Artikel Terbaru: |
loading...
Dongeng "Mantera Mengusir Tikus"-- Zaman dahulu kala, hiduplah sepasang kakek nenek di hutan. Ketika Kakek meninggal dunia, Nenek sangat sedih dan kesepian. Setiap hari ