loading...

Syair "Ken Tambuhan"

Jika tuan menjadi air
Kakang menjadi ikan di pasir
Kata nin tiada kakanda mungkir
Kasih kakang batin dan lahir

Jika tuan menjadi bulan
Kakang menjadi pungguk merawan
Aria ningsun emas tempawan
Janganlah bercerai apalah tuan

Tuang laksana bunga kembang
Kakanda menjadi seekor kumbang
Tuanlah memberi kakanda bimbang
Tiadalah kasihan tuan akan abang

Jika tuan menjadi kayu rampak
Kakanda menjadi seekor merak
Tiadalah mau kakanda berjarak
Seketika pun tiada dapat bergerak

Dongeng Abu Nawas "Menjebak Si Tukang Sihir"

Abunawas mempunyai burung nuri yang sangat lucu. Baginda Harun Alrasyid ingin memilikinya.
"Kalau kau berniat menjualnya, jangan ditawarkan kepada orang lain. tawarkan saja kepadaku. berapa pun harganya, aku akan membayarnya," ujar Baginda kepada Abunawas.

Abunawas tidak menjawab Dia hanya mengangguk. Tapi dalam hari, dia berakta mana mungkin aku menjual burung yang tidak berharga ini kepada Baginda.

Keesokan paginya, abunawas datang ke Istana. Dia datang dengan membawa burung nuri yang diinginkan baginda itu. Abunawas tidak ingin menjualnya. Dia ingin memberikan Cuma-Cuma kepada baginda. Tapi di pintu gerbang istana, dua orang pengawal menahannya.

“Siapa kamu? Ada keperluan apa menghadap baginda ?” hardik kedua pengawal dengan wajah bengis. Rupanya kedua orang pengawal istana tersebut adalah orang kepercayaan Perdana Menteri Abudahi yang selalu ingin mencelakakan Abunawas.
“Aku hendak menyerahkan burung nuri ini kepada baginda karena beliau sangat menyukainya,” jawab abunawas.
“Tinggal saja burung jelek itu disini, biar aku yang menyerahkannya kepada baginda,” ucap salah seorang pengawal.

Abunawas pun menurut. Dalam situasi seperti ini, dia tidak mungkin melawan. Tapi suatu saat mereka pasti akan menemui perbuatannya.

Oleh kedua pengawal kepercayaan Abudahi, burung nuri Abunawas ditukar dengan burung gereja. Setelah itu, diserahkan kepada baginda. Perdana Menteri Abudahi yang melihat kejadian itu tersenyum simpul memuji hasil kerja anak buahnya.
“Bedebah!” gigi baginda gemertak menahan amarah. Dia merasa terhina oleh perbuatan Abunawas. Burung nuri yang diharapkannya tapi burung gereja yang dikirimkan.

Tanpa menunggu waktu, saat itu juga baginda mendatangi rumah abunawas.

“Abunawas ! kalau kau keberatan menjual burung nuri kepadaku aku tidak apa-apa. Tapi jangan kau kirim burung gereja ke istana. Itu suatu penghinaan buatku!” kecam baginda dengan mata memerah menahan amarah.
“Begini baginda,” tutur abunawas mencoba meredakan amarah baginda.”Istana baginda telah kemasukan dua orang penyihir yang menjadi penjaga pintu gerbang istana. Kedua orang itu bbisa menyihir seekor burung gereja, dan hamba yakin, besok-besok, kedua orang itu bisa menyihir burung beo menjadi burung nuri.

Kalau tidak percaya, tunggulah besok di istana, baginda akan menyaksikan sendiri betapa hebatnya sihir mereka”

Sambil berkata begitu, abunawas mengelus-ngelus seekor burung beo yang bertengger didepan jendela rumahnya. Burung beo itulah yang akan dibuat menjebak kedua pengawal bengis istana.

Pagi-pagi sekali Abunawas sudah tiba di istana. Dia membawa burung beo di tangannya. Di depan gerbang lagi-lagi dia dicegat pengawal.
“Ada perlu apa lagi kau di sini ?” kedua pengawal kembali menghardik Abunawas. “Sudah kubilang, kau tidak akan bisa bertemu Baginda!”
“Maaf, kemarin aku keliru. Aku sebenarnya hendak memberikan burung beo ini kepada Baginda. Tapi aku keliru mengambilnya. Baginda pasti marah-marah mendapat kiriman burung nuri itu. Semua orang tahu, baginda sangat benci burung nuri. Dia pernah tersesat di hutan gara-gara burung nuri keparat itu. Maafkan aku, aku telah membuat baginda marah!” bujuk abunawas seolah-olah cerita itu benar-benar terjadi.
“Taruhlah saja disitu! Biar aku nanti yang akan menyerahkan kepada baginda!” perintah pengawal istana.

Terpengaruh bujukan Abunawas, kedua kaki tangan Abudahi itu pun menukar burung beo dengan nuri. Setelah itu mereka menyerahkannya kepada baginda. Keduanya bersukaria karena sebentar lagi Abunawas pasti akan mendapat hukuman yang setimpal dari Baginda.

Menerima burung nuri itu kedua pengawal istana, Baginda terperangah kaget. Ternyata benar apa yang dikatakan Abunawas. Kedua pengawal ini bisa menyihir alias menggelapkan barang yang bukan haknya.

“Ini nurinya, mana beonya?” sindir baginda yang langsung membuat wajah kedua pengawal itu pucat pasi.

Belum sempat kedua pengawal itu menjawab, Baginda langsung menitahkan perintah yang tak disangka-sangka. “karena hasil kerja yang sangat bagus, kalian berdua aku beri hadiah hukuman cambuk masing-masing 50 kali.

Perdana Menteri Abudahi yang menyaksikan kejadian itu, kini hayna bisa tertunduk lesu.

Dongeng "Abu Nawas Menang Lomba"

Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid dan para pengawalnya meninggalkan istana untuk berburu. Namun, di tengah perjalanan, salah satu pejabat kerajaan yang bernama Abu Jahil menyusul dengan terengah-engah di atas kudanya.

“Baginda… Baginda…. hamba mau mengusulkan sesuatu” katanya Abu Jahil mendekati sang Raja. “Apa usul mu itu wahai Abu Jahil?. tanya Raja.

“Agar acara berburu ini menarik dan disaksikan banyak penduduk, bagaimana kalau kita sayembarakan saja?” ujar Abu Jahil dengan raut wajah serius.
Baginda Raja terdiam sejenak dan mengangguk-angguk.

“Hamba ingin beradu ketangkasan dengan Abunawas, dan nanti pemenangnya akan mendapatkan sepundi uang emas. Tapi, kalau kalah, hukumannya adalah dengan memandikan kuda-kuda istana selama 1 bulan” tutur Abu Jahil meyakinkan Raja.

Terompet Sayembara Ditiup
Akhirnya sang Raja menyetujui usulan Abu Jahil tersebut. Hitung-hitung sayembara itu akan memberikan hiburan kepadanya. Maka, dipanggillah Abunawas untuk menghadap, dan setelah menghadap Raja Harun, Abunawas pun diberi petunjuk panjang lebar.

Pada awalnya, Abunawas menolak sayembara tersebut karena ia tahu bahwa semua ini adalah akal bulus dari Abu Jahil yang ingin menyingkirkannya dari istana.
Tapi Baginda Raja Harun memaksa dan Abunawas tidak bisa menolak.

Abunawas berpikir sejenak

Ia tahu kalau Abu Jahil sekarang diangkat menjadi pejabat istana. Ia pasti mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor binatang buruannya di hutan nanti.

Namun , karena kecerdikannya, Abunawas malah tersenyum riang. Abu Jahil yang melihat perubahan raut muka Abunawas menjadi penasaran di buatnya, batinnya berkata mana mungkin Abunawas bisa mengalahkan dirinya kali ini.
Akhirnya, Baginda menggiring mereka ke tengah alun-alun istana. Raja dan seluruh rakyat menunggu, siapa yang bakal menjadi pemenang dalam lomba berburu ini.
Terompet tanda mulai adu ketangkasan pun ditiup. Abu Jahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan belantara. Anehnya, Abunawas justru sebaliknya, dia dengan santainya menaiki kudanya sehingga para penonton banyak yang berteriak.

Menjelang sore hari, tampaklah kuda Abu Jahil memasuki pintu gerbang istana. Ia pun mendapat sambutan meriah dan tepuk tangan dari rakyat yang menyaksikannya. Di sisi kanan dan kiri kuda Abu Jahil tampak puluhan hewan yang mati terpanah. Abu Jahil dengan senyum bangga memperlihatkan semua binatang buruannya di tengah lapanangan.

“Aku, Abu Jahil berhak memenangkan lomba ini. Lihat..binatang buruanku banyak. Mana mungkin Abunawas mengalahkanku?…” teriaknya lantang yang membuat para penonton semakin ramai bertepuk tangan.

Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara kaki kuda Abunawas. Semua orang mentertawakan dan meneriakinya karena Abunawas tak membawa satu pun binatang buruan di kudanya.

Tapi, Abunawas tidak tampak gusar sama sekali. Ia malah tersenyum dan melambaikan tangan.

Baginda Raja menyuruh kepada 2 orang pengawalnya maju ke tengah lapangan dan menghitung jumlah binatang buruan yang didapatkan 2 peserta tersebut.

Dan kesempatan pertama, para pengawal menghitung jumlah binatang hasil buruan dari Abu Jahil.
“Tiga puluh lima ekor kelinci, ditambah lima ekor rusa dan dua ekor babi hutan, kata salah satu pengawal”.

“Kalau begitu akulah pemenangnya karena Abunawas tak membawa seekor binatangpun,” teriak Abu Jahil dengan sombongnya.

“Tenang… tenang…. aku membawa ribuan binatang. Jelaslah aku pemenangnya dan engkau wahai Abu Jahil, silahkan memandikan kuda-kuda istana. Menurut aturan lomba, semua binatang boleh ditangkap, yang penting jumlahnya,” kata Abunawas sambil membuka bambu kuning yang telah diisi dengan ribuan semut merah.

“Jumlahnya sangat banyak Baginda, mungkin ribuan, kami tak sanggup menghitungnya lagi,” kata pengawal kerajaan yang menghitung jumlah semut itu.

