulan di Cairo. Tujuannya untuk belajar bahasa Arab dan memperbaiki bacaan Al-Qur’annya. Di Jerman ia sudah tingkat akhir Fakultas Psikologi. Ayahnya asli Jerman. Ibunya asli Turki. Dari ibunya ia memiliki darah Palestina. Sebab neneknya atau ibu ibunya adalah wanita asli Palestina. Ibunya bilang, neneknya lahir di Giza. Aku bertanya sejak kapan memakai jilbab dan cadar. Ia menjawab memakai jilbab sejak SMP dan memakai cadar sejak tiba di Mesir, mengikuti bibinya. Sementara ia memang tinggal di Maadi bersama bibi dan pamannya. Bibinya sedang S.2. di Kuliyyatul Banat Universitas Al Azhar, beliau adik bungsu ibunya. Sedangkan pamannya sedang S.3., juga di Al Azhar. Aku mengenal beberapa orang Turki yang ada di program pascasarjana. Aku teringat sebuah nama.
“Aku kenal seorang mahasiswa Turki. Dia cukup akrab denganku. Dia pernah bilang tinggal di dekat Kentucky Maadi, mungkin pamanmu kenal,” kataku.
“Dekat Kentucky? Siapa namanya? Coba nanti aku tanyakan pada paman,” Aisha penasaran.
“Namanya Eqbal Hakan Erbakan?”
“Eqbal Hakan Erbakan.”
“La ilaaha illallah!”
“Kenapa?”
“Itu pamanku.”
“So ein zufall! (Sungguh suatu kebetulan) ”
“Dunia begitu sempit bukan? Tak kukira kau kenal pamanku.”
“Sampaikan salamku untuknya. Katakan saja dari Fahri Abdullah Shiddiq, teman i’tikaf di masjid Helmeya Zaitun tahun lalu. Juga sampaikan salamku pada bibimu dan kedua puteranya yang lucu; Amena dan Hasan.”
“Insya Allah dengan senang hati.
Dari kejauhan aku melihat seorang perempuan bule datang.
“Apakah dia Alicia?”
“Kelihatannya.”

Penampilannya memang berbeda dengan waktu aku melihatnya di metro dua hari yang lalu. Sekarang tampak lebih sopan. Memakai hem lengan panjang. Tidak kaos ketat dengan bagian perut terlihat. Ia menyapa kami dengan tersenyum. Aisha menjelaskan waktu yang ada sangat sempit, karena jam setengah dua belas aku harus cabut ke Masjid Indonesia di Dokki. Alicia bisa mengerti dan minta maaf atas keterlambatan. Ia langsung membuka dengan sebuah pertanyaan,
“Begini Fahri, di Barat ada sebuah opini bahwa Islam menyuruh seorang suami memukul isterinya. Katanya suruhan itu terdapat dalam Al-Qur’an. Ini jelas tindakan yang jauh dari beradab. Sangat menghina martabat kaum wanita. Apakah kau bisa menjelaskan masalah ini yang sesungguhnya? Benarkah opini itu, atau bagaimana?”
Aku menghela nafas panjang. Aku tidak kaget dengan pertanyaan Alicia itu. Opini yang sangat mendiskreditkan itu memang seringkali dilontarkan oleh media Barat. Dan karena ketidakmengertiannya akan ajaran Islam yang sesungguhnya banyak masyarakat awam di Barat yang menelan mentah-mentah opini itu. Dengan kemampuan yang ada aku berusaha menjelaskan sebenarnya. Aku berharap Alicia bisa memahami bahasa Inggrisku dengan baik.
“Tidak benar ajaran Islam menyuruh melakukan tindakan tidak beradab itu. Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya bersabda, ‘La tadhribu imaallah!’ (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah). Maknanya, ‘Jangan kalian pukul kaum perempuan!’ Dalam hadits yang lain, beliau menjelaskan bahwa sebaik-baik lelaki atau suami adalah yang berbuat baik pada isterinya (Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Dan memang, di dalam Al-Qur’an ada sebuah ayat yang membolehkan seorang suami memukul isterinya. Tapi harus diperhatikan dengan baik untuk isteri macam apa? Dalam situasi seperti apa? Tujuannya untuk apa? Dan cara memukulnya bagaimana? Ayat itu ada dalam surat An-Nisa, tepatnya ayat 34:
“Sebab itu, maka Wanita yang saleh ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu kuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”
Jadi seorang suami diperbolehkan untuk memukul isterinya yang telah terlihat tanda-tanda nusyuz.” Alicia menyela, “Nusyuz itu apa?”
“Nusyuz adalah tindakan atau perilaku seorang isteri yang tidak bersahabat pada suaminya. Dalam Islam suami isteri ibarat dua ruh dalam satu jasad. Jasadnya adalah rumah tangga. Keduanya harus saling menjaga, saling menghormati, saling mencintai, saling menyayangi, saling mengisi, saling memuliakan dan saling menjaga. Isteri yang nusyuz adalah isteri yang tidak lagi menghormati, mencintai, menjaga dan memuliakan suaminya. Isteri yang tidak lagi komitmen pada ikatan suci pernikahan. Jika seorang suami melihat ada gejala isterinya hendak nusyuz, hendak menodai ikatan suci pernikahan, maka Al-Qur’an memberikan tuntunan bagaimana seorang suami harus bersikap untuk mengembalikan isterinya ke jalan yang benar, demi menyelamatkan keutuhan rumah tangganya. Tuntunan itu ada dalam surat An-Nisaa ayat 34 tadi. Di situ Al-Qur’an memberikan tuntunan melalui tiga tahapan,
Pertama, menasihati isteri dengan baik-baik, dengan kata-kata yang bijaksana, kata-kata yang menyentuh hatinya sehingga dia bisa segera kembali ke jalan yang lurus. Sama sekali tidak diperkenankan mencela isteri dengan kata-kata kasar. Baginda Rasulullah melarang hal itu. Kata-kata kasar lebih menyakitkan daripada tusukan pedang.
Jika dengan nasihat tidak juga mempan, Al-Qur’an memberikan jalan kedua, yaitu pisah tempat tidur dengan isteri. Dengan harapan isteri yang mulai nusyuz itu bisa merasa dan interospeksi. Seorang isteri yang benar-benar mencintai suaminya dia akan sangat terasa dan mendapatkan teguran jika sang suami tidak mau tidur dengannya. Dengan teguran ini diharapkan isteri kembali salehah. Dan rumah tangga tetap utuh harmonis.
Namun jika ternyata sang isteri memang bebal. Nuraninya telah tertutupi oleh hawa nafsunya. Ia tidak mau juga berubah setelah diingatkan dengan dua cara tersebut barulah menggunakan cara ketiga, yaitu memukul. Yang sering tidak dipahami oleh orang banyak adalah cara memukul yang dikehendaki Al-Qur’an ini. Tidak boleh sembarangan. Suami boleh memukul dengan syarat:
Pertama, telah menggunakan dua cara sebelumnya namun tidak mempan. Tidak diperbolehkan langsung main pukul. Isteri salah sedikit main pukul. Ini jauh dari Islam, jauh dari tuntunan Al-Qur’an. Dan Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan kelaliman seperti itu.
Kedua, tidak boleh memukul muka. Sebab muka seseorang adalah segalanya bagi manusia. Rasulullah melarang memukul muka.
Ketiga, tidak boleh menyakitkan. Rasulullah Saw. bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah dalam masalah perempuan (isteri). Mereka adalah orang-orang yang membantu kalian. Kalian punya hak pada mereka, yaitu mereka tidak boleh menyentuhkan pada tempat tidur kalian lelaki yang kalian benci. Jika mereka melakukan hal itu maka kalian boleh memukul mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan (ghairu mubrah). Dan kalian punya kewajiban pada mereka yaitu memberi rizki dan memberi pakaian yang baik.’(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya). Para ulama ahli fiqih dan ulama tafsir menjelaskan kriteria ‘ghairu mubrah’ atau ‘tidak menyakitkan’ yaitu tidak sampai meninggalkan bekas, tidak sampai membuat tulang retak, dan tidak di bagian tubuh yang berbahaya jika kena pukulan.

