Artikel Terbaru: |
loading...
SOAL | Menganalisis Isi Laporan-- Isi laporan yang menggambarkan perjalanan seseorang adalah…
a. Festival kali ini disebut-sebut sebagai yang paling besar dan meriah dibandingkan dengan penyelenggaraan sebelumnya. Acara pembukaannya bahkan sempat menyentak warga kota budaya itu dengan parade kirab yang diikuti sekitar 4.500 prajurit dari 29 keraton. (Dikutip dari: Pesta Budaya Para Raja”, Intisari, November 2004).
b. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya telah mengenal tornado melalui cerita-cerita ayah. Sebagai pengarang, ia pandai menanamkan kesan yang mendalam kepada setiap pendengarnya. Lebih-lebih ceritanya selalu dihias dengan gambar-gambar dari majalah berbahasa Belanda, Panorama. (Dikutip dari: “Ulah Tornado Si Belalai Gajah”, Intisari, April 2005).
c. Lagi-lagi suasana tenang dan damai mewarnai atmosfer pantai. Kalaupun ada “gangguan”, cuma dari beberapa pedagang asongan. Seperti penjual kalung dan gelang kayu berukir atau pedagang kelapa muda. Yang terakhir ini sayang kalau kami tolak. Soalnya, inilah satu-satunya minuman pemuas dahaga sekaligus lapar, mengingat tak ada satupun warung di sana. Di atas sebuah pondok terbuka di pinggir pantai, si penjual mengupas kelapa muda langsung di depan kami lalu membuatkan sendok dari kulitnya. (dikutip dari: “Wow…Lombok memesona juga!”, Intisari, Mei 2006).
d. Itulah gambaran yang terjadi manakala sekitar 60 wanita bernama Endang berkumpul untuk pertama kalinya. Pertemuan pertama yang terjadi berkat inisiatif sang tuan rumah, Endang Syahbenol, itu akhirnya berlanjut sampai akhirnya terbentuk Jogja Endang Club (JEC). Perkumpulan itu kini memiliki anggota tak kurang dari 200 orang bernama Endang. (Dikutip dari:” Kalau Ratusan Endang Berkumpul”, Intisari, Maret 2006).
a. Festival kali ini disebut-sebut sebagai yang paling besar dan meriah dibandingkan dengan penyelenggaraan sebelumnya. Acara pembukaannya bahkan sempat menyentak warga kota budaya itu dengan parade kirab yang diikuti sekitar 4.500 prajurit dari 29 keraton. (Dikutip dari: Pesta Budaya Para Raja”, Intisari, November 2004).
b. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya telah mengenal tornado melalui cerita-cerita ayah. Sebagai pengarang, ia pandai menanamkan kesan yang mendalam kepada setiap pendengarnya. Lebih-lebih ceritanya selalu dihias dengan gambar-gambar dari majalah berbahasa Belanda, Panorama. (Dikutip dari: “Ulah Tornado Si Belalai Gajah”, Intisari, April 2005).
c. Lagi-lagi suasana tenang dan damai mewarnai atmosfer pantai. Kalaupun ada “gangguan”, cuma dari beberapa pedagang asongan. Seperti penjual kalung dan gelang kayu berukir atau pedagang kelapa muda. Yang terakhir ini sayang kalau kami tolak. Soalnya, inilah satu-satunya minuman pemuas dahaga sekaligus lapar, mengingat tak ada satupun warung di sana. Di atas sebuah pondok terbuka di pinggir pantai, si penjual mengupas kelapa muda langsung di depan kami lalu membuatkan sendok dari kulitnya. (dikutip dari: “Wow…Lombok memesona juga!”, Intisari, Mei 2006).
d. Itulah gambaran yang terjadi manakala sekitar 60 wanita bernama Endang berkumpul untuk pertama kalinya. Pertemuan pertama yang terjadi berkat inisiatif sang tuan rumah, Endang Syahbenol, itu akhirnya berlanjut sampai akhirnya terbentuk Jogja Endang Club (JEC). Perkumpulan itu kini memiliki anggota tak kurang dari 200 orang bernama Endang. (Dikutip dari:” Kalau Ratusan Endang Berkumpul”, Intisari, Maret 2006).