Melihat kenyataan itu, Abu Jahil tiba-tiba saja jatuh pingsan. Baginda Raja tertawa terpingkal-pingkal dan langsung memberi hadiah kepada Abunawas. Kecerdikan dan ketulusan hati pasti bisa mengalahkan kelicikan.

Legenda "Sawerigading" (Sulawesi Selatan)

Syahdan, di sebuah hulu sungai Saqdan – Sulawesi Selatan – hiduplah seorang anak manusia yang bernama Sawerigading. Dikisahkan, bahwa ayah Sawerigading memiliki dua orang istri, yang pertama dari bangsa manusia dan istri kedua dari bangsa jin.

Dari istri yang pertama lahirlah sepasang anak kembar. Satunya berjenis kelamin laki-laki yang kelak bernama Sawerigading. Dan satunya lagi berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil sepasang anak kembar ini dipisahkan oleh orang tuanya tanpa alasan yang jelas.

Ringkas cerita Sawerigading kecil telah tumbuh menjadi dewasa. Keinginan untuk memiliki pendamping hidup mulai bersemi dalam jiwanya. Sampai suatu saat ia bertemu dengan saudara kembarnya. Rasa cinta, dan keinginan untuk saling memiliki tumbuh begitu saja saat pertama kali Sawerigading menatap paras cantik saudara kembarnya. Karena sekian lama dipisahkan, mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka berdua adalah saudara kandung.

Ayahnya yang mengetahui bahwa Sawerigading telah jatuh cinta kepada saudara kandungnya sendiri tentu saja tinggal diam. Ia segera memerintahkan Sawerigading untuk menghadap kepadanya. “Ketahuilah anakku, bahwa mengharapkan pandamping hidup untuk saling menentramkan hati bukanlah hal yang keliru. Tapi merupakan satu pantangan terbesar dalam adat istiadat kita, jika menjadikan saudara kandung sendiri sebagai istri. Supaya kamu bisa mendapatkan pendamping hidup yang tidak menyalahi adat istiadat kita, besok pagi-pagi benar, berangkatlah kamu ke hulu sungai untuk menebang kayu Balandae. Dengan kayu itu buatlah kapal untuk membawa kamu berlayar ke negeri cina untuk meminang sepupumu yang bernama Cudai.

Esok paginya, saat matahari baru saja nampak di ufuk, berangkatlah ia menuju hulu sungai untuk menebang kayu Balandae, sebagaimana yang perintahkan oleh ayahnya. Sebenarnya ia tidak terlalu setuju dengan perintah ayahnya, akan tetapi semua itu dilakukannya karena takut dengan kemurkaan ayahnya.

Ditengah perasaannya yang dirundung duka karena tidak diperbolehkan mempersunting saudara kandungnya, rupanya pohon Balandae yang ditembangnya tidak juga tumbang, padahal pangkal dan batang pohon tersebut telah terpisah. Perasaan sawerigading semakin tidak menentu. Kebingungan dan kekesalan silih berganti berkecamuk dalam batinnya.

Sebagai seorang saudara kembar, perang batin dalam diri Sawerigading turut dirasakan oleh saudara kembarnya. Tanpa sepengetahuan Sawerigading, berangkatlah saudara kembarnya untuk menembang pohon Balandae. Ajaib, dalam satu kali tebasan, pohon yang memang sudah terpisah pangkal dan batangnya itu langsung tumbang ke tanah.

Keesokan harinya, betapa terkejutnya Sawerigading saat melihat bahwa pohon Balandae yang tak kunjung bisa ditumbangkannya kini telah berubah menjadi perahu layar yang siap untuk mengarungi samudera. Tapi ia tidak ambil pusing untuk mengetahui siapa yang telah membantunya membuat kapal. Baginya kapal telah siap didepan mata, tidak ada gunanya memikirkan siapa yang membuat, satu hal yang pasti bahwa ia harus segera pulang untuk menyiapkan perbekalan untuk dibawa berlayar ke negeri cina.

Hari pemberangkatanpun tiba. Sawerigading segera berlayar mengarungi samudera luas. Berbagai rintangan dihadapinya dalam perjalanan. Dari gangguan alam seperti badai dan ombak sampai gangguan manusia yang berniat merompak kapal yang ditumpangi Sawerigading.

Berkat izin yang kuasa, segala gangguan dan rintangan yang didapatinya dalam perjalanan bisa dihadapi dengan baik oleh Sawerigading. Dan sampailah setelah berlayar beberapa lama, sampailah Sawerigading ke kerajaan cina.

“Angin apa gerangan yang membuat anakda jauh-jauh meninggalkan tanah kelahiran menuju daratan cina ?” tanya pamannya saat Sawerigading menghadap.

“Jika jodoh bisa datang tanpa dicari, mungkin anakda sampai saat ini masih menginjak tanah yang sama dengan tanah tempat anakda dilahirkan, tetapi karena jodoh ha rus dijemput, maka maksud kedatangan anakda kesini adalah untuk meminang putri paman raja.” ucap sawerigading mengutarakan maksud kedatangannya.

Mengetahui bahwa maksud kedatangan Sawerigading, adalah untuk melamar putrinya. Raja terdiam sejenak. Terlihat ia memikirkan sesuatu, sedangkan Saweringading hanya bisa menanti dengan perasaan cemas. Akhirnya Raja memerintahkan untuk memanggil Cudai, putrinya, untuk segera menghadap.

“Dari tanah Sulawesi yang jauh, Sawerigading yang merupakan saudara sepupumu berniat untuk menjalin tali kekeluargaan yang lebih dekat lagi dengan kita yang ada di negeri cina. Ayahanda tahu, bahwa dalam hidupmu kamu pasti memiliki mimpi, begitupun halnya dengan Sawerigading. Dan ketahuilah bahwa dunia ini terlalu luas, manusia tidak akan mampu untuk merealisasikan mimpinya seorang diri. Maukah kamu membantu Sawerigading menggapai mimpinya dan sekaligus membiarkan Sawerigading melumuri tangannya dengan usaha untuk membantumu mencapai mimpi ?” tanya Raja kepada Cudai.

Cudai yang saat itu bersimpuh di samping ayahnya berusaha untuk semakin menundukkan pandangannya. Ia kelihatan malu-malu.

“Ayahanda, bagi seorang putri seperti anakda, keinginan ayahanda juga merupakan keinginan anakda, karena anakda yakin bahwa apapun yang ayahanda inginkan pasti demi kebahagian anakda.” Ucap Cudai dengan nada suara malu-malu.

Mendengar bahwa Cudai bersedia untuk dipersunting oleh Sawerigading, perasaan raja sangat bahagia, karena ia tidak ingin membuat hati keponakannya kecewa, pun ia tidak ingin memaksakan keinginan kepada putri yang dicintainya. Tapi lebih dari itu semua perasaan Sawerigading lebih berbahagia, karena lamarannya diterima.

Pesta pernikahanpun digelar dengan meriah. Seluruh rakyat ikut merasakan kebahagian kedua mempelai yang juga berarti semakin mempererat hubungan kekeluargaan antara keluarga Sawerigading di Sulawesi dan keluarga Cudai di negeri Cina.

Setelah bertahun-tahun menetap di negeri cina, akhirnya pasangan suami-istri tersebut dikarunia seorang anak yang diberi nama La Galigo. Tapi saat La Galigo masih bayi. Sawerigading memutuskan untuk kembali ketanah kelahirannya, Sulawesi.

La Galigo kini mulai tumbuh tidak hanya menjadi pemuda yang gagah perkasa tapi juga cerdik cendekia dan bijak bestari. Saat La Galigo dewasa meminta izin untuk menemui ayahnya di tanah Sulawesi, ia dititipi oleh ibunya seekor ayam jago.

Ditanah Sulawesi, berkembang permainan adu ayam. Diantara mereka, terdapat seekor ayam aduan yang tak tertandingi. Bahkan beberapa ayam yang menjadi lawannya harus terkelapar mati. Pemilik ayam tersebut tidak lain adalah Sawerigading.

Suatu saat, sampailah La Galigo ke tanah sulawesi. Saat melihat ada orang yang sedang mengadu ayam, La Galigo segera menghampiri tempat tersebut. Sawerigading yang melihat ayam jago di tangan La Galigo kemudian berkata dengan suara lantang. “Wahai anak muda, bawalah kemari ayam yang ada ditanganmu itu. Biarkan ia merasakan tajamnya taji ayam jago milikku.”

Mendengar kalimat tersebut, La Galigo hanya tersenyum. Ia berniat memberi pelajaran pada orang yang terdengar angkuh tersebut. Ia pun memenuhi permintaan Sawerigading. Tidak berapa lama, kedua ayam tersebut terlibat dalam perkelahian yang sengit. Sampai suatu ketika ayam jago milik Sawerigading berlari meninggalkan arena aduan, lantaran tidak kuat lagi merasakan sakit.

Mengetahui ayam milik Sawerigading kalah, betapa terperanjatnya orang-orang yang menyaksikan kejadian itu, terlebih lagi Sawerigading. “Wahai anak muda, dari mana gerangan ayammu berasal ?” tanya Sawerigading. Kali ini nada bicaranya tidak lagi menyiratkan kesombongan, bahkan terkesan ada perasaan malu bercampur keheranan.

“Ayam saya berasal dari negeri Cina. Saya ke Sulawesi untuk mencari ayah saya.” Jelas La Galigo. Sawerigading kembali terkejut. Batinnya berkecamuk hebat. Pikirannya tiba-tiba melayang kepada anak dan istrinya yang ditinggalkan di negeri Cina.

“Siapa gerangan nama ayahmu itu anak muda ?” tanya Sawerigading lagi. Ia semakin tidak sabar untuk mengetahui identitas lawan bicaranya.

“Nama saya La Galigo, Ayah saya bernama Sawerigading dan Ibu saya bernama Cudai.” Jelas La Galigo.

“Tidak sia-sia perjalananmu, menempuh terjangan badai, mengarungi samudera luas dan menghadapi gelombang bahaya, karena ayah yang kamu cari adalah orang yang sekarang berdiri didepanmu. Sayalah Sawerigading yang kamu cari itu.” Ucap Sawerigading.