Dengan menghayati benar-benar kandungan ayat suci Al-Qur’an itu dan makna hadits-hadits Rasulullah itu akan jelas sekali seperti apa sebenarnya ajaran Islam. Apakah seperti yang dituduhkan dan diopinikan di Barat yang menghinakan wanita? Apakah tuntunan mulia seperti itu, yang bertujuan menyelamatkan bahtera rumah tangga karena ada gejala isteri hendak nusyuz, tidak lagi bersahabat pada suaminya, hendak menodai ikatan suci pernikahan dianggap tiada beradab?

Kapan seorang suami diperbolehkan memukul? Pada isteri macam apa? Syaratnya memukulnya apa saja? Tujuannya apa? Itu semua haruslah diperhatikan dengan seksama. Memukul seorang isteri jahat tak tahu diri dengan pukulan yang tidak menyakitkan agar ia sadar kembali demi keutuhan rumah tangga, apakah itu tidak jauh lebih mulia daripada membiarkan isteri berbuat seenak nafsunya dan menghancurkan rumah tangga? Ya inilah ajaran Islam dalam mensikapi seorang isteri yang berperilaku tidak terpuji. Islam sangat memuliakan perempuan, bahwa di telapak kaki ibulah surga anak lelaki. Hanya seorang lelaki mulia yang memuliakan wanita. Demikian Islam mengajarkan.”

Rasanya sudah cukup panjang aku menjelaskan. Alicia tampak mengangguk-anggukkan kepala. Sekilas kulihat mata Aisha berkaca-kaca. Entah kenapa. Sebenarnya aku ingin memaparkan ratusan data tentang perlakuan tidak manusiawi orang-orang Eropa pada isteri-isteri mereka. Namun kuurungkan. Biarlah suatu saat nanti sejarah sendiri yang membeberkan pada Alicia dan orang-orang seperti Alicia. Di Inggris, beberapa abad yang lalu isteri tidak hanya boleh dipukul tapi boleh dijual dengan harga beberapa poundsterling saja. Ada seorang Perdana Menteri Jepang yang mengatakan bahwa cara terbaik memperlakukan wanita adalah dengan menamparnya. Dengan bangga Perdana Menteri itu mengaku sering menampar isteri dan anak perempuannya. Ia bahkan menasihati suami puterinya agar tidak segan-segan menampar isterinya. Untungnya Inggris dan Jepang bukan negara yang mayoritas penduduknya muslim. Jika mereka negara Islam atau mayoritas penduduknya muslim pastilah protes keras atas perlakuan tidak beradab pada perempuan itu akan datang bagaikan gelombang badai.

Aku menengok jam tangan. Pukul 11.35.
“Maaf. Aku harus pergi sekarang. Aku sudah terlambat lima menit dari rencana,” ucapku pada Alicia dan Aisha sambil bangkit dari duduk.
“Dari jawaban yang kau berikan aku mendapatkan masukan yang sama sekali baru aku mengerti. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin aku tanyakan kepadamu.Tentang Islam memperlakukan perempuan. Tentang Islam memperlakukan non-Islam. Tentang Islam dan perbudakan dan lain sebagainya. Dan aku berharap akan mendapatkan jawaban yang baik dalam perspektif yang adil,” Alicia mengungkapkan harapannya.

“Saya senang berjumpa dengan orang seperti Anda Nona Alicia. Sebisa mungkin saya akan memenuhi harapan Anda itu, insya Allah. Tapi terus terang, bulan ini saya sangat sibuk. Saya harus komitmen dengan jadwal yang telah ada. Anda tentu bisa memaklumi. Apalagi saya sedang menyelesaikan magister saya. Jadi terus terang saya akan berusaha mencuri-curi waktu. Saya ada ide. Bagaimana kalau semua pertanyaan yang ingin Anda sampaikan, Anda tulis saja dalam sebuah kertas. Anda print. Dan nanti serahkan pada saya. Saya akan menjawabnya di sela-sela waktu senggang saya. Jika sudah terjawab semua akan saya serahkan kembali pada Anda. Lalu kita bertemu dalam suatu tempat dan kita diskusikan masalah yang belum clear. Bagaimana?”
“Saya kira ini ide yang bagus. Saya akan tuliskan pertanyaan saya secepatnya. Dalam dunia jurnalistik wawancara tertulis lazim juga digunakan. Terus bagaimana kita bisa bertemu lagi. Meskipun cuma sebentar untuk menyerahkan pertanyaan-pertanyaan saya itu?”
Aku berpikir sesaat. Mengingat jadwal aku keluar.
“Anda sekarang tinggal di mana?” tanyaku setelah aku ingat jadwal keluar dari Hadayek Helwan dalam waktu dekat.
“Saya menginap di Nile Hilton Hotel.”
“Sampai kapan?”
“Kira-kira masih sembilan hari di Mesir.”
“Baik. Bagaimana kalau kita berjumpa besok Senin, tepat pukul sebelas pagi?”
“Okey. Di mana?”
“Di kafetaria National Library. Letaknya di Kornes Nil Street tak jauh dari hotel Anda. Semua orang Mesir di hotel Anda, yang Anda tanya pasti tahu.”
“Baiklah.”
“Aku boleh datang ‘kan?” sela Aisha.
“Tentu saja,” jawabku dan Alicia hampir bersamaan.
“Kalau begitu aku pamit dulu. Bye!”

