Artikel Terbaru: |
loading...
Pemain Tak Membela Kehormatan Bangsa, Sepakbola Bubar Saja--
Kutipan berita:
Terkait dengan kontroversi seputar bergabungnya Ponaryo Astaman, Bambang Pamungkas dan Firman Utina ke dalam tim bentukan PSSI Djohar Arifin untuk menghadapi laga persahabatan melawan klub Valencia Spanyol pada Sabtu mendatang, Andi Darussalam Tabusala yang telah puluhan tahun berkecimpung di sepakbola nasional mengingatkan Ponaryo dan kawan-kawan bahwa dalam situasi sekarang ini amat riskan bagi dirinya untuk membela tim yang dibentuk oleh kepengurusan PSSI dengan kondisi sekarang ini.
“Saya juga sampaikan kepadanya bahwa bagaimana pun ia harus memahami aturan main yang ada dan tentunya mengikuti kesepakatan yang seharusnya dijalankan. Ponaryo dan kawan-kawan harus lebih dulu meminta pertimbangan, saran atau izin dari klubnya masing-masing. Dengan demikian, dalam konteks persoalan sekarang ini, Ponaryo, Firman dan Bambang yang sama-sama berkeinginan memperkuat tim melawan Valencia seharusnya lebih dulu meminta izin kepada klubnya masing-masing,” tegasnya.
Dalam konteks ini pun PSSI harus berkirim surat kepada klub mereka masing-masing, dan klubnya yang akan memberi respon. Apakah respon dari klub sesuai dengan keinginan mereka, adalah kembali pada kewenangan klub karena klub memikiki otoritas tersendiri.
Andi mengakui, menjadi kebanggaan bagi seorang pemain untuk membela Timnas, Namun, ada kesepakatan dan ada perjanjian antara pemain dengan klub yang sama-sama harus dipatuhi.
“Pemain memang punya hak untuk bermain dan juga menuntut hak-haknya. Itulah profesionalisme. Akan tetapi, tentunya ada perjanjian-perjanjian antara pemain dengan manajemen klub yang juga harus dipegang dan dipatuhi. Inilah etikanya. Seorang pemain tentunya tidak hanya menuntut profesinalismenya tetapi tidak harus mengabaikan etika yang harus dijunjung tinggi. Jika tidak, pemain itu sama saja tidak bersikap profesional, ujarnya.
Andi menambahkan, mestinya para pemain bisa lebih bijak menyikapi situasi persepakbolaan nasional sekarang ini bahwa masalah Timnas termasuk yang tengah dibahas oleh Joint Committee (JC) sehingga mereka harus menunggu formula atau solusi yang dicapai oleh JC.
“Mereka sudah tidak beretika dan mencederai kesepakatan (gentleman-agreement) yang sudah dibuat dengan klubnya dalam bentuk kontrak. Bagaimana mereka akan tetap merasa bangga menjadi pengurus dari sebuah organisasi bernama APPI itu jika apa yang mereka lakukan ternyata melanggar etika organisasi. Saya kira apa yang mereka lakukan tidak patut diteladani,” ujarnya.
Terpisah, manajemen klub Sriwijaya FC menilai tindakan Ponaryo Astaman dan Firman Utina yang mengikuti sesi latihan Timnas PSSI itu sebagai pelanggaran berat. Menurut kubu Sriwijaya FC, Ponaryo dan Firman sejak awal sudah diwanti-wanti untuk tidak mengikuti pertandingan uji coba melawan Valencia, di Stadion Gelora Bung Karno pada Sabtu (4/8/2012) mendatang.
Direktur Teknik dan SDM SFC, Hendri Zainudin, mengungkapkan, manajemen Sriwijaya FC akan memberi sanksi kepada kedua pemain tersebut, karena telah mengikuti sesi latihan bersama timnas.
“Mengenai jenis sanksinya sendiri dalam bentuk seperti apa. Kami masih akan koordinasi dengan PT Liga Indonesia dan KPSI terkait pelanggaran berat ini,” ujar Hendri kepada Sriwijaya Post, Selasa (31/7/2012).
Meskipun dilarang oleh ketua KPSI La Nyalla Mattalitti dan klubnya, sejumlah pemain ISL memilih tetap mengikuti latihan timnas Indonesia -- karena ini demi "Merah Putih".
Mengetahui hal tersebut, La Nyalla mengeluarkan pernyataan bahwa KPSI melarang pemain klub-klub ISL terlibat di timnas, sampai ada keputusan akhir Join Committee (JC). Klub-klub seperti Sriwijaya FC dan Arema juga mendukung pelarangan oleh KPSI tersebut.