Mereka berduapun saling berpelukan. Setelah pertemuan itu, La Galigo dan Sawerigading sepakat untuk mengajak Cudai tinggal bersama mereka di tanah Sulawesi. Dan Menjadi cikal bakal nenek moyang suku bugis makasar dan Luwu..

Menanggapi Laporan

Menanggapi Laporan--
Setelah membuat laporan hasil pengamatan (observasi), kamu akan melaporkannya di depan kelas. Teman-teman dari kelompok lain akan memberikan tanggapannya, Nah, dalam menanggapi laporan, kamu harus memerhatikan hal-hal berikut ini.
1. Mempersiapkan diri dengan cara mencari informasi mengenai topik yang akan dibahas.
2. Menyimak laporan yang disampaikan dengan baik.
3. Menyampaikan gagasan atau tanggapan yang baik.
4. Berbicara langsung ke pokok masalah, tidak bertele-tele.
5. Mendengarkan pendapat atau tanggapan peserta yang lain.
6. Menjaga sikap dan emosi agar tidak terlibat dalam perdebatan yang berbelit-belit.
7. Berbicara dengan tutur kata yang sopan dan baik sehingga tidak menyingung perasaan orang lain.

Tips Menulis Laporan

Sebuah laporan bertujuan menggambarkan konsep, kegiatan, atau sebuah penelitian (observasi). Laporan membahas tentang suatu topik secara detail dan akurat.
Berikut ini hal-hal penting yang harus diperhatikan.
- Pilih topik yang kamu sukai atau yang kamu kuasai karena hal itu akan memudahkamu menulis laporan. Tentukan tujuan penulisan laporan. Dengan demikian, laporan dapat ditulis secara detail dan menarik.
- Begitu topik dan tujuan yang kamu pilih mendapat persetujuan (dari guru), mulai kumpulkan informasi dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, jika bukan laporan observasi, sumber referensi untuk topik tersebut dapat artikel daring (online) yang relevan, buku, majalah, ensiklopedia, dan bahkan jurnal.
- Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, tuliskan ide dasar tentang subjek laporan yang akan kamu tulis (bisa berupa kerangka laporan). Hati-hati dalam memerinci kerangka tulisan atau menuliskan informasi
yang kamu bahas dalam laporanmu secara detail. Informasi yang kamu tuliskan harus akurat dan sesuai dengan keadaan.
- Berikan gambaran dengan menambahkan foto atau tabel atau data-data lain yang mendukung. Perhatikan unsur utama yang kamu bahas. Jangan sampai tulisan jadi bertele-tele.
- Laporan yang kamu tulis harus disertai dengan kutipan yang tepat, sesuai dengan fakta-fakta yang ada. - Berikan argumentasi yang tepat sehingga pembaca dapat memahami hal yang kamu laporkan.
- Gunakan bahasa yang komunikatif dalam laporan yang kamu buat. Hindari penggunaan kata yang membingungkan, kata-kata yang terlalu panjang atau bertele-tele. Setiap paragraf harus diawali dengan kalimat yang menarik dan deskripsi yang kamu tuliskan juga harus sesuai dengan fakta. Setiap satu paragraf dengan paragraf yang lain juga harus saling berhubungan (koheren). Oleh karena itu, gunakanlah kata-kata penghubung antarkalimat, misalnya namun, akan tetapi, dengan demikian, oleh karena itu, berdasarkan hal itu.
- Tuliskan kesimpulan secara tepat dan menarik. Kesimpulan memegang peran penting karena merangkum keseluruhan yang telah kamu sampaikan. Dalam kesimpulan, kamu juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana hal yang kamu laporkan berkaitan dengan subjek yang lebih luas.
- Langkah terakhir adalah mengedit dan merevisi tulisan. Periksa kembali laporan yang kamu tulis. Laporan yang baik harus bebas dari kesalahan tata bahasa, kesalahan ketik, kesalahan ejaan. Selain itu, berhati-hatilah dalam menggunakan kata kerja dan kata penghubung. Pastikan bahwa alur dan bentuk tulisan laporanmu dituliskan secara logis.

Tags: #contoh kritik terhadap isi laporan #cara memberikan kritik terhadap laporan #apa perbedaan buku fiksi dengan buku nonfiksi #hal hal yang biasanya ada pada bagian isi surat lamaran pekerjaan #contoh kritik dan saran #pengertian kritik dan saran #kritik dan saran dalam makalah #contoh kritik dan saran dalam laporan #kritik dan saran untuk guru.

Contoh Notulen Rapat OSIS tentang Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Contoh Notulen Rapat OSIS tentang Peringatan Hari Sumpah Pemuda--
Dalam setiap rapat yang dilaksanakan, termasuk rapat OSIS, selalu ada pencatat hasil rapat (notulis). Hal-hal yang ditulisnya disebut dengan notulen. Notulen harus menggunakan bahasa yang komunikatif, artinya singkat, jelas, dan efektif.

Perhatikan contoh notulen berikut:
Rapat Pengurus OSIS tentang Peringatan Sumpah Pemuda
Hari/ Tanggal: Senin, 21 Oktober 2013
Waktu: Pukul 14.00 WITA
Tempat: Ruang Pertemuan
Peserta rapat: Seluruh pengurus OSIS berjumlah 25 orang

Susunan Acara:
l. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan:
a) Kepala Sekolah
b) Pembina OSIS
3. Pembahasan materi rapat dan keputusan
4. Tanya-jawab (Hal yang dirasa perlu)
5. Penutup

6. Jalannya Rapat:
a) Rapat dibuka oleh Ketua OSIS dengan membaca doa.
b) Sambutan dari Kepala Sekolah dan Pembina OSIS yang intinya agar dalam rapat membahas secara mendalam dan rinci tentang rencana peringatan hari Sumpah Pemuda. Rencana lomba harus bersifat edukatif.
Pada waktu pembahasan banyak usulan-usulan dari peserta rapat yang konstruktif untuk dijadikan bahan keputusan rapat. Akhirnya peserta rapat menyepakati pelaksanaan peringatan hari Sumpah Pemuda

7. Hasil Rapat:
a) Peserta rapat menyetujui diadakan peringatan hai Sumpah Pemuda dengan lomba-lomba.
Lomba dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2013.
Jenis lomba: lomba pidato dan baca puisi tema kepemudaan.
Setiap juara akan mendapatkan trofi dan hadiah.
b) Panitia pelaksana adalah pengurus OSIS Seksi Bidang Organisasi dan Kesenian
Tanjung, 21 Oktober 2013
Notulis
Mayda Safira

Penggunaan Tanda Baca (Pungtuasi)

Penggunaan Tanda Baca (Pungtuasi)--
Dalam Bahasa Indonesia terdapat banyak tanda baca (pungtuasi). Misalnya tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda hubung (-) dan masih banyak lagi. Tanda-tanda baca itu harus dipergunakan dengan tepat dalam pembuatan kalimat. Pada kesempatan ini kita akan membahas tanda koma (,) dan tanda kutip ("...")

Perhatikan kutipan kalimat berikut:
Sebenarnya negeri ini adalah gudangnya obat tradisional untuk melawan encok, ngilu, nyeri, pegal, atau linu.
Tanda koma dalam kalimat tersebut dipergunakan untuk memisahkan suatu rincian, seperti: encok, ngilu, nyeri, pegal, atau linu.

Perhatikan pula contoh kalimat lain berikut:
Pusat Penelitian Tanaman Obat Tradisional Universitas Gajah Mada (PPOT-UGM) Yogyakarta, misalnya, menyoroti tanaman anti rematik sejak tahun 1988.
Tanda koma pada sebelum dan sesudah kata "misalnya" berfungsi sebagai keterangan tambahan (aposisi).
Lain halnya dengan tanda kutip ("..."). Tanda kutip dipergunakan untuk mengapit kutipan langsung.
Misalnya:
- "Jamu ini tidak punya efek samping", kata Budiono Santoso.
- "Banyak yang tertipu dan mengira jamu tersebut betul-betul manjur", kata Suwijiyo.
Di samping itu, tanda kutip dapat dipergunakan untuk mengapit judul karangan/ puisi yang dituliskan dalam kalimat.
Contoh:
- Perjuangan saya diilhami oleh puisi "Karawang Bekasi".
- Pernyataan itu dikutip dari artikel berjudul "Industri obat Tradisional".

Makna Denotasi dan Konotasi

Makna Denotasi dan Konotasi--
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan apa adanya yang dikandung oleh sebuah kata secara objektif.
Contoh:
- Orang tuanya membangun rumah.
- Anak itu nyaris tenggelam di sungai.
Kata "rumah" dan "nyaris" dalam kalimat itu bermakna apa adanya yaitu tempat tinggal dan sesuatu yang hampir terjadi.
Lain halnya dengan makna konotasi. Makna konotasi adalah makna tambahan dari makna harfiah/apa adanya dari sebuah kata. Penafsiran makna konotasi ini bergantung konteks kalimatnya.
Contoh:
- Hilangnya barang-barang itu sisebabkan oleh sulitnya memberantas tikus-tikus pelabuhan.
- Kasihan, ia sekarang menjadi sampah masyarakat.
Dalam kalimat tersebut tikus-tikus pelabuhan tidak dapat diartikan tikus
yang berada di pelabuhan, tetapi diartikan pemeras/koruptor; sampah masyarakat diartikan sebagai orang yang tak berguna/ pengangguran.

