loading...

Kisah Inspiratif Yabes Roni Malaifani, Anggota Skuat Timnas U-19 AFC Cup

Artikel Terbaru:
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Kisah Inspiratif Yabes Roni Malaifani, Anggota Skuat Timnas U-19 AFC Cup--
Yabes Roni Malaifani mencuri perhatian pecinta sepakbola nasional. Pemuda asal Alor, Nusa Tenggara Timur berusia 18 tahun itu membuat publik bersorak setelah golnya pada perke gawang Filipina menjadi penentu kemenangan Garuda Muda di ajang Piala AFC U-19.
"Beta (saya) sudah feeling kiper lawan goyang lihat beta mau mengoper tapi beta langsung tendang ke sudut tiang gawang," kata Yabes saat ditemui TRIBUNnews.com di Jakarta, Minggu (13/10).
Anak kedua dari tiga bersaudara itu ramah menyapa TRIBUNnews.com. Ia mengaku gembira setelah Indonesia melangkah ke putaran final Piala AFC dengan mengalahkan Korea Selatan 3-2 dalam pertandingan semalam. Pada pertandingan itu Yabes dimainkan di menit-menit akhir.
Yabes kemudian bercerita bagaimana ia gembira dapat dimainkan pada pertandingan melawan Filipina, Kamis lalu. Pelajar SMU itu mengatakan telah terpilih sebagai punggawa Garuda Muda sejak Piala AFF di Sidoarjo.
Namun, pelatih Indra Sjafri belum memberikan kepercayaan kepadanya. Maklum, pesaing Yabes di sayap kanan Timnas Indonesia ialah Maldini Pali. Pemain didikan akademi Uruguay dengan jam terbang internasional yang tinggi.
"Maldini terbang dari Uruguay, beta terbang dari Alor," kata Yabes sambil tersenyum.
Selain itu, mental bertanding Maldini telah teruji. Tetapi, Yabes tak patah semangat. Dalam setiap kesempatan berlatih, pelatih Indra selalu memberikan motivasi kepada anak didiknya.
"Yang belum main akan diturunkan, ini belum kesempatan saja, teruslah berlatih dengan baik," kata Yabes menirukan ucapan Indra.
Yabes kemudian terpilih lagi dalam skuad Piala AFC U-19. Namanya masuk dalam 23 pemain yang dirilis Indra Sjafri.
Hal itu sudah membuat gempar masyarakat Alor. Saat pertandingan melawan Laos di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa (8/10) malam, mereka, kata Yabes, menunggu kapan dirinya masuk kelapangan.

"Itu rahasia pelatih, saya main atau tidak, ternyata beta tidak dimainkan. Beta bersemangat menyanyikan Indonesia Raya, beta pegang terus lambang Garuda," kata Yabes lagi.
Indonesia akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 4-0. Meski belum dipilih pelatih, Yabes tidak patah semangat. Ia berlatih keras kembali. Dengan hasil latihan, penggemar Ronaldinho itu yakin dapat bermain dalam laga melawan Filipina pada Kamis (10/10)
Ternyata benar, Yabes diturunkan pada menit ke-82 menggantikan Dinan Yahdian. Berselang 3 menit, tepatnya menit ke-84, dia mencetak gol cantik ke gawanga Filipin pada laga kedua penyisihan Grup G Kualifikasi Piala Asia U-19 di Stadion Gelora Bung Karno, Kamis (10/10).
Yabes mencetak gol setelah menerima umpan dari Paulo Sitanggang, Yabes yang melaju dari sayap kanan berhasil menguasai bola dan melesakkan ke tiang dekat tanpa bisa dihalau kiper Filipina.
"Coach ngomong dia lagi goyang, akhirnya beta dipanggil. Yabes main selesai lah," ujar Yabes tertawa.
Gol Yabes tersebut menggemparkan masyarakat NTT dan Pulau Alor tempat Yabes tinggal. Mereka bersorak kegirangan.
Yabes bercerita masyarakat di sana jarang yang memiliki televisi sehingga sering diadakan nonton bareng di jalan-jalan utama. Ibu Yabes, Sepriana Malaifani juga ikut nonton bersama karena kelaurganya belum memiliki televisi.
"Mama menangis melihat gol Yabes. Ada orang memeluk televisi. Ada pula yang melempar layar lebar karena kegirangan layarnya robek," kata Yabes.
"Mama bilang kamu bikin Alor terangkat. Ia bilang beta harus rajin berlatih biar beta lebih baik dan sering main lagi. Nanti kita tancap televisi lagi sampai pagi," tambah Yabes tertawa.
Yabes kemudian bercerita ingin membelikan televisi untuk ibunya. "Biar mama bisa lihat Yabes bermain," ujar Yabes yang tinggal di rumah sederhana di Kecamatan Alor Barat Daya.
Kekasih Yabes juga ikut bergembira. Namun, ketika ditanya sosok kekasihnya itu, pria kelahiran Moru, Alor, 6 Februari 1995 itu masih malu-malu.
"Jangan disebut nama ya, beda sekolah sama beta. Dia nangis lalu telepon karena kangen, dia bilang barukali ini lihat Yabes di televisi. Dia sujud syukur berdoa," imbuh Yabes tersipu malu.
Yabes merupakan anak yatim. Ayahnya, Hanus Malaifani telah meninggal saat Yabes duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar Negeri 2 Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, NTT.
Mengenai sepakbola, Yabes mengakui ayahnya yang membuatnya cinta dengan si kulit bundar. "Ayah seorang guru olahraga, beta senang sepakbola dari dia. Bapak pemain belakang, kalau beta penyerang atau sayap kanan," imbuh Yabes mengenang.
Tahun depan, Yabes lulus SMU, ia berkeinginan mengambil jurusan olahraga. "Seperti ayah yang guru olahraga, saya ingin menjadi pemain dan pelatih sepakbola," harap Yabes.
Saat kelas 3 SD, Yabes masuk dalam tim di sekolahnya. Ia ikut kompetisi Olimpiade Olahraga Siswa tingkat SD. Dari situ ia mendapatkan beasiswa pendidikan.
Yabes mengerti mengandalkan uang sekolah kepada ibunya cukup memberatkan. Ibu Yabes, Sepriana hanyalah seorang petani yang menanam umbi-umbian dan pepaya.
Yabes mengaku ibunya sangat mendukung pilihannya bermain sepakbola. "Waktu SD, beta dibelikan sepatu harganya Rp 65 ribu untuk bermain bola," kata Yabes.
Ia mengasah kemampuan bermainnya dengan menonton pertandingan sepakbola di televisi.
Karena tidak memiliki televisi, kerap kali Yabes menonton siaran sepakbola di rumah tetangganya. Dari itu pula, Yabes mengidolakan klub AC Milan dan pemain Ronaldinho.
"Permainanya bagus, aku senang cara Ronaldinho selebrasi merayakan gol. Kalau tim, beta suka Brasil," tuturnya.
Ketika masuk SMP, ia kembali masuk dalam tim sepakbola dan ikut Olimpiade Olahraga Siswa tingkat SMP. Yabes juga mengikuti Liga Pendidikan Indonesia saat bersekolah di SMU 1 Kalabahi.
Permainan ciamik yang ditampilkan saat liga pendidikan membuat klub lokal Persepalor tertarik merekrutnya untuk bermain di divisi 2. Yabes ikut putaran pertama. Ia mengaku mendapatkan uang sebanyak Rp 4 juta dari permainannya itu.
Akhirnya uang sebanyak Rp 2 juta digunakannya untuk membiayai sekolahnya. "Tiap bulan beta ambil untuk membayar uang sekolah," katanya. Sedangkan sisanya untuk membeli sepatu dan kostum bola.
Saat bermain di Persepalor, Yabes mengidolakan seniornya Suparman Bara. Ia mencontoh cara bermain pemain tersebut. Dengan uang hasil kerja kerasnya, Yabes juga memiliki kostum timnas Indonesia.
Saat itu, Yabes membeli kostum bernomor 17 yang dipakai Irfan Bachdim. "Beta pakai terus kostum itu, nomor 17 jadi idola," ungkap Yabes yang kini berstatus pemain klub Putra Kenari Alor.

tribunnews

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...