Aku beranjak pergi meninggalkan keduanya tepat pada saat sebuah metro dari Shubra El-Khaima datang. Perlahan berhenti. Perlahan-lahan terbuka. Kutunggu orang-orang yang turun habis. Baru aku naik. Ada banyak tempat duduk kosong. Aku pilih paling dekat. Duduk melihat ke arah jendela. Masinis membunyikan tanda. Ding dung...ding dung! Tanda metro sebentar lagi berjalan.
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang perempuan menyapaku dengan bahasa Arab minta izin duduk, “Hal tasmahuli an ajlis!”
Aku menengok ke asal suara. Perempuan bercadar. Aisha! Aku sedikit kaget. Aku menggeser tempat dudukku. Aisha duduk di sampingku.
“Mau ke mana?” tanyaku. Kali ini kami berbincang dalam bahasa Arab. Aku berusaha menggunakan kalimat-kalimat fusha yang mudah dipahami olehnya. Kuhindari bahasa ‘amiyah sama sekali.
“Aku perlu ikut kamu ke Masjid Indonesia,” jawabnya.
“Untuk apa?”

Metro mulai berjalan. Dua menit lagi metro akan melintas di bawah sungai Nil. Sayangnya pemandangan di luar jendela hanya gelap berseling cahaya lampu neon menempel di dinding terowongan. “Aku ingin tahu komunitas orang Indonesia di Mesir. Siapa tahu aku bisa dapat bahan untuk tesis psikologi sosial S.2.-ku kelak. Aku lagi melengkapi data tentang masyarakat Jawa. Jadi mumpung ada kesempatan. Aku tidak akan melewatkan begitu saja. Siapa tahu nanti di masjid ada mahasiswi atau muslimah Indonesia, aku bisa kenalan. Dan besok-besok jika aku ada perlu, bisa datang sendiri.”
“O, begitu. Kalau ingin bertemu mahasiswi Indonesia, seandainya di masjid nanti tidak ada, namun semoga ada, insya Allah aku bisa bantu.”
“Terima kasih. Aku dengar dari paman, di Nasr City banyak mahasiswi Indonesia.”
“Benar. Mahasiswa Asia Tenggara mayoritas tinggal di sana.”
“Tadi kau bilang mau buat proposal tesis. Boleh tahu rencananya tema apa yang hendak kau garap?”
“Mungkin Metodologi Tafsir Syaikh Badiuz Zaman Said An-Nursi.”
“Ulama pembaru dari Turki itu?”
“Benar.”
“Pasti akan sangat menarik. Kebetulan keluarga kami di Turki adalah pengikut setia jamaah Syaikh Said An-Nursi rahimahullah.”
“Aku tahu, Eqbal Hakan pernah cerita padaku.”
“Di rumahnya banyak buku-buku karangan Syaikh An-Nursi.”
“Ya. Suatu saat aku akan ke sana jika aku perlu data tambahan.”
“Apa kau yakin sekarang tidak perlu data tambahan?”
“Untuk sekadar proposal mengajukan judul, konsepnya sudah matang dan tinggal saya ketik. Saya sudah punya empat ratus referensi. Jika diterima oleh tim penilai, barulah perlu bahan selengkap-lengkapnya untuk penyusunan tesis.”
“Semoga diterima. Jika kelak tesismu jadi siapa tahu bisa diterbitkan di Turki.”
“Amin.”
Metro sampai di mahattah Dokki. “Kita turun?” tanya Aisha.
“Tidak, mahattah depan. Tapi tidak ada salahnya siap-siap.”

