Artikel Terbaru: |
loading...
Efek Dihapusnya Label RSBI/SBI-- Kekecewaan diungkapkan seorang guru di SDN 011, Mudofar. Ia mengaku sedih karena sekolahnya yang ditunjuk sebagai sekolah RSBI pada 2008, kini kehilangan predikat bergengsi itu. Sebab untuk mendapatkan label RSBI terbilang sulit.
Namun, kini justru MK mengeluarkan keputusan yang terbilang sangat cepat, yakni menghapus RSBI. "Saya agak kecewa juga," ucap Mudofar.
Ia berpikir realistis, penghapusan RSBI itu akan diikuti dengan penurunan fasilitas pendukung kegiatan belajar-mengajar. Sebab, selama ini kegiatan peningkatan mutu pendidikan murid didanai dari donasi orantua murid, seperti donasi "English Club" sebesar Rp 210 ribu per bulan.
"Nantinya fasilitas pasti akan berkurang. Mungkin AC atau kelas-kelas tambahan lain. Karena sekolah kan enggak dapat donasi lagi dari wali murid," kata Mudofar.
Ia menceritakan, pihak sekolahnya harus mengeluarkan dana jutaan rupiah untuk sejumlah pengeluaran rutin bulanan. Untuk biaya listrik saja mencapai Rp 9 juta per bulan. Dana pengeluaran akan bertambah dengan adanya pembayaran tagihan internet, biaya murid mengikuti perlombaan, dan honor untuk guru pengajar bahasa Inggris.
"Guru bahasa Inggris-nya enggak mau dibayar pakai rupiah, mereka maunya pakai dolar AS," ujarnya.
"Di sini sudah paling murah Rp 210.000. Kalau di sekolah lain bisa sampai Rp 500.000. Donasi itu semuanya akan kembali ke siswa. Sekolah enggak tahu sama sekali mengenai pengelolaan uang tersebut," kata dia (Tribunnews).
Namun, kini justru MK mengeluarkan keputusan yang terbilang sangat cepat, yakni menghapus RSBI. "Saya agak kecewa juga," ucap Mudofar.
Ia berpikir realistis, penghapusan RSBI itu akan diikuti dengan penurunan fasilitas pendukung kegiatan belajar-mengajar. Sebab, selama ini kegiatan peningkatan mutu pendidikan murid didanai dari donasi orantua murid, seperti donasi "English Club" sebesar Rp 210 ribu per bulan.
"Nantinya fasilitas pasti akan berkurang. Mungkin AC atau kelas-kelas tambahan lain. Karena sekolah kan enggak dapat donasi lagi dari wali murid," kata Mudofar.
Ia menceritakan, pihak sekolahnya harus mengeluarkan dana jutaan rupiah untuk sejumlah pengeluaran rutin bulanan. Untuk biaya listrik saja mencapai Rp 9 juta per bulan. Dana pengeluaran akan bertambah dengan adanya pembayaran tagihan internet, biaya murid mengikuti perlombaan, dan honor untuk guru pengajar bahasa Inggris.
"Guru bahasa Inggris-nya enggak mau dibayar pakai rupiah, mereka maunya pakai dolar AS," ujarnya.
"Di sini sudah paling murah Rp 210.000. Kalau di sekolah lain bisa sampai Rp 500.000. Donasi itu semuanya akan kembali ke siswa. Sekolah enggak tahu sama sekali mengenai pengelolaan uang tersebut," kata dia (Tribunnews).