Meski demikian, hari ini (kemarin), Rabu (1/8/2012), ketiga pemain tersebut kembali hadir ke Lapangan C Senayan untuk melanjutkan latihan. M. Ridwan juga bergabung dengan mereka.
"Setiap individu tidak bisa menolak panggilan negara. Tentu saya senang bisa kembali ke timnas karena inilah pengabdian kami kepada negara. Rasanya, kangen ini terobati," ujar Firman kepada wartawan seusai latihan hari ini.
Gelandang Sriwijaya FC itu mengaku tindakannya bergabung di timnas memang mendapat larangan klub dan La Nyalli. Kendati demikian ia pun siap menanggung segala risikonya.
"Asal tahu saja, kami ke sini bukan karena panggilan PSSI atau instruksi dari Pak Limbong. Kami ke sini murni karena demi Merah Putih. Kami ingin Timnas Indonesia kembali kuat. Meskipun kami sadari, sebenarnya sudah banyak pemain muda yang lebih pantas. Tapi demi negara kami datang.
"Saya diwakili Ponaryo telah telpon pengurus Sriwijaya FC. Klub memang tak mengizinkan kami, tapi saya tetap ke sini karena ini panggilan negara. Kami juga sudah berkomunikasi dengan PT Liga Indonesia.
"Mereka tidak bisa melarang atau mengiyakan keinginan kami, tapi lebih menyerahkan semuanya kepada pemain. Jika kedatangan kami kemudian dipermasalahkan, kenapa Titus Bonai, Oktovianus Maniani, dan Patrich Wanggai didiamkan saja? Jadi saya harap tidak ada pilih kasih."
"Kami sadari keputusan saya dengan Ponaryo melawan perintah klub. Jadi, kami siap menerima risikonya, termasuk jika ada sanksi. Tapi, kami ke timnas bukan karena PSSI atau mau melukai siapapun, kami ke sini karena negara membutuhkan kami, sementara kami memang sudah tidak ada kompetisi."
Di lain pihak, keberadaan Joint Committee sebagai pemersatu di antara pihak yang berseteru, malah semakin menampakkan jurang pemisah. Rapat Joint Committee yang semula direncanakan digelar pada 2 Agustus 2012, belum bisa terselenggara sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pada rapat pertama Joint Committee 12 Juli 2012 lalu, telah disepakati bahwa anggota Joint Committee akan kembali melakukan rapat pada 24 Juli. Namun karena tidak ada kesepakatan, jadwal diundur enam hari, menjadi tangg 30 Juli 2012. Sayang pertemuan tersebut kembali tidak terlaksana.
Rapat kemudian dijadwalkan kembali pada Kamis (2/8/2012) hari ini. Sayangnya jadwal terakhir yang telah ditetapkan itu juga batal.
"Penundaan rapat hingga berkali-kali ini dipicu oleh pihak KPSI yang meminta pengunduran jadwal rapat kedua dilaksanakan pada 24 Juli. Kemudian KPSI kembali meminta pengunduran jadwal per tanggal 2 Agustus karena perwakilan KPSI berhalangan hadir," tutur Todung Mulya Lubis, Ketua JC, saat dihubungi via telepon oleh Tribunnews, Kamis (2/8/2012).
Todung belum bisa memastikan kapan rapat akan digelar. Ini karena kedua belah pihak masih kesulitan menentukan jadwal akibat kesibukan masing-masing.
Jika, seperti ini, layakkah jika tak perlu ada organisasi dan liga sepakbola di muka bumi nusantara?
(Blogger jangan diam saja, dukung pemain membela timnas!!!!! Copas arsip ini, kembangkan sesuai selera dengan tema "Dukung pemain membela negara")
Sepakbola negeri ini kisruh lagi. Pertikaian antarpengurus (PSSI, KPSI, klub) yang dimediasi pihak asing (AFC) melalui terbentuknya Joint Commitee, tak bermanfaat juga rupanya. Masing-masing pihak masih mengedepankan ego mereka sendiri, tak memandang kepentingan bangsa (termasuk hak pemain membela timnas).
Seharusnya, kisruh di negara sendiri ini harus diselesaikan oleh kita sendiri, bukan bergantung pihak asing. Mereka mana peduli? Ingat, persaingan gengsi negara di ajang AFF Cup 2012 sudah di depan mata. Masih juga mengharapkan pihak asing campur tangan menyelesaikan masalah kita? Selesaikan sendiri, dong.
Apalagi dengan melarang pemain membela kehormatan bangsa, apapun timnasnya (siapapun ketuanya).... Perang opini boleh. Tapi jika melarang pemain membela timnas (kehormatan bangsa), logika apa yang dapat dipakai sebagai dalih?