Kami beranjak ke dekat pintu. Kami berdiri berdekatan. Di kaca pintu metro aku melihat bayanganku sendiri. Sama tingginya dengan Aisha. Mungkin aku lebih tinggi sedikit. Satu atau dua sentimeter saja. Metro berjalan lagi. Tak lama kemudian sampai di mahattah El-Behous. Antara mahattah Dokki dan mahattah El-Behous jaraknya memang tidak terlalu jauh. Keduanya masih dalam satu kawasan, yaitu kawasan Dokki. Metro berhenti. Kami turun. Mahattah El-Behous berada sekitar dua puluh lima meter di bawah tanah. Dengan eskalator kami naik ke atas. Kami keluar ke permukaan seperti vampire keluar dari sarangnya di siang bolong. Sinar matahari terasa sangat menyilaukan. Panasnya menyengat dan menyiksa. Cepat-cepat kuambil kaca mata hitam dari tas cangklongku. Lumayan, untuk menyejukkan kornea mata. Aku berjalan dengan langkah cepat menuju Mousadda Street. Aisha mengimbangi langkah dua meter di belakangku. Kami diam seribu bahasa. 11.30.14 waktu Cairo, kami tiba di Masjid Indonesia yang tak lain adalah lantai dasar sebuah gedung yang disebut Sekolah Indonesia Cairo atau biasa disebut SIC. Lantai dasar itu cukup luas dan benar-benar layak disebut masjid. Beberapa kali Bapak Duta Besar Indonesia di Cairo mengundang diplomat negara lain yang muslim untuk shalat Jum’at di masjid ini. Dari gerbang masjid aku menangkap suara riuh anak-anak mengeja Al-Qur’an. Mereka adalah putera-puteri para pejabat KBRI yang belajar mengaji dibimbing oleh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar. Kupersilakan Aisha masuk.

Kulihat ada dua kelompok anak-anak mengaji. Di sebelah selatan dekat mihrab, kelompok putera dibimbing oleh Fathurrahman dan Hasyim, keduanya mahasiswa Al Azhar yang mengabdikan diri menjadi takmir. Di sebelah utara, kelompok puteri dibimbing oleh seorang perempuan bercadar, aku tidak tahu namanya dan seorang mahasiswi yang aku kenal yaitu Nurul, Ketua Wihdah. Diam-diam aku salut pada Nurul. Meskipun ia jadi ketua umum organisasi mahasiswi Indonesia paling bergengsi di Mesir, tapi ia tidak pernah segan untuk menyempatkan waktunya mengajar anak-anak membaca Al-Qur’an. Setelah bersalaman dengan Fathurrahman dan Hasyim, kuajak Aisha menemui Nurul yang sedang mengajar, dan beberapa kali melihat ke arah kami. Mungkin ia heran melihat aku datang bersama seorang perempuan bercadar. Selama ini aku dikenal tidak pernah jalan bersama seorang perempuan mana pun.

Kukenalkan Aisha pada Nurul dan Nurul pada Aisha. Kujelaskan siapa Aisha pada Nurul dan kujelaskan siapa Nurul pada Aisha. Nurul menyambut Aisha dengan senyum mengembang. Setelah mereka berbincang beberapa kalimat, barulah aku minta diri pada mereka untuk mempersiapkan khutbah. Sebelumnya aku jelaskan pada Aisha jika masih ingin berbincang, selepas shalat Jum’at ada waktu, meskipun sebentar.

