Sejak pertama kali Rogo Rabi merapatkan pinisinya di pesisir selatan bukit Koto yang sekarang menjadi kampung Lomba atau Romba, tak seorang pun yang mengetahui nama asli dari saudari bungsunya. Para pedagang, orang-orang yang kebetulan melintas dan atau melewati tempat tersebut hanya mengetahui kalau saudari bungsu Rogo Rabi adalah seorang gadis berparas jelita dan cantik.
Kecantikannya bahkan menjadi buah bibir, tidak hanya di antara para pengawal dan orang-orang kepercayaan Rogo Rabi sendiri, tetapi juga sampai ke warga di kampung-kampung sekitarnya.
Rambutnya yang lurus terurai, alis matanya yang tipis, bola matanya yang bening, serta senyumnya yang menyapa menjadi serupa bulatan purnama sempurna.
Bahkan sebagian pemuda atau laki-laki yang lain sampai tak sanggup untuk melukiskan kecantikan saudari bungsu Rogo Rabi itu. Bening kulitnya membuat setiap mata pemuda atau laki-laki hanya bisa menggambarkan dan melukiskannya sebagai sesuatu yang indah.
Salah satu pelukisan dan penggambaran atas saudari Rogo Rabi yang paling populer ketika itu adalah bening kulitnya yang sebening kaca botol. Digambarkan demikian karena berdasarkan kisah, jika saudari Rogo Rabi itu meminum air, orang dapat melihat air yang masuk melewati tenggorokannya. Tenggorokannya serupa boti (botol) dan tubuhnya serupa seindah bentukan taso (botol besar). Sudah sejak itu orang menyebut, menyapa dan memanggil saudari bungsu Rogo Rabi itu sebagai Boti Bartaso.
Namun, lelaki atau pemuda mana pun yang melihat Boti Bartaso cukup diri hanya bisa mengagumi, tidak lebih. Sebab, serupa pungguk merindukan bulan, siapa pun lelaki atau pemuda hanya bisa berharap. Rogo Rabi saudaranya tak pernah sudi pada seorang lelaki mana pun yang dapat merebut hati saudarinya jika ia tidak memiliki kedudukan sosial yang tinggi dan punya kekayaan melimpah.
Hingga pada suatu ketika, Boti Bartaso dipersunting seorang Rangga Ame Ari, Rogo Rabi pun menerima dengan senang hati. Rangga Ame Ari adalah seorang tokoh masyarakat, sepuh adat yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi di kampung Udi Wodowatu. Tidak hanya itu, Rangga Ame Ari juga memiliki harta dan kekayaan yang melimpah.
Hingga akhir hidupnya Boti Bartaso tetap menjadi legenda, sebagai satu-satunya perempuan yang cantik pada ketika itu. Kisah tentang kecantikannya mengalahkan kisah tentang akhir kehidupannya yang masih penuh tanda tanya. Berdasarkan kisah orang Lomba atau Romba, Boti Bertaso meninggal lantaran ditimpa longsoran batu di dekat Udi Wodowatu. Namun berdasarkan kisah yang lain, kisah orang Udi Wodowatu, Boti Bertaso meninggal dunia lantaran dibunuh oleh Rangga Ame Ari. Boti Bartaso dibunuh lantaran kedapatan berselingkuh dengan seorang pemuda yang bernama Gaba.
Kecantikannya bahkan menjadi buah bibir, tidak hanya di antara para pengawal dan orang-orang kepercayaan Rogo Rabi sendiri, tetapi juga sampai ke warga di kampung-kampung sekitarnya.
Rambutnya yang lurus terurai, alis matanya yang tipis, bola matanya yang bening, serta senyumnya yang menyapa menjadi serupa bulatan purnama sempurna.
Bahkan sebagian pemuda atau laki-laki yang lain sampai tak sanggup untuk melukiskan kecantikan saudari bungsu Rogo Rabi itu. Bening kulitnya membuat setiap mata pemuda atau laki-laki hanya bisa menggambarkan dan melukiskannya sebagai sesuatu yang indah.
Salah satu pelukisan dan penggambaran atas saudari Rogo Rabi yang paling populer ketika itu adalah bening kulitnya yang sebening kaca botol. Digambarkan demikian karena berdasarkan kisah, jika saudari Rogo Rabi itu meminum air, orang dapat melihat air yang masuk melewati tenggorokannya. Tenggorokannya serupa boti (botol) dan tubuhnya serupa seindah bentukan taso (botol besar). Sudah sejak itu orang menyebut, menyapa dan memanggil saudari bungsu Rogo Rabi itu sebagai Boti Bartaso.
Namun, lelaki atau pemuda mana pun yang melihat Boti Bartaso cukup diri hanya bisa mengagumi, tidak lebih. Sebab, serupa pungguk merindukan bulan, siapa pun lelaki atau pemuda hanya bisa berharap. Rogo Rabi saudaranya tak pernah sudi pada seorang lelaki mana pun yang dapat merebut hati saudarinya jika ia tidak memiliki kedudukan sosial yang tinggi dan punya kekayaan melimpah.
Hingga pada suatu ketika, Boti Bartaso dipersunting seorang Rangga Ame Ari, Rogo Rabi pun menerima dengan senang hati. Rangga Ame Ari adalah seorang tokoh masyarakat, sepuh adat yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi di kampung Udi Wodowatu. Tidak hanya itu, Rangga Ame Ari juga memiliki harta dan kekayaan yang melimpah.
Hingga akhir hidupnya Boti Bartaso tetap menjadi legenda, sebagai satu-satunya perempuan yang cantik pada ketika itu. Kisah tentang kecantikannya mengalahkan kisah tentang akhir kehidupannya yang masih penuh tanda tanya. Berdasarkan kisah orang Lomba atau Romba, Boti Bertaso meninggal lantaran ditimpa longsoran batu di dekat Udi Wodowatu. Namun berdasarkan kisah yang lain, kisah orang Udi Wodowatu, Boti Bertaso meninggal dunia lantaran dibunuh oleh Rangga Ame Ari. Boti Bartaso dibunuh lantaran kedapatan berselingkuh dengan seorang pemuda yang bernama Gaba.