SOAL | Menyampaikan Pengumuman (Menentukan Pokok-pokok Pengumuman)

SOAL | Menyampaikan Pengumuman (Menentukan Pokok-pokok Pengumuman)--
Untuk soal dengan materi menyampaikan pengumuman secara lisan ini, dalam kegiatan di kelas, kalian harus mampu menyimak/ mengingat pokok-pokok pengumuman sehingga mampu menyampaikannya kembali kepada teman. Untuk bentuk soal, tentu tak secara lisan lagi. Tetapi hal yang diuji adalah kemampuan kamu menentukan pokok-pokok pengumuman berdasarkan kutipan pengumuman yang diberikan. Berikut contoh soalnya:

Diberitahukan kepada siswa kelas VII SMP Kasih Ibu bahwa upacara bendera dilaksanakan pada tanggal 16 November 2013.
Petikan pengumuman tersebut merupakan bagian dari :
a. judul
b. pembuka
c. isi
d. penutup

Diberitahukan pada seluruh pengurus OSIS, rapat persiapan pelaksanaan lomba pada hari Sabtu, 29 September 2013 di Ruang Kaur Kesiswaan.
Pokok pengumuman tersebut adalah ....
a. Diberitahukan pada seluruh pengurus OSIS
b. rapat persiapan pelaksanaan lomba
c. persiapan pelaksanaan lomba
d. hari Sabtu, 29 September 2013 di Ruang Kaur Kesiswaan

Berikut ini yang termasuk pokok pengumuman adalah.......
a. untuk mencegah penyabaran penyakit DBD, di RW XX akan diadakan penyemprotan nyamuk.
b. tanggal 25 Januari 2013 diadakan penyemprotan nyamuk di wilayah RW XX.
c. dinas kesehatan kebupaten mengadakan penyemprotan nyamuk.
d. penyakit demam berdarah dengue disebarkan oleh nyamuk.

Dalam rangka ikut meringankan beban para korban bencana alam di Desa Bukit Tinggi, kami mengajak teman-teman untuk memberikan sumbangan bagi saudara kita yang terkena musibah.
Pokok pengumuman di atas adalah .....
a. dalam rangka ikut meringankan beban para korban.
b. ikut meringankan beban para korban bencana alam
c. beban para korban bencana alam di Desa Bukit Tinggi
d. ajakan untuk memberikan sumbangan bagi saudara kita yang terkena musibah.

Jawaban: c, b, c, d

SOAL | Menceritakan Pengalaman Pribadi

SOAL | Menceritakan Pengalaman Pribadi--
Materi ini merupakan materi keterampilan lisan. Di kelas, kamu harus mampu menceritakan pengalaman pribadi kamu yang paling mengesankan, baik menyenangkan, memalukan, menyedihkan, dan sebagainya. Dalam bentuk soal, materi ini hanya menguji kembali kemampuan kamu menentukan jenis pengalaman dan hal positif apa yang bisa kamu ambil dari pengalaman itu.

Aku hidup dari keluarga tak mampu dengan rumah yang sempit dan kurang sehat. Lingkungan rumahku termasuk lingkungan yang kotor, hal itu ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang bertebaran. Suatu hari badanku panas dan keluar bintik merah. Ibu membawaku ke dokter, hasilnya aku positif DB. Selama di rumah sakit aku betul-betul tersiksa, tanganku diinfus, disuntik setiap hari, dan harus rutin meminum obat. Setelah pulang dari rumah sakit, aku sadar kita harus menerapkan hidup sehat. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati.
Penggalan cerita di atas termasuk pengalaman
pribadi yang bersifat . . . .
a. menyenangkan
b. memalukan
c. menggelikan
d. menyedihkan

Hal positif yang bisa diambil dari pengalaman di atas adalah . . . .
a. membiasakan berobat ke dokter
b. menghindari nyamuk DB
c. menerapkan hidup sehat
d. selalu mengobati penyakit

Jawab: d, c

SOAL | Mengkritik atau Memuji Berbagai Karya

SOAL | Mengkritik atau Memuji Berbagai Karya--
Materi mengkritik dan memuji berbagai karya merupakan materi lisan (berbicara). Dalam pembelajaran di kelas, materi ini kita lakukan secara lisan. Dalam soal ulangan tertulis, beginilah bentuknya:

Pernyataan berupa kritik di bawah ini yang paling baik adalah . . . .
a. Lukisan itu belum layak dipamerkan karena nama pelukisnya tidak begitu saya kenal.
b. Tarian para penari itu sangat luar biasa dan saya benar-benar menyukainya.
c. Patung tersebut sangat halus pahatannya tetapi sayang ada bagian yang kurang proporsional.
d. Aransemen lagu itu sangat menakjubkan, wajar karena komposernya seorang Addie M.S. gitu loh.

Pernyataan di bawah ini yang merupakan kritik terhadap suatu produk adalah…
a. Bohlam lampu mudah putus.
b. Magic jar ini dapat memasak nasi lebih cepat.
c. Kapasitas lemari es lebih banyak.
d. Mesin cuci dengan kapasitas banyak, tetapi daya listrik kecil.

Pernyataan berikut yang merupakan kritik terhadap karya sastra yaitu …
a. Puisi karya Rendra benar-benar menyentuh hati.
b. Novel itu ceritanya sangat bagus. Namun, karakter dari tiap-tiap tokoh kurang menonjol.
c. Pementasan drama oleh Teater Bengkel benar-benar memukau.
d. Perpaduan musik dan pembacaan puisi oleh Rike Diah begitu memukau.

Pujian terhadap karya seni yang tepat yaitu…
a. Wow, indah nian lukisan itu!
b. Pahatan patung itu benar-benar kasar.
c. Ukiran hasil karyamu sungguh mengagumkan.
d. Pergelaran tari klasik di TMII menarik banyak pengunjung.

Jawaban: c, a, b, c

SOAL | Menanggapi Isi Laporan

SOAL | Menanggapi Isi Laporan--
Bacalah laporan berikut dengan cermat!
Disebut Ketep Pass karena terletak di sebuah bukit di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Ketep Pass terletak di antara Gunung Merapi dan Merbabu, tepatnya di sebelah barat daya lereng Gunung Merbabu pada ketinggian 1.200 m dpl.
Lokasinya yang berada di antara kedua gunung itu menjadi makin strategis karena dari tempat itu kita dapat menikmati pemandangan alam yang indah. Orang bisa menyaksikan puncak gunung merapi dan merbabu, kedahsyatan aliran lahar yang meleleh dari puncak merapi. Udara yang sejuk menambah nikmat pandangan mata saat menyaksikan hamparan hutan yang menghijau di sekitarnya.
Tanggapan yang tepat untuk laporan tersebut adalah…
a. Ketep Pass sangat menarik untuk dikunjungi karena udara sejuk dan pemandangan bagus.
b. Ketep Pass sebagai salah satu tujuan wisata sebaiknya tetap dijaga kelestarian lingkungannya.
c. Kita dapat menyaksikan puncak Gunung Merapi dan Merbabu.
d. Tempat ini memiliki keunikan sehingga saya merekomendasikan sebagai tempat tujuan wisata.

SOAL | Menganalisis Isi Laporan

SOAL | Menganalisis Isi Laporan--
Isi laporan yang menggambarkan perjalanan seseorang adalah…
a. Festival kali ini disebut-sebut sebagai yang paling besar dan meriah dibandingkan dengan penyelenggaraan sebelumnya. Acara pembukaannya bahkan sempat menyentak warga kota budaya itu dengan parade kirab yang diikuti sekitar 4.500 prajurit dari 29 keraton. (Dikutip dari: Pesta Budaya Para Raja”, Intisari, November 2004).
b. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya telah mengenal tornado melalui cerita-cerita ayah. Sebagai pengarang, ia pandai menanamkan kesan yang mendalam kepada setiap pendengarnya. Lebih-lebih ceritanya selalu dihias dengan gambar-gambar dari majalah berbahasa Belanda, Panorama. (Dikutip dari: “Ulah Tornado Si Belalai Gajah”, Intisari, April 2005).
c. Lagi-lagi suasana tenang dan damai mewarnai atmosfer pantai. Kalaupun ada “gangguan”, cuma dari beberapa pedagang asongan. Seperti penjual kalung dan gelang kayu berukir atau pedagang kelapa muda. Yang terakhir ini sayang kalau kami tolak. Soalnya, inilah satu-satunya minuman pemuas dahaga sekaligus lapar, mengingat tak ada satupun warung di sana. Di atas sebuah pondok terbuka di pinggir pantai, si penjual mengupas kelapa muda langsung di depan kami lalu membuatkan sendok dari kulitnya. (dikutip dari: “Wow…Lombok memesona juga!”, Intisari, Mei 2006).
d. Itulah gambaran yang terjadi manakala sekitar 60 wanita bernama Endang berkumpul untuk pertama kalinya. Pertemuan pertama yang terjadi berkat inisiatif sang tuan rumah, Endang Syahbenol, itu akhirnya berlanjut sampai akhirnya terbentuk Jogja Endang Club (JEC). Perkumpulan itu kini memiliki anggota tak kurang dari 200 orang bernama Endang. (Dikutip dari:” Kalau Ratusan Endang Berkumpul”, Intisari, Maret 2006).

Cara Menceritakan Kembali Dongeng yang Dibaca/ Didengar

Cara Menceritakan Kembali Dongeng yang Dibaca/ Didengar--
Dongeng memang sangat menarik untuk didengarkan dan dibacakan. Selain itu, dongeng juga menarik untuk diceritakan kembali baik secara tertulis maupun lisan. Meskipun diceritakan berkali-kali, pendengar tidak akan pernah bosan mendengarkan dongeng. Di kelas 7, kamu akan berlatih menceritakan kembali dongeng yang telah dibacakan. Bagaimana caranya?
Berikut cara/ langkah-langkah menceritakan kembali dongeng yang dibaca dengan baik.

1. Dengarkan atau baca dongeng dengan saksama dari awal sampai akhir, jangan membaca melompat-lompat.
2. Catatlah tema, tokoh, sifat tokoh, dan latarnya. Ini akan membantu kamu dalam menceritakan kembali isi dongeng. Saat menceritakan kembali isi dongeng si pencerita harus mengacu pada tema, tokoh, sifat tokoh, dan latar dongeng yang didengarkan atau dibaca tersebut.
3. Catat semua peristiwa (alur) yang terdapat dalam dongeng secara garis besarnya saja.
4. Ceritakan kembali isi dongeng dengan kalimatmu sendiri namun harus sesuai dengan isi dan urutan dongeng yang kamu dengar atau baca. Tokoh dan latar cerita yang kamu ceritakan juga harus sama dengan tokoh dan latar cerit/dongeng yang didengar atau dibaca.