Meskipun telah mandi, aku merasa perlu mandi lagi agar segar kembali. Musim panas selalu membuatku ingin mandi berkali-kali. Aku langsung ke ruang takmir yang tidak asing lagi bagiku. Melepas pakaian ganti sarung dan mandi. Masjid ini bisa dikatakan sangat lengkap peralatannya. Mulai dari peralatan ibadah, sound system, dan lain sebagainya. Bahkan peralatan dapur pun ada. Masjid memiliki dapur yang integral dengan dapur SIC. Memang kelebihan materi jika dialirkan untuk ibadah membuat segalanya jadi indah. Usai mandi aku kembali ke kamar takmir. Hasyim meminjamkan sarung baru, jas, serban dan kopiah putih. Aku memang sudah memesannya Jum’at yang lalu. Hasyim sudah paham, di antara sekian banyak mahasiswa yang mendapat jadwal khutbah hanya aku yang paling aneh. Datang memakai pakaian santai. Mandi dan merapikan diri di masjid. Sebab perjalanan dari Hadayek Helwan sampai Dokki cukup memakan waktu. Aku tidak mau ribet.

Pukul 12.00 pengajian anak-anak selesai. Pukul 12.20 Hasyim membaca Al-Qur’an dengan mujawwad menunggu jamaah datang. Pukul 12.35 ritual ibadah shalat Jum’at di mulai. Bapak Duta ada di barisan ketiga. Beliau datang agak terlambat. Tema khutbah yang diberikan takmir kepadaku adalah ‘Indahnya Cinta Karena Allah.’ Selesai pukul 13.20. Kami lalu makan bersama di belakang masjid. Menunya adalah Coto Makasar dan Es Buah. Usai makan aku mendekati Aisha dan Nurul untuk pamitan. Kutanyakan pada Aisha apa masih ada yang bisa kubantu. Sebuah pertanyaan basa-basi. Dia bilang tidak. Kutanyakan apa mau pulang bersama. Sebab jalurnya sama. Sekali lagi sebuah pertanyaan basa-basi. Dia jawab masih ada yang dibicarakan dengan Nurul. Lalu Aku teringat Noura.
“Nur, bagaimana kabar Noura?”
“Dia sudah mulai dekat dengan kita-kita dan bisa tertawa.”
“Dia cerita tentang dirinya nggak?”
“Ya. Tapi baru sebatas sekolahnya.”
“Tentang perlakuan keluarganya padanya?”
“Belum.”
“Tolong dekati dia. Sepertinya dia memendam masalah serius. Perlakuan keluarganya selama ini tidak wajar. Kata Tuan Boutros, kita tidak akan bisa membantu kalau dia tidak jujur menjelaskan masalahnya. Kenapa malam-malam sampai dicambuk dan diusir ayahnya. Dia cerita pada Maria, ayah dan dua kakak perempuan menyuruh dia melakukan suatu pekerjaan yang dia tidak bisa melakukannya. Pekerjaan apa itu? Dan kenapa dia tidak bisa melakukannya? Apa masalah dia sesungguhnya. Kalau ayahnya menuntut dia harus kerja untuk dapat uang, Madame Nahed, ibunya Maria menawarkan dia bisa kerja di kliniknya sore hari. Tolong Nur, kau dekati dia dan bicaralah dari hati ke hati. Aku paling tidak tahan kalau melihat ada orang tertindas dan menderita di depan mataku.”
“Insya Allah Kak.”
“Oh ya, ini, untuk biaya makan Noura satu bulan. Semoga cukup,” aku mengulurkan amplop yang baru kuterima dari takmir.
“Tidak usah Kak.”
“Sudah jangan pakewuh. Kita sama-sama mahasiswa. Kita makan juga iuran. Kalau uang dapur ngepres kita juga ketar-ketir. Ayo terimalah! Apalagi Noura orang Mesir, dia tidak bisa selalu makan masakan kalian. Dia harus makan makanan Mesir dan itu perlu biaya ‘kan? Terimalah!”
Akhirnya Nurul mau menerimanya.