APPI adalah sebuah organisasi para pemain. Mereka berhak menentukan nasib dan keputusan sendiri. Langkah Ponaryo sebagai ketua APPI sudah tepat.....(Kompetisi pun sudah berakhir/libur, alasan apalagi untuk mangkir dari timnas?)
Jika pemain tak mampu membela timnas, apalah gunanya sepakbola ada di negeri ini. Bubarkan saja.....
Kutipan berita:
Terkait dengan kontroversi seputar bergabungnya Ponaryo Astaman, Bambang Pamungkas dan Firman Utina ke dalam tim bentukan PSSI Djohar Arifin untuk menghadapi laga persahabatan melawan klub Valencia Spanyol pada Sabtu mendatang, Andi Darussalam Tabusala yang telah puluhan tahun berkecimpung di sepakbola nasional mengingatkan Ponaryo dan kawan-kawan bahwa dalam situasi sekarang ini amat riskan bagi dirinya untuk membela tim yang dibentuk oleh kepengurusan PSSI dengan kondisi sekarang ini.
“Saya juga sampaikan kepadanya bahwa bagaimana pun ia harus memahami aturan main yang ada dan tentunya mengikuti kesepakatan yang seharusnya dijalankan. Ponaryo dan kawan-kawan harus lebih dulu meminta pertimbangan, saran atau izin dari klubnya masing-masing. Dengan demikian, dalam konteks persoalan sekarang ini, Ponaryo, Firman dan Bambang yang sama-sama berkeinginan memperkuat tim melawan Valencia seharusnya lebih dulu meminta izin kepada klubnya masing-masing,” tegasnya.
Dalam konteks ini pun PSSI harus berkirim surat kepada klub mereka masing-masing, dan klubnya yang akan memberi respon. Apakah respon dari klub sesuai dengan keinginan mereka, adalah kembali pada kewenangan klub karena klub memikiki otoritas tersendiri.
Andi mengakui, menjadi kebanggaan bagi seorang pemain untuk membela Timnas, Namun, ada kesepakatan dan ada perjanjian antara pemain dengan klub yang sama-sama harus dipatuhi.
“Pemain memang punya hak untuk bermain dan juga menuntut hak-haknya. Itulah profesionalisme. Akan tetapi, tentunya ada perjanjian-perjanjian antara pemain dengan manajemen klub yang juga harus dipegang dan dipatuhi. Inilah etikanya. Seorang pemain tentunya tidak hanya menuntut profesinalismenya tetapi tidak harus mengabaikan etika yang harus dijunjung tinggi. Jika tidak, pemain itu sama saja tidak bersikap profesional, ujarnya.
Andi menambahkan, mestinya para pemain bisa lebih bijak menyikapi situasi persepakbolaan nasional sekarang ini bahwa masalah Timnas termasuk yang tengah dibahas oleh Joint Committee (JC) sehingga mereka harus menunggu formula atau solusi yang dicapai oleh JC.
“Mereka sudah tidak beretika dan mencederai kesepakatan (gentleman-agreement) yang sudah dibuat dengan klubnya dalam bentuk kontrak. Bagaimana mereka akan tetap merasa bangga menjadi pengurus dari sebuah organisasi bernama APPI itu jika apa yang mereka lakukan ternyata melanggar etika organisasi. Saya kira apa yang mereka lakukan tidak patut diteladani,” ujarnya.
Terpisah, manajemen klub Sriwijaya FC menilai tindakan Ponaryo Astaman dan Firman Utina yang mengikuti sesi latihan Timnas PSSI itu sebagai pelanggaran berat. Menurut kubu Sriwijaya FC, Ponaryo dan Firman sejak awal sudah diwanti-wanti untuk tidak mengikuti pertandingan uji coba melawan Valencia, di Stadion Gelora Bung Karno pada Sabtu (4/8/2012) mendatang.
Direktur Teknik dan SDM SFC, Hendri Zainudin, mengungkapkan, manajemen Sriwijaya FC akan memberi sanksi kepada kedua pemain tersebut, karena telah mengikuti sesi latihan bersama timnas.
“Mengenai jenis sanksinya sendiri dalam bentuk seperti apa. Kami masih akan koordinasi dengan PT Liga Indonesia dan KPSI terkait pelanggaran berat ini,” ujar Hendri kepada Sriwijaya Post, Selasa (31/7/2012).
Meskipun dilarang oleh ketua KPSI La Nyalla Mattalitti dan klubnya, sejumlah pemain ISL memilih tetap mengikuti latihan timnas Indonesia -- karena ini demi "Merah Putih".