Membedakan Kata Sapaan dengan Kata Acuan

Membedakan Kata Sapaan dengan Kata Acuan--
Kata Sapaan
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini !
1. Silakan duduk, Pak Budi!
2. Dik, tolong ambilkan buku itu!
Kata bercetak miring dalam kedua kalimat tersebut merupakan contoh kata sapaan. Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang yang diajak berbicara atau berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Kata sapaan dapat berupa istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, kakak, atau saudara. Kata sapaan dapat berupa nama jabatan atau pangkat, seperti: profesor, dokter, suster, atau kapten.

Aturan penulisan kata sapaan:
1. Huruf awal kata sapaan ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
Yah,kami berangkat ke sekolah!
Silakan masuk, Bu!

2.Apabila diikuti nama diri, sapaan dapat disingkat atau ditulis lengkap.
Contoh:
Silakan menikmati hidangan ini, Bu Siti!
Silakan menikmati hidangan ini, Ibu Siti!

3.Bentuk sapaan singkat dapat dipakai jika tidak disertai nama diri.
Contoh:
Sebenarnya adik saya ini sakit apa, Dok?
Kak, sebaiknya kita lewat jalan itu!

4. Bentuk sapaan ditulis dengan diikuti atau diawali tanda koma.
Contoh:
Bu, kapan kita menengok nenek?
Apakah saya boleh membelibuku ini, Pak?

Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut!
1. Yang terhormat Kepala SMP Nusantara, kami mohon untuk memberi sambutan.
2. Yang mulia Sultan Hamengku Buwono meresmikan monumen ini.
3. Hadirin yang berbahagia, selamat datang di tempat ini.
4. Anak-anakku yang tercinta, marilah kita panjatkan doa bersama-sama.

Kata-kata bercetak miring pada keempat kalimat tersebut dalam bahasa lndonesia disebut kata sapaan hormat. Kata sapaan hormat tidak perlu diikuti nama orang dan tidak perlu diikuti kata "Bapak/Ibu".

Kata Acuan
Perhatikan pula kedua contoh kalimat-berikut!
1. Bagaimana kabar paman dan bibi di Jakarta?
2. Adik pergi ke rumah temannya sejak tadi pagi.
Kedua kata bercetak miring pada kedua kalimat tersebut disebut kata acuan. Kata acuan dalam kedua
kalimat tersebut digunakan untuk mengacu atau merujuk kepada orang yang dibicarakan. Kata acuan berkaitan pula dengan istilah kekerabatan seperti: bapak, ibu, kakak, saudara, dan nama jabatan serta pangkat, seperti profesor, dokter, atau kapten. Kata acuan yang tidak terdapat pada awal kalimat, huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf kapital.

Kata acuan juga biasa digunakan untuk mengacu hal-hal di bawah ini.
a. Sesuatu yang diketahui atau dikenal oleh pembicara dan lawan bicara.
Contoh:
Adisty pergi ke rumah kepala sekolah.
b. Sesuatu yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
Saya membeli bolpoin, Entah di mana bolpoin itu sekarang.

Coba perhatikan kalimat berikut ini!
1. Teman-teman selalu menjuluki Nunik si ratu komik.
2. Doni sering dipanggil si gendut oleh teman-temannya.
Pada kedua kalimat tersebut kata-kata panggilan sama dengan julukan. Seseorang biasanya memiliki kata panggilan atau julukan karena ia mempunyai kelebihan, kekhasan, dan keunikan dalam hal atau bidang tertentu yang membedakannya dengan orang lain. Misalnya, Nunik dalam kalimat (1) mempunyai julukan si ratu komik. Ia mendapat julukan itu karena mempunyai koleksi banyak komik dan mempunyai kegemaran membaca komik. Doni pada kalimat (2) mempunyai panggilan si gendut. Ia mendapat panggilan itu karena Doni bertubuh gendut.

Legenda "Panglima Lidah Hitam" (Sulawesi Selatan)

Pada zaman dahulu kala di sebuah puncak bukit di Napo, berkuasa seorang raja yang bernama Raja Balinapa. Raja ini sangat aneh, sudah berkuasa tiga puluh tahun lebih tetapi tidak mau melepaskan tahtanya. Jangankan kepada orang lain, kepada anaknya sendiri ia tak mau mewariskan kekuasaan kerajaannya itu.

Ia ingin berkuasa terus sepanjang masa, padahal semakin hari usianya semakin bertambah. Dan tidak ada manusia yang abadi. Tiap manusia pada akhirnya pasti akan mati.

Raja Balinapa selalu berusaha keras menjaga kesehatan badannya, baik dengan olahraga secara teratur, latihan perang, maupun berburu. Tidak lupa rajin minum jamu dan obat ramuan tabib terkenal, semua itu dilakukannya agar dapat berumur panjang.

Karena tidak mau mewariskan kekuasaanya, maka ia hanya mempunyai anak-anak perempuan. Tiap permaisurinya melahirkan anak laki-laki ia langsung membunuhnya, agar nanti tidak dapat merebut kekuasaan kerajaannya.

Tiap kali Permaisuri hamil ia selalu cemas. Jangan-jangan anaknya laki-laki. Pasti akan dibunuh suaminya. Maka selalu berharap anak yang dikandungnya adalah seorang bayi perempuan.

Pada suatu ketika permaisuri sedang hamil besar, kebetulan pula Raja Balinapa akan berburu ke daerah Mosso. Maka istrinya dibawa serta karena Raja takut kalau permaisuri melahirkan anak laki-laki, pasti permaisuri tidak tega membunuhnya.

Sebelum Raja pergi berburu beliau berpesan kepada Panglima Perang Puang Mosso, ”Jika besok atau lusa saya belum kembali sementara permaisuri melahirkan anak laki-laki, maka bunuhlah anak itu.”

“Siap Baginda. Segala perintah Baginda pasti hamba kerjakan.” jawab Puang Mosso.

Raja Balinapa memang cerdik. Kekhawatirannya terbukti. Sehari setelah ia setelah berangkat berburu, Permaisuri yang tinggal di Mosso melahirkan bayi laki-laki. Bayi itu memiliki lidah yang berbulu dan berwarna hitam. Oleh karena itu, Puang Mosso binggung ketika memikirkan bayi yang baru lahir itu ternyata seorang bayi laki-laki.

“Kalau Raja disini, anak itu pasti disembelih”, katanya dalam hati.

Raja Balinapa tidak saja mempercayakan Puang Mosso untuk mengawasi Permaisuri. Ia juga menugaskan anjing terlatih yang menjadi pengawal raja. Mengetahui Permaisuri melahirkan, anjing pengawal raja yang bertugas menjaga permaisuri segera menjilati sarung bekas bersalin Permaisuri, sehingga meninggalkan darah di moncong si anjing. Selanjutnya anjing tersebut datang menghadap Raja sambil menggonggong terus memperlihatkan darah di moncongnya. Oleh karena itu, Raja Balinapa mengerti bahwa permaisurinya sudah melahirkan.

Sementara itu, Puang Mosso merasa kasihan sekali melihat keadaan bayi laki-laki itu, bayi itu agak lain daripada bayi-bayi kebanyakan. Lidahnya berbulu dan berwarna hitam. Ia tak tega untuk menyembelih bayi itu. Ia mencari akal. Lalu menyembelih seekor kambing dan membuatkan nisan untuk kuburan.

Ketika Raja kembali dari berburu, ia langsung bertanya, ”Apakah Permaisuri sudah melahirkan?”

Dijawab oleh Puang Mosso, “Permaisuri melahirkan anak laki-laki dan hamba langsung menyembelihnya sebagaimana pesan Baginda. Marilah hamba antarkan Baginda untuk melihat kuburan anak itu.”

Raja bersama Puang Mosso berangkat ke kuburan. Raja pun percaya bahwa anak laki-lakinya sudah disembelih.

Benarkah demikian? Kemana sebenarnya anak itu disembunyikan Puang Mosso? Raja Balinapa sama sekali tidak mengetahuinya.

Hari berganti tahun berlalu. Putra raja itu makin besar, dia sudah pandai belajar dan mengenal orang. Karena khawatir rahasianya akan diketahui oleh Raja nantinya, maka Puang Mosso menitipkan putra raja kepada seseorang yang sedang berlayar ke Pulau Salemo yang jauh dari bukit Napo.

Setelah di Salemo, anak itu semakin tumbuh menjadi remaja. Dia senang memanjat. Suatu hari, ketika ia sedang memanjat pohon, tiba-tiba datang seekor burung Rajawali raksasa yang mencengkeram pundaknya, lalu membawanya terbang ke tempat yang jauh. Sampai di Gowa, burung Rajawali menjatuhkan anak itu ditengah sawah. Seorang petani kebetulan melihatnya saat jatuh dari cengkeraman burung Rajawali. Petani itu melapor kepada Raja Gowa, “Di tengah sawah kami melihat seorang anak yang sangat gagah, berbaju merah. Kalau kita tanya anak dari mana, dia tidak menjawab.”

Begitu Raja Gowa mengamati anak itu, segera tertarik dan berkata dalam hati, “Hemm, anak ini bukan sembarangan.” Oleh karena itu dipeliharalah anak tersebut hingga dewasa, diajari segala macam ilmu keperwiraan sehingga menjadi orang yang kuat, gagah dan sakti.

Raja Gowa kemudian dan mengangkat orang yang diterbangkan Rajawali ini menjadi panglima perang. Kalau Raja pergi berperang, pasukannya selalu menang berkat kesaktian panglimanya. Keahliannya di medan perang tak tertandingi.

Berita tentang kesaktian panglimanya terkenal dan tersebar ke berbagai penjuru wilayah. Sehingga Raja Gowa memberi gelar panglimanya I Manyambungi.

Sementara itu di bukit Napo, Raja Balinapa yang sebetulnya ayahanda I Manyambungi telah mati karena diserang oleh Raja Lego yang sakti. Raja ini sangat berkuasa dan kejam. Ia suka menyembelih orang dan mengganggu rakyat yang berada di negeri sekitarnya. Untuk mengatasi hal ini, para raja bawahan dan sekitarnya mulai prihatin dan mengadakan pertemuan. Karena sudah banyak orang yang dibunuh dan tidak ada yang bisa menekan si Raja Lego yang sakti tapi kejam tersebut.

Salah seorang diantaranya berkata, ”Ada berita baik, di Gowa ada seorang panglima perang yang sangat sakti, barangkali kita dapat minta tolong padanya untuk melawan Raja Lego.”