Bagaimana mungkin aku yang sudah merepotkan mereka masih juga membebankan biaya pada mereka. Dakwah ya dakwah. Ibadah ya ibadah. Tapi elokkah ongkos dakwah dan ibadah dibebankan orang lain?
Aku jadi teringat sepenggal episode perjalanan hijrah Nabi. Ketika akan berangkat hijrah ke Madinah beliau diberi seekor onta oleh Abu Bakar. Namun beliau tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Beliau mau menerima dengan syarat onta itu beliau beli. Abu Bakar inginnya memberikan secara cuma-cuma untuk perjalanan hijrah Nabi. Tapi baginda Nabi tidak mau beban sarana dakwah dipikul oleh Abu Bakar yang tak lain adalah umatnya. Baginda Nabi tidak mau menggunakan kesempatan pengorbanan orang lain. Abu Bakar punya keluarga yang harus dihidupi. Dakwah harus berjalan profesional meskipun pengorbanan-pengorbanan tetap diperlukan. Dan Nabi mencontohkan profesional dalam berdakwah. Beliau tidak mau menerima onta Abu Bakar kecuali dibayar harganya. Mau tak mau Abu Bakar pun mengikuti keinginan Nabi. Onta itu dihargai sebagaimana umumnya dan Baginda Nabi membayar harganya. Barulah keduanya berangkat hijrah. Itulah pemimpin sejati. Tidak seperti para kiai di Indonesia yang menyuruh umat mengeluarkan shadaqah jariyah, bahkan menyuruh santrinya berkeliling daerah mencari sumbangan dana dengan berbagai macam cara termasuk menjual kalender, tapi dia sendiri cuma ongkang-ongkang kaki di masjid atau di pesantren.

Ketika seseorang telah disebut ‘kiai’ dia lalu merasa malu untuk turun ke kali mengangkat batu. Meskipun batu itu untuk membangun masjid atau pesantrennya sendiri. Dia merasa hal itu tugas orang-orang awam dan para santri. Tugasnya adalah mengaji. Baginya, kemampuan membaca kitab kuning di atas segalanya. Dengan membacakan kitab kuning ia merasa sudah memberikan segalanya kepada umat. Bahkan merasa telah menyumbangkan yang terbaik. Dengan khutbah Jum’at di masjid ia merasa telah paling berjasa. Banyak orang lalai, bahwa baginda Nabi tidak pernah membacakan kitab kuning. Dakwah nabi dengan perbuatan lebih banyak dari dakwah beliau dengan khutbah dan perkataan. Ummul Mu’minin, Aisyah ra. berkata, “Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an!” Nabi adalah Al-Qur’an berjalan. Nabi tidak canggung mencari kayu bakar untuk para sahabatnya. Para sahabat meneladani apa yang beliau contohkan. Akhirnya mereka juga menjadi Al-Qur’an berjalan yang menyebar ke seluruh penjuru dunia Arab untuk dicontoh seluruh umat. Tapi memang, tidak mudah meneladani akhlak Nabi. Menuntut orang lain lebih mudah daripada menuntut diri sendiri.
“Nanti kalau ada apa-apa, atau ada yang kurang bilang saja. Juga kalau Noura sudah menceritakan masalahnya, langsung kontak secepatnya!” kataku pada Nurul.
Nurul mengangguk. Aku minta diri. Aku berdoa semoga masalah Noura segera selesai dan gadis malang itu tidak lagi menanggung derita yang mengenaskan. Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyambuk anak gadisnya sampai mengelupas punggungnya. Di mana rasa kasih sayangnya? Apakah dia tiada pernah mendengar sabda nabi, siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang dia tidak akan disayang oleh Allah?



* * *
Dari El-Behous aku langsung ke Attaba. Aku harus mencari hadiah untuk Madame Nahed dan Yousef menyambut hari istimewa mereka. Meskipun sederhana, pasti akan jadi kejutan tersendiri, bahwa tetangganya dari Indonesia memberikan hadiah yang tiada disangka.

Aku ingat acara dunia wanita yang ditayangkan Nile TV. Di antara benda-benda yang disukai wanita adalah tas tangan. Kurasa tidak salah kalau aku menghadiahi Madame Nahed dengan tas tangan. Dan untuk Yousef aku akan belikan kaset percakapan bahasa Perancis dan kamusnya. Kuharap dia senang. Sebab dia pernah bilang jika kuliah nanti ingin mengambil sastra Perancis.

Attaba adalah pasar rakyat terbesar di Mesir. Semua ada. Harganya relatif lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar dan bergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring. Orang Mesir paling suka dengan lelucon dan guyonan. Teater rakyat di Mesir sampai sekarang masih eksis, penontonnya selalu penuh melebihi gedung bioskop. Itu karena sandiwara humornya. Film Shaidi Fi Jamiah Amrika atau ‘Orang Kampung di Universitas Amerika’ adalah film yang sukses besar karena kocaknya. Mona Zaki bintang Lux Mesir itu tampil kocak di film itu. Aku sering mengumpulkan pepatah-pepatah kocak Mesir yang membuat orang Mesir akan terkaget dan tertawa saat kuajak bicara. Mereka akan terheran-heran aku dapat pepatah itu dari mana. Universitas Al Azhar tidak mungkin mengajarkannya. Pernah, seorang pedagang gendut yang kelihatannya enak diajak guyon kusapa dengan ‘Ya Kapten, kaif hal waz zaman syurumburum (Hei Kapten, apa kabar, zaman kok nggak jelas begini)!" Ia kaget dan terheran-heran. Aku tertawa dia pun tertawa. Kata-kata syurumburum adalah kata-kata aneh. Cara menyapa aneh ini aku dapat dari seorang pemilik qahwaji (Kedai kopi) di Sayyeda Zaenab.

Ohoi, sebetulnya hidup di Mesir sangat menyenangkan. Penuh seni dan hal-hal mengejutkan. Di toko tas dan sepatu milik seorang lelaki muda bermuka bundar aku berhasil membawa tas tangan putih cantik dengan harga 50 pound. Padahal di tiga toko sebelumnya tas yang sama merk dan bentuknya tidak boleh 70 pound. Itu karena guyonan renyah. Ketika berbincang-bincang aku tahu dia penggemar aktor komedi legendaris Ismael Yaseen. Kubilang padanya aku ini cucu Ismael Yaseen.

Lalu aku perlihatkan tingkah, mimik dan gaya bicara seperti Ismael Yasin. Dia terpingkal. Dan tas itu pun kena. Setelah dapat tas aku mencari kaset dan kamus untuk Yousef. Kutemukan yang murah di toko kaset Sono Cairo. Dalam perjalanan pulang di dalam metro ada anak kecil berjualan koran. Aku ambil dua, Ahram dan Akhbar El-Yaum.

Menjelang Ashar aku tiba di flat dengan tenaga yang nyaris habis dan darah menguap kepanasan. Benar-benar lemas. Rudi tahu aku pulang dan sangat kelelahan. Ia membawakan segelas karikade dingin. Rasanya sangat segar. Meskipun Rudi orang Medan yang kalau berbicara tidak bisa sehalus orang Jawa, tapi hatinya halus dan penuh pengertian. Melihat bungkusan yang aku bawa dia penasaran. Ia minta izin membukanya. Dia kaget aku beli tas wanita.

“Untuk siapa ini Mas? Sudah punya calon rupanya? Diam-diam menghanyutkan. Tapi memang sudah saatnya. Oh iya, tadi Nurul nelpon. Jangan-jangan dia nih calonnya. Terus ini beli kaset percakapan bahasa Perancis segala, memangnya mau S.3. ke Sorbonne apa? Aku jadi ingat wawancara di bulletin Citra bulan lalu, Si Ketua Wihdah itu katanya juga sedang kursus bahasa Perancis di Ain Syams. Pas buanget. Benarlah kata orang Inggris, love and a cough cannot be hid. Cinta dan batuk tidak dapat disembunyikan!”
“Sudahlah Akhi. Aku lagi capek sekali. Nanti habis maghrib aku jelaskan semua. Tidak usah berprasangka yang bukan-bukan.”
Anak muda di mana-mana sama.
Mataku sudah liyer-liyer. Rudi bangkit, “Akh, aku istirahat sebentar. Jam lima seperempat dibangunkan ya?”
“Kalau ada telpon dari Nurul bagaimana?”
“Sudah jangan terus menggoda.”
“Congratulation Mas. She is the star, she is the true coise, she will be a good wife!”
Anak ini kalau menggoda tak ada habisnya. Agak keterlaluan sebenarnya. Tapi aku malas meladeninya. Aku memejamkan mata. Tak perlu kutanggapi sekarang, nanti juga dia akan tahu yang sesungguhnya.



oooOOOooo


Silakan lanjutkan baca di novelnya, Ayat-ayat Cinta, Novel Pembangun Jiwa, Bab VI....
Image: Google


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...