Mengetahui hal tersebut, La Nyalla mengeluarkan pernyataan bahwa KPSI melarang pemain klub-klub ISL terlibat di timnas, sampai ada keputusan akhir Join Committee (JC). Klub-klub seperti Sriwijaya FC dan Arema juga mendukung pelarangan oleh KPSI tersebut.
Meski demikian, hari ini (kemarin), Rabu (1/8/2012), ketiga pemain tersebut kembali hadir ke Lapangan C Senayan untuk melanjutkan latihan. M. Ridwan juga bergabung dengan mereka.
"Setiap individu tidak bisa menolak panggilan negara. Tentu saya senang bisa kembali ke timnas karena inilah pengabdian kami kepada negara. Rasanya, kangen ini terobati," ujar Firman kepada wartawan seusai latihan hari ini.
Gelandang Sriwijaya FC itu mengaku tindakannya bergabung di timnas memang mendapat larangan klub dan La Nyalli. Kendati demikian ia pun siap menanggung segala risikonya.
"Asal tahu saja, kami ke sini bukan karena panggilan PSSI atau instruksi dari Pak Limbong. Kami ke sini murni karena demi Merah Putih. Kami ingin Timnas Indonesia kembali kuat. Meskipun kami sadari, sebenarnya sudah banyak pemain muda yang lebih pantas. Tapi demi negara kami datang.
"Saya diwakili Ponaryo telah telpon pengurus Sriwijaya FC. Klub memang tak mengizinkan kami, tapi saya tetap ke sini karena ini panggilan negara. Kami juga sudah berkomunikasi dengan PT Liga Indonesia.
"Mereka tidak bisa melarang atau mengiyakan keinginan kami, tapi lebih menyerahkan semuanya kepada pemain. Jika kedatangan kami kemudian dipermasalahkan, kenapa Titus Bonai, Oktovianus Maniani, dan Patrich Wanggai didiamkan saja? Jadi saya harap tidak ada pilih kasih."
"Kami sadari keputusan saya dengan Ponaryo melawan perintah klub. Jadi, kami siap menerima risikonya, termasuk jika ada sanksi. Tapi, kami ke timnas bukan karena PSSI atau mau melukai siapapun, kami ke sini karena negara membutuhkan kami, sementara kami memang sudah tidak ada kompetisi."
Di lain pihak, keberadaan Joint Committee sebagai pemersatu di antara pihak yang berseteru, malah semakin menampakkan jurang pemisah. Rapat Joint Committee yang semula direncanakan digelar pada 2 Agustus 2012, belum bisa terselenggara sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pada rapat pertama Joint Committee 12 Juli 2012 lalu, telah disepakati bahwa anggota Joint Committee akan kembali melakukan rapat pada 24 Juli. Namun karena tidak ada kesepakatan, jadwal diundur enam hari, menjadi tangg 30 Juli 2012. Sayang pertemuan tersebut kembali tidak terlaksana.
Rapat kemudian dijadwalkan kembali pada Kamis (2/8/2012) hari ini. Sayangnya jadwal terakhir yang telah ditetapkan itu juga batal.
"Penundaan rapat hingga berkali-kali ini dipicu oleh pihak KPSI yang meminta pengunduran jadwal rapat kedua dilaksanakan pada 24 Juli. Kemudian KPSI kembali meminta pengunduran jadwal per tanggal 2 Agustus karena perwakilan KPSI berhalangan hadir," tutur Todung Mulya Lubis, Ketua JC, saat dihubungi via telepon oleh Tribunnews, Kamis (2/8/2012).
Todung belum bisa memastikan kapan rapat akan digelar. Ini karena kedua belah pihak masih kesulitan menentukan jadwal akibat kesibukan masing-masing.
Jika, seperti ini, layakkah jika tak perlu ada organisasi dan liga sepakbola di muka bumi nusantara?
(Blogger jangan diam saja, dukung pemain membela timnas!!!!! Copas arsip ini, kembangkan sesuai selera dengan tema "Dukung pemain membela negara")
Sumber-sumber:
http://www.bolaindo.com/2012/08/02/andi-darussalam-jangan-remehkan-istilah-timnas/
http://www.tribunnews.com/2012/08/02/lagi-rapat-joint-committee-ditunda
http://sport.detik.com/sepakbola/read/2012/08/01/193356/1980790/76/dilarang-la-nyalla-dan-klub-firman-utina-cs-tetap-ikut-timnas
http://www.tribunnews.com/2012/08/02/firman-ponaryo-gabung-ke-timnas-sriwijaya-fc-siapkan-sanksi