Kemudian diutuslah seseorang ke Gowa untuk menemui panglima I Manyambungi. Akan tetapi I Manyambungi menolak dan berkata, “Saya akan turut ke Balanipa membantu kalian jika Puang Mosso yang datang menjemputku. Janji saya ini tidak boleh didengar oleh Raja Gowa, karena beliau melarangku meninggalkan negeri ini.”

Tiba di Mosso, utusan bernama Puang Napo itu berkata kepada Puang Mosso, “Pergilah ke Gowa karena beliau mau kesini kalau Puang Mosso sendiri yang menjemputnya.” Tiba-tiba Puang Mosso tersentak kaget, heran dan cemas. Mengapa harus dia yang menjemput I Manyambungi. Ada hubungan apa dan kepentingan apa Panglima Perang terkenal Gowa itu dengannya? Agar tak penasaran segera berangkatlah Puang Mosso dengan kapal layar ke Gowa. Tiba di Gowa beliau menghadap I Manyambungi dengan dada berdebar-debar. Berkatalah I Manyambungi, “Saya betul-betul akan berangkat ke Balanipa, karena saya mengingat budi baikmu kepadaku, sewaktu kecil engkaulah yang menyelamatkan dan memeliharaku.”

Dada Puang Mosso berdebar. "Jangan-jangan, dialah anak Raja Balinapa yang diselamatkannya dahulu dan sekarang bernama I Manyambungi," pikirnya antara khawatir dan gembira. Puang Mosso terus mengamati I Manyambungi dan memohon, “Maafkan hamba Tuan, coba julurkanlah lidah Tuan.” Ketika lidahnya dijulurkan dan terlihat lidah itu berwarna hitam dan berbulu, Puang Mosso langsung berteriak keras sembari memeluk I Manyambungi dan berkata, “Benar, engkaulah putra Raja Balinapa.”

Tidak lama kemudian, pada waktu tengah malam berangkatlah mereka meninggalkan negeri Gowa dengan diam-diam karena jika pamit kepada Raja Gowa pasti takkan direstui kepergian I Manyambungi ke kampung halamannya.

Setelah sampai, kapal layar mereka merapat di Tangnga-Tangnga. Mereka lalu menurunkan semua peralatan perang dan membawanya ke bukit Napo. Itulah sebabnya I Manyambungi juga dinamakan To Dilaling yang berarti orang yang hijrah karena ia pindah dari Gowa ke Napo yaitu salah satu daerah Mandar. Dilaling (orang yang hijrah) karena beliau pindah dari Gowa ke Napo (salah satu daerah Mandar).

Sementara itu Raja Lego memerintah kerajaan Napo dengan kejam sekali. Ia berbuat sekehendak hatinya. Kalau menginginkan harta tidak peduli milik siapa harus diperolehnya, baik dengan cara halus maupun dengan cara kekerasan. Begitu pula jika ia ingin kawin, tak peduli wanita yang diinginkan menolak atau menerima, masih gadis atau sudah bersuami pasti dipaksanya menjadi istrinya. Akibatnya kebanyakan rakyat menaruh dendam dan sangat membencinya. Maka ketika I Manyambungi mengajak rakyat berjuang melawan Raja Lego, ajakannya itu disambut dengan suka cita. Pada hari yang ditentukan mereka menyerbu istana. Khusus Raja Lego dihadapi oleh I Manyambungi sendiri. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat, Raja Lego akhirnya dapat dikalahkan oleh I Manyambungi. Raja kejam itu tewas diujung badik I Manyambungi. Akhirnya, I Menyambungi yang menjadi penerus tahta kerajaan Balinapa yang kacau-balau pada waktu itu. Pada masa pemerintahan I Manyambungi negeri tersebut menjadi aman, makmur dan sentosa.

Janganlah seseorang itu terlalu mementingkan diri sendiri sehingga dapat merugikan orang lain, seperti yang ditunjukkan oleh Raja Balinapa. Karena takut diganti, ia rela membunuh anak laki-lakinya.

Kedua, manusia tidak sepatutnya menyombongkan kekuatan dan kesaktiannya seperti Raja Lego untuk menindas yang lemah. Karena sesungguhnya tidak ada manusia yang mau ditindas oleh orang lain.

SOAL | Menemukan Hal yang Menarik dari Dongeng

Simaklah kutipan dongeng berikut!
Si Kancil berjalan berjingkat-jingkat di kebun Pak Tani. Kancil hendak mencuri mentimun. Di tengah kebun ada boneka orang-orangan, si Kancil tidak takut malah menendang boneka itu. Ternyata boneka orang-orangan itu telah diberi getah nangka sehingga kaki si Kancil menempel pada boneka itu dam sulit dilepaskan. Kemudian Pak Tani datang menangkap Kancil.
Hal menarik yang terdapat dalam kutipan dongeng di atas adalah......
a. Si Kancil yang nakal dan terperangkap
b. Si Kancil yang suka mencuri dan terperangkap
c. Si Kancil yang sombong dan terperangkap
d. Si Kancil yang malas dan terperangkap

Dongeng Ikan Lebai Suka Kenduri
Menurut sahibul hikayat diriwayatkan pula, konon abuk-debu yang beterbangan selama ini menuju laut menjadi sejenis ikan. Banyak sekali ikan itu hidup memenuhi karang, para nelayan menyebutnya “Ikan Lebai” karena mengambil nama Wak Lebai yang membangun kampung berabuk-debu asal ikan itu.
Bibir ikan itu tebal berkelebai, suka memungut-mungut lumut, menyapu-nyapu debu-pasir, sehingga mengeluarkan berbagai jenis cacing. Remis, keranglokan kecil-kecil makan ikan segala ikan.
“Ayo, kita berpesta-pora,” ajak ikan Lebai. Konon zaman itu ikan-ikan serta hewan lainnya berkata-kata juga seperti manusia.
“Horee…, “ikan-ikan pun berkumpul. Pendek kata, di mana ada ikan Lebai makan, di situ pula kawan ikan besar-kecil berkumpul. Mereka menyantap makanan yang dihidangkan ikan Lebai. “Pesta-ria…pesta-ria…,” ikan-ikan itu bersuka hati.
Menurut yang empunya cerita pula, para nelayan pemancing ikan memanfaatkan kebijakan ikan Lebai itu. Mereka melabuhkan tali pancing dan mengail, serta memilih karang yang diketahuinya ada ikan Lebai di situ. Pasti ikan-ikan lain berkerumun mencari makanan.
Sumber: Cerita Rakyat dari Bintam, BM.Syamsudin.

Hal menarik yang terdapat dalam kutipan dongeng di atas adalah......
a. Konon abuk-debu yang beterbangan selama ini menuju laut menjadi sejenis ikan
b. Para nelayan menyebutnya “Ikan Lebai” karena mengambil nama Wak Lebai
c. Di mana ada ikan Lebai makan, di situ pula kawan ikan besar-kecil berkumpul
d. Para nelayan pemancing ikan memanfaatkan kebijakan ikan Lebai itu

JAWABAN: B, A

SOAL | Menghubungkan Isi Dongeng dengan Realitas Masa Kini

Perhatikan kutipan dongeng berikut!
Alkisah, di sebuah lereng pegunungan ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh penduduk di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu. Mereka memanfaatkan hutan yang ada di sekitar permukiman mereka. Pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya mereka hanya mau menebang pohon yang sudah tua, tetapi akhirnya mereka menjadi lupa diri. Para penebang kayu ini sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka tetap saja menebangnya.
Suatu ketika Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik ini ingin mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kedua gadis cilik ini. Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah berbeda sama sekali. Bukit itu menjadi tandus. Pohon besar nan rimbun sudah sulit sekali mereka temui. Bunga-bunga yang indah telah berubah menjadi alang-alang yang tak terurus. Kupu-kupu telah pergi entah ke mana.
Dongeng “Petuah Pohon Tua” karya Habib
Kaitan kutipan dongeng di atas dengan realitas masa kini adalah . . . .
a. Alam desa yang permai di lereng pegunungan
b. Mata pencaharian penduduk sebagai pencari kayu
c. Hutan yang gundul akibat penebangan
d. Kupu-kupu telah pergi

Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti menduduki tahta kerajaan. Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan ayah mereka.
Kegeraman Purbararang yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang penyihir untuk memantrai Purbasari sehingga saat itu juga tiba – tiba kulit Purbasari menjadi bertotol - totol hitam.
Kaitan kutipan dongeng di atas dengan realitas masa kini adalah . . . .
a. Seorang kakak selalu membenci adiknya
b. Seorang kakak selalu ingin mencelakakan adiknya
c. Seorang penyihir yang suka memantrai
d. Setiap keputusan tak selalu memuaskan semua pihak

Bacalah dongeng berikut !
Sungguh di luar dugaan. Begitu terbebas dari batu yang menghimpitnya, ular itu langsung mematuk kaki saudagar. Si saudagar kaget bukan kepalang hingga jatuh terjengkang. Tentu saja saudagar menjadi berang.
“Dasar ular tak tahu terima kasih. Kenapa kau mematukku?”
“Buat apa aku harus berterima kasih?” jawab ular.
“Hai! Kalau tadi tak kutolong, kau pasti mati di bawah batu itu!”
“Benar. Tapi aku tidak akan tertindih batu kalau kau tidak menindihkannya.”
Saudagar itu kaget. Ia baru ingat, rupanya itu ular yang siang tadi ditindihnya dengan batu. Saudagar itu tidak mau mendengar segala macam alasan. Ia tak mau mengingat kesalahannya sendiri. Yang dipikirkannya hanyalah bahwa ia telah menolong ular itu.

Kaitan kutipan dongeng di atas dengan realitas masa kini adalah . . . .
a. Masih banyak orang yang suka menolong
b. Kita sering tidak mengakui kesalahan
c. Kita sering tak lapang dada terhadap kesalahan
d. Orang lain memang suka usil

Pelajaran yang kita peroleh dari cerita tersebut adalah ….
a. Kita tidak boleh tolong-menolong dalam kehidupan
b. Kita harus mengakui kesalahan yang kita lakukan
c. Kita tidak harus menolong orang lain
d. Kita harus membalas budi baik orang lain

Jawaban: c, d, b, b

Legenda "Manusia Ular" (Kalimantan Tengah)

Dahulu ada seseorang yang bernama Sangi. Dia adalah seorang pemburu yang tangguh. Sangi pandai menyumpit buruan,Sumpitnya selalu mengenai sasaran.Setiap kali berburu ia selalu berhasil membawa pulang daging babi hutan dan daging rusa.

