Artikel Terbaru: |
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info Padatnya Lalu Lintas Udara di Bandara Soekarno-Hatta, Siapa Dirugikan?--
Saya kutip dari detik.com, saat pesawat antre untuk terbang dan mendarat, beban operasional maskapai pun ikut meroket.
Seperti yang terjadi pada biaya bahan bakar. Untuk antre terbang dari taxi way menuju run way (landasan) selama 20 menit, maskapai yang menggunakan pesawat berbadan kecil sekelas Airbus 320 atau Boeing 737 bakal mengalami kerugian hingga Rp 10 juta. Kerugian ini baru datang dari konsumsi bahan bakar saja.
“Kalau 20 menit delay saja itu cost-nya bisa sampai US$ 1.000 atau Rp 10 juta. Itu bicara 20 menit,” Ketua umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Carriers Air Assosiation (INACA) Arif Wibowo kepada detikFinance di Kantor Pusat Citilink, Jakarta ,seperti dikutip Rabu (20/11/2013).
Selain itu, biaya bahan bakar akan lebih membengkak ketika pesawat antri atau berputar-putar di udara ketika belum diizinkan mendarat.
“Kalau delay muter-muter, dia lebih banyak lagi daripada dari taxi (sebelum menuju landasan),” sebutnya.
Arif menjelaskan, 50% biaya operasional maskapai berasal dari bahan bakar. Sehingga makin lama delay, semakin menambah beban operasional maskapai. Karena menurutnya untuk mengoperasikan pesawat berbadan kecil, maskapai harus mengeluarkan biaya hingga US$ 6.000 per jam.
“Maskapai sudah jelas. Kalau cost per jam US$ 5.000-6.000 untuk narrow body. Itu rata-rata lah dan itu total cost. Fuel kan 50% dari itu. Itu per flying hours,” jelasnya.
Konsumen (penumpang)? Ruginya tentu harus menambah biaya makan/ minum karena lebih lama mendekam di ruang tunggu bandara selain rugi waktu dan menahan rindu bertemu keluarga. Walau ada untungnya, cuci mata dan mungkin mendapat teman baru.
detik.com
Saya ingat, beberapa kali ke Jakarta (dalam rentang
waktu yang lama), jika berangkat dari
bandara Soekarno-Hatta (Soetta), selalu
mengalami penundaan (delay).
Menurut operator melalui pengeras suara,
karena keterlambatan pesawat yang datang. Ternyata ini sebabnya, lalu lintas udara di bandara Soetta begitu padatnya sehingga jika hendak terbang (take off), pesawat harus antre. Begitupun jika hendak mendarat (landing), harus berputar-putar dulu di udara menunggu giliran. Siapa yang dirugikan? Ya tentu konsumen (penumpang), ya tentu maskapai penerbangan.
waktu yang lama), jika berangkat dari
bandara Soekarno-Hatta (Soetta), selalu
mengalami penundaan (delay).
Menurut operator melalui pengeras suara,
karena keterlambatan pesawat yang datang. Ternyata ini sebabnya, lalu lintas udara di bandara Soetta begitu padatnya sehingga jika hendak terbang (take off), pesawat harus antre. Begitupun jika hendak mendarat (landing), harus berputar-putar dulu di udara menunggu giliran. Siapa yang dirugikan? Ya tentu konsumen (penumpang), ya tentu maskapai penerbangan.
Saya kutip dari detik.com, saat pesawat antre untuk terbang dan mendarat, beban operasional maskapai pun ikut meroket.
Seperti yang terjadi pada biaya bahan bakar. Untuk antre terbang dari taxi way menuju run way (landasan) selama 20 menit, maskapai yang menggunakan pesawat berbadan kecil sekelas Airbus 320 atau Boeing 737 bakal mengalami kerugian hingga Rp 10 juta. Kerugian ini baru datang dari konsumsi bahan bakar saja.
“Kalau 20 menit delay saja itu cost-nya bisa sampai US$ 1.000 atau Rp 10 juta. Itu bicara 20 menit,” Ketua umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Carriers Air Assosiation (INACA) Arif Wibowo kepada detikFinance di Kantor Pusat Citilink, Jakarta ,seperti dikutip Rabu (20/11/2013).
Selain itu, biaya bahan bakar akan lebih membengkak ketika pesawat antri atau berputar-putar di udara ketika belum diizinkan mendarat.
“Kalau delay muter-muter, dia lebih banyak lagi daripada dari taxi (sebelum menuju landasan),” sebutnya.
Arif menjelaskan, 50% biaya operasional maskapai berasal dari bahan bakar. Sehingga makin lama delay, semakin menambah beban operasional maskapai. Karena menurutnya untuk mengoperasikan pesawat berbadan kecil, maskapai harus mengeluarkan biaya hingga US$ 6.000 per jam.
“Maskapai sudah jelas. Kalau cost per jam US$ 5.000-6.000 untuk narrow body. Itu rata-rata lah dan itu total cost. Fuel kan 50% dari itu. Itu per flying hours,” jelasnya.
Konsumen (penumpang)? Ruginya tentu harus menambah biaya makan/ minum karena lebih lama mendekam di ruang tunggu bandara selain rugi waktu dan menahan rindu bertemu keluarga. Walau ada untungnya, cuci mata dan mungkin mendapat teman baru.
detik.com