Artikel Terbaru: |
loading...
Dalam bahasa Jawa, mbeling berarti 'nakal, keras kepala'. Kata ini digunakan oleh Remy Silado dan kawan-kawan untuk memberi predikat pada puisi yang menggugat puisi yang dianggap mapan dalam konvensi estetisnya, seperti puisi Rendra, Goenawan Muhammad, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
Puisi mbeling muncul pada awal tahun 1970-an. Sajak-sajak ataupun karya-karya penyair mapan ditiru untuk mencari efek kejenakaan. Bahasa apa saja dapat digunakan dalam puisi mbeling. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam wujud dari pengungkapan yang bersifat ringan, main-main, dan kadang-kadang lucu.
Walau berusia singkat (1971-1977) sekalipun 'mbeling', tidak jarang puisi itu mengandung nilai yang dapat kita petik. Misalnya sajak berikut ini yang lebih mempersoalkan dosa sendiri daripada mempersoalkan dosa orang lain.
Aku Ingin Tanya
Siapakah yang paling banyak dosa
Pelacur,
Garong,
Koruptor,
Kau,
Atau aku?
Foto: Tokoh Puisi Mbeling, Sutardji Calzoum Bahri (Google)
Puisi mbeling muncul pada awal tahun 1970-an. Sajak-sajak ataupun karya-karya penyair mapan ditiru untuk mencari efek kejenakaan. Bahasa apa saja dapat digunakan dalam puisi mbeling. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam wujud dari pengungkapan yang bersifat ringan, main-main, dan kadang-kadang lucu.
Walau berusia singkat (1971-1977) sekalipun 'mbeling', tidak jarang puisi itu mengandung nilai yang dapat kita petik. Misalnya sajak berikut ini yang lebih mempersoalkan dosa sendiri daripada mempersoalkan dosa orang lain.
Aku Ingin Tanya
Siapakah yang paling banyak dosa
Pelacur,
Garong,
Koruptor,
Kau,
Atau aku?
Foto: Tokoh Puisi Mbeling, Sutardji Calzoum Bahri (Google)