Sangi bertempat tinggaldi daerah aliran sungai Mahoroi,anak sungai Kahayan.Pada suatu hari sangi berburu dari pagi hingga petang namun tak mendapatkan seekor pun binatang.Keadaan ini membuat ia kesal.Karena hari mulai sore,ia pun pulanglah dengan tangan kosong.Didalam perjalanan pulang ia melihat bahwa air tepi sungai sangatlah keruh.Ini bertanda bahwa babi hutan baru saja minum air di sana.Dugaannya di perkuat oleh jejak kaki babi hutan.

Dengan penuh harapan Sangi terus mengikuti jejak bimatang itu.Benar saja,tak jauh di sana ia menemukan babi hutan tersebut,tetapi dalam keadaan yang sangat mengerikan.sebagian dari tubuh babi hutan itu berada di dalam seekor mulut ular raksasa.Pemandangan mengerikan ini sangat membuat takut Sangi.Ia tak dapat lari sehingga tak ada cara lain kecuali bersembunyi di dalam semak-semak.

Beberapa waktu telah belalu.Ular raksasa itu tak dapat menelan mangsanya.Di coba berkali-kali pun gagal.Akhirnya sang ular menghentikan usahanya.Dengan murkanya dipalingkanlah kepalanya ke arah tempat sangi bersembunyi.Secara gaib,ia berganti rupa menjadi seorang yang gagah.Ia menghampiri Sangi dan memegang lengannya.

Pemuda itu menggertak dan memerintahkan kepada Sangi,”Telan babi hutan itu bulat-bulat karena engkau telah mengintip ular raksasa yang sedang menelan mangsanya.”
“Saya…tapi saya…tidak…bisa”
“Ayo cepat lakukan…”

Denganpenuh rasa ketakutan Sangi melaksanakan perintah itu.Ajaib sekali, ternyata Sangi mampu melaksanakan perintah pemuda itu dengan mudah sekali, seolah-olah ia sendiri seekor ular.
Pemuda asal ular itu berkata bahwa karena Sangi telah berani mengintainya,sejak saat itu pula Sangi berubah menjadi ular jadi-jadian.

“Untuk sementara waktu engkau tak usah risau, selama engkau dapat merahasiakan kejadian ini,engkau tetap dapat mempertahankan bentuk manusiamu.”kata pemuda ular itu.

Pemuda ular itu lalu menghibur Sangi dengan mengatakan bahwa nasib yang menimpa Sangi sebenarnya tak terlalu jelek.Sebab,sejk kejadian itu ia bukan lagi merupakan mahluk yang dapat mati sehingga ia dapat mempertahankan kemudaannya untuk selama-lamanya.Demikianlah Sangi harus menjaga rahasianya ini agar tidak ketahuan orang,termasuk anggota keluarganya sendiri dan anak cucunya.Dengan ini ia berhasil mencapai umur 150 tahun.Akan tetapi keadaan yang luar biasa ini menimbulkan rasa aneh pada keturunannya.Mereka igin mengetahui rahasia kakeknya yang dapat berusia panjang dan dapat mempertahankan kemudaannya.

Oleh karena itu merekapun menghujani Sangi dengan berbagai pertanyaan.Akhirnya karena terus-menerus di desak,Sangi pun terpaksa membuka rahasianya,melanggar larangan berat itu.sebagai akibatnya,sedikit demi sedikit tubuhnya berganti rupa menjadi seekor ular raksasa.Pergantian ini di mulai dari Kakinya.Sadar akan keadaan ini,Sangi menyalahkan keturunannya sebagai nasib buruk yang menimpanya saat ini.

Dalam keadaan geram ia pun mengutuki keturunannya,yang dalam waktu singkat akan mati seluruhnya dalam suatu pertikaian di antara sesamanya.Sebelum sangi menceburkan dirinya ke sungai Kahayan bagian hulu untuk menjadi penjaganya,ia masih sempat mengambil harta pusakanya yang di simpan dalam satu guci Cina besar. Harta pusaka yang berupa kepingan-kepingan emas itu lalu di sebarkannya ke dalam air sungai.Sambil melakukan ini ia pun mengucapkan kutukan yang tersembunyi:

“Siapa saja yang mendulang emascdi daerah aliran sungai ini,akan mati tak lama setelah itu,sehingga hasil emas dulangannya akan di pergunakan untuk mengupacarakan kematiannya”
.
Penduduk setempat percaya kisah ini pernah terjadi.Kepercayaan mereka di perkuat karena di daerah mereka ada anak sungai Kahayan yang bernama sungai Sangi.Menurutbeberapa orang yang sering berlayar dengan biduk atau perahu bermotor,mereka pernah melihatseekor ular raksasa.Kepalanya saja yang berukuran sebesar drum minyak tanah.Ular raksasa itu mereka lihat berangin-angin dai atas bungkah-bungkah batu sungai pada bulan purnama di musim kering.
Selain itu sampai saat ini orang –orang di sana tidak berni mendulang emas di sana yang katanya sebesar biji labu kuning dan terdapat banyak di sana.

Legenda "Danau Toba" (Sumatera Utara)

Pada zaman dahulu kala hidup seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan sawah dan ladang untuk keperluan hidupnya.

Selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ikan ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali dia memancing, ia selalu saja pulang membawa ikan, karena di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. Ikan hasil pancingannya dia masak untuk dimakan.

Pada suatu sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup lama dia memancing, tak seekor ikan pun didapatnya. Kejadian yang begitu belum pernah dia alami. Sebab biasanya ikan di sungai itu mudah saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama tak ada juga kan yang memakan umpan pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk berhenti saja memancing.

Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ke tengah sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar. Setelah beberapa lama ia biarkan pancingnya ditarik ikan itu kesana kemari, barulah pancing itu ditariknya perlahan-lahan. Ketika pancing itu disentakkannya tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti.
Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang. Ketikan dia meninggalkan sungai untuk pulang ke rumahnya hari sudah mulai senja. Setibanya di rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapurnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.

Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tempat terhampar bebeapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, dia meninggalkan dapur dan masuk ke kamar.

Ketika lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena di dalam kamar itu berdiri seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai. Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang tergantung pada dinding kamar. Sesaat kemudian, perempuan itu tiba-tiba membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang berdiri di hadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat perempuan secantik itu meskipun dahulu dia sudah jaun mengembara ke berbagai negeri.
Karena hari sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu menyalakan lampu, dia diajak perempuan itu menemaninya ke dapur karena dia hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan sisiknya.
Setelah beberapa minggu perempuan cantik itu tinggal serumah bersamanya, pada suatu hari lelaki itu melamar perempuan tersebut untuk jadi istrinya. Perempuan tersebut menyatakan bersedia menerima lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya yang menjelma jadi ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.

Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.

Seelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksalah ibunya yang mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang utnuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesal pergilah dia mengantarkan nsi itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya dia makan. Setibanya di ladang, sisa nasi yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah sangat lapar karena nasinya sudah sangat terlambat sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari nasi itu. Kesabaran si ayah menjadi hilang dan dia pukuli anaknya sambil mengatakan “Anak yang tak bisa diajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”

Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia adukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya diceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika tampak oleh si ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak bukit, dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dirumah mereka itu. Ketika di tiba ditepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itupun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat. Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap ke mana-mana dan tenggelamlah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tidak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelaman, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang kemudian hari dinamakan orang danau Toba. Sedang pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir.

Legenda "Gunung Tangkuban Perahu" (Jawa Barat)

Awalnya diceritakan di kahyangan ada sepasang dewa dan dewi yang berbuat kesalahan, maka oleh Sang Hyang Tunggal mereka dikutuk turun ke bumi dalam wujud hewan. Sang dewi berubah menjadi babi hutan (celeng) bernama celeng Wayung Hyang, sedangkan sang dewa berubah menjadi anjing bernama si Tumang. Mereka harus turun ke bumi menjalankan hukuman dan bertapa mohon pengampunan agar dapat kembali ke wujudnya menjadi dewa-dewi kembali.

Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan), dalam versi lain disebutkan air kemih sang raja tertampung dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina bernama Celeng Wayung Hyang yang tengah bertapa sedang kehausan, ia kemudian tanpa sengaja meminum air seni sang raja tadi. Wayung Hyang secara ajaib hamil dan melahirkan seorang bayi yang cantik, karena pada dasarnya ia adalah seorang dewi. Bayi cantik itu ditemukan di tengah hutan oleh sang raja yang tidak menyadari bahwa ia adalah putrinya. Bayi perempuan itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang amat cantik jelita. Banyak para raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.

Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik menenun kain, torompong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah bale-bale. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya, jika perempuan akan dijadikan saudarinya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Akibat perkataannya itu Dayang Sumbi harus memegang teguh persumpahan dan janjinya, maka ia pun harus menikahi si Tumang. Karena malu, kerajaan mengasingkan Dayang Sumbi ke hutan untuk hidup hanya ditemani si Tumang. Pada malam bulan purnama, si Tumang dapat kembali ke wujud aslinya sebagai dewa yang tampan, Dayang Sumbi mengira ia bermimpi bercumbu dengan dewa yang tampan yang sesungguhnya adalah wujud asli si Tumang. Maka Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang kuat dan tampan.

Suatu ketika Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan, maka ia memerintahkan Sangkuriang ditemani si Tumang untuk berburu ke hutan. Setelah sekian lama Sangkuriang berburu, tetapi tidak nampak hewan buruan seekorpun. Hingga akhirnya Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh si Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wayung Hyang. Karena si Tumang mengenali Celeng Wayung Hyang adalah nenek dari Sangkuriang sendiri maka si Tumang tidak menurut.

Karena kesal Sangkuriang menakut-nakuti si Tumang dengan panah, akan tetapi secara tak sengaja anak panah terlepas dan si Tumang terbunuh tertusuk anak panah. Sangkuriang bingung, lalu karena tak dapat hewan buruan maka Sangkuriang pun menyembelih tubuh si Tumang dan mengambil hatinya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, suaminya sendiri, maka kemarahannya pun memuncak serta-merta kepala Sangkuriang dipukul dengan sendok yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga terluka.
Sangkuriang ketakutan dan lari meninggalkan rumah. Dayang Sumbi yang menyesali perbuatannya telah mengusir anaknya, mencari dan memanggil-manggil Sangkuriang ke hutan memohonnya untuk segera pulang, akan tetapi Sangkuriang telah pergi. Dayang Sumbi sangat sedih dan memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar kelak dipertemukan kembali dengan anaknya. Untuk itu Dayang Sumbi menjalankan tapa dan laku hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan sayuran mentah (lalapan). Sangkuriang sendiri pergi mengembara mengelilingi dunia. Sangkuriang pergi berguru kepada banyak pertapa sakti, sehingga Sangkuriang kini bukan bocah lagi, tetapi telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, sakti, dan gagah perkasa. Setelah sekian lama berjalan ke arah timur akhirnya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenali bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi - ibunya.
Karena Dayang Sumbi melakukan tapa dan laku hanya memakan tanaman mentah, maka Dayang Sumbi menjadi tetap cantik dan awet muda. Dayang Sumbi pun mulanya tidak menyadari bahwa sang ksatria tampan itu adalah putranya sendiri. Lalu kedua insan itu berkasih mesra. Saat Sangkuriang tengah bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya, dengan tanda luka di kepalanya, bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak. Maka ia pun bersiasat untuk menentukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung Bukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan menjadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang (makhluk halus), bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar niat Sangkuriang tidak terlaksana. Dayang Sumbi menebarkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), maka kain putih itu bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para guriang makhluk halus anak buah Sangkuriang ketakutan karena mengira hari mulai pagi, maka merekapun lari menghilang bersembunyi di dalam tanah. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi gusar dan mengamuk. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang lari menghindari kejaran anaknya yang telah kehilangan akal sehatnya itu. Dayang Sumbi hampir tertangkap oleh Sangkuriang di Gunung Putri dan ia pun memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar menyelamatkannya, maka Dayang Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung berung akhirnya menghilang ke alam gaib (ngahiyang).

Legenda "Malin Kundang" (Sumatera Barat)

Pada suatu waktu, di desa terpencil ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Ditengah kekacauan itu, diwaktu yang sama dan tempat yang lain ibu Malin Kundang sedang berdoa. Karena kemarahannya yang memuncak, ia pun berteriak "Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, KUKUTUK DIA JADI BATU!"

Tepat setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Kosakata Baru Bahasa Indonesia

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Kosakata Baru Bahasa Indonesia--
Bahasa selalu berkembang. Selaras dengan peradaban manusia, kata-kata baru akan terus bermunculan. Dulu kita belum mengenal internet. Sekarang, kita telah mengenal dunia maya. Efeknya, kata-kata baru tentu bermunculan. Karena berevolusi (termasuk karena radiasi nuklir), tumbuhan dan hewan baru seakan bermunculan sehingga kata-kata baru diciptakan untuk menamainya.
Namun, ada pula yang punah sehingga suatu kata kemudian ikut lenyap ditelan zaman.

Berikut ini saya daftarkan kata-kata yang saya dengar dan catat saat mengikuti tes UKBI oleh Balai Bahasa, dari narasumber dan teman-teman sejawat. Seratus persen akurat dan benar.... Silakan cek di Kamus Besar B.Indonesia Daring
Kata-kata baru tersebut di antaranya muncul untuk menggantikan istilah-istilah asing.

  1. daring = Dalam Jaringan/Online
  2. inersia = Kelembaman, sifat menentang atau menghambat perubahan momentum atau keadaan gerak benda bersangkutan
  3. laman = halaman depan/muka buku atau situs; untuk menggantikan kata home page
  4. luring = Luar Jaringan/Offline
  5. pelantang = microphone
  6. partikelir = bukan untuk umum; bukan kepunyaan pemerintah; bukan (milik) dinas; swasta
  7. rasuah (Bhs Arab: Rasy-wah /rasy-wah) = pemberian untuk menyogok (menyuap); uang sogok (suap)
  8. renjana = rasa hati yg kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dsb)
  9. surel = surat elektronik (e-mail)
  10. teroka (meneroka) = membuka daerah atau tanah baru (untuk sawah, ladang, dsb); merintis; menjelajahi
  11. tubin = hari keempat dari sekarang (hari sesudah tulat)
  12. tulat = hari ketiga dari sekarang (hari sesudah lusa)


Ada yang mau menambahkan?

Kontroversi Buku Pegangan Kurikulum 2013: Cerpen Gerhana Karya Muhammad Ali

Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Kontroversi Buku Pegangan Kurikulum 2013: Cerpen Gerhana Karya Muhammad Ali--
Buku paket "Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VII" Kurikulum 2013, diusulkan ditarik kembali. Cerpen berjudul "Gerhana" karya Muhammad Ali dinilai tidak layak dijadikan bahan bacaan bagi siswa karena memuat kata-kata kasar. Bagi kalian yang sekolahnya telah melaksanakan Kurikulum 2013 tentu telah membaca cerpen ini. Nah, bagi kalian yang belum memegang bukunya, bisa membunuh rasa penasaran kalian melalui arsip ini.
Sebenarnya, cerpen ini hanya diletakkan sebagai lampiran di bagian akhir buku. Lalu, seperti apa cerpennya?

Judul: GERHANA
Karya: Muhammad Ali
Pertama kali diterbitkan dalam buku Kumpulan Cerpen Gerhana karya Muhammad Ali. Jakarta, 1996, Penerbit Pustaka Utama Grafiti.

Buah pepaya memang manis rasanya. Yang ranum pun sedap kalau dibikin rujak. Ada lagi keisimewaan pohon pepaya, ia tumbuh dan berbuah di segala musim, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Jadi, tak ada alasan bagi siapa pun di muka bumi ini untuk memusuhi pohon dan buah pepaya.
Itulah maka Sali tidak mengerti dan hampir tak dapat menahan hati ketika diketahuinya pada suatu pagi pohon pepaya satu-satunya yang tumbuh di pekarangan rumahnya dalam keadaan roboh membelintang di tanah. Beberapa buah pepaya yang sudah ranum dilihatnya tertimpa batangnya yang gemuk itu hingga lumat berlepotan serupa tempurung kepala bayi-bayi yang remuk ditimpa penggada raksasa.
Serasa Sali diapungkan ke langit, linglung tak tahu apa yang mesti dibuatnya. Perutnya berbunyi-bunyi, kedua belah matanya terus berkedip-kedip. Jari-jarinya menggeletar ketika membarut-barut batang pepaya yang tumbang itu. Getahnya yang meleleh menetes-netes, di matanya persis darah segar kental, mengingatkannya pada cerita-cerita penyembelihan yang mengerikan.
Seorang tetangga dari sebelah rumahnya datang diam-diam dan berdiri di sampingnya, ikut menyaksikan musibah ini.
“Tengok,” kata Sali, “Tengoklah ini ada bekas bacokan.” Lalu dirabanya bagian itu. “Jadi telah dibacok dengan parang....”
“Siapa yang melakukannya?” tanya tetangga.
“Mana kutahu? Kalau saja aku tahu siapa dia yang bertangan usil itu,” kata Sali sambil meremas-remas tangannya, “Sekarang akan kau saksikan pameran dari kepingan tangan jahil itu. Akan kulunyah-lunyah sampai lembut berantakan tangan biadab itu.”
“Aneh, apa maksudnya berbuat seperti itu? Apa latar belakangnya?” kata tetangga pula.
“Kutanam dulu bijinya di sini,” kata Sali seraya mengais tanah di bawahnya dengan ujung jari kakinya, “Kupupuk dan kusirami dua kali sehari, pagi dan sore. Ketika kuncupnya mulai nyemi, hampir aku berjingkrak-jingkrak menari lantaran besar hatiku.” Kembali diusapnya batang pepaya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca dan suaranya jadi keruh, “Aku seperti bapaknya yang mengasuhnya sejak ia masih bayi hingga sebesar ini,” ia tersekat sesaat, lalu tambahnya,
”Sekarang, beginilah keadaannya, ditebang, dibacok, digorok, dan dirobohkan dengan tak semena-mena....”
Tercenung si tetangga mendengar kisah mengharukan itu. Berkali-kali ia mau campur bicara, tapi setiap kali diurungkannya, akhirnya berkatalah ia, “Sedih juga jadinya mendengar ceritamu. Tapi seperti kau melebih-lebihkannya. Aku jadi teringat pada yang sudah mendahului kita....”
“Siapa melarang apabila ia kutimang bagai anak kandung?” tanya Sali tiba-tiba.
“Bagiku dia tak berbeda dengan seorang anak yang sungguh-sungguh. Tiadakah ia punya nyawa juga seperti kita?”
Kepala tetangga terangguk-angguk. Tiadalah ia berusaha buat membuka mulut.
“Menebangnya serupa ini”, kata Sali, “sama dengan membunuh satu nyawa. Tidakkah demikian?”
Kembali tetangga terangguk-angguk.
Selengkapnya, baca cerpennya di SINI.

Dalam acara Sosialisasi dan Tes UKBI bagi guru B.Indonesia MGMP SMP dan SMA se-Kalsel di Hotel Roditha, Banjarmasin (Jumat, 18 Oktober 2013), Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. Dr. Mahsun, M.S. berpendapat, justru di disitulah peran penting seorang guru memberikan pendidikan kepada siswa tentang hal baik dan hal buruk. Pembelajaran berbasis karakter tak hanya memberikan contoh yang baik saja namun juga memberikan penilaian terhadap hal yang buruk. Lagi pula, di kehidupan sehari-hari, siswa justru jauh lebih banyak membaca, mendengar, maupun melihat hal-hal yang lebih buruk daripada yang terdapat dalam cerpen itu.
Para guru, diminta menjadi garda terdepan pendidikan karakter terkait cerpen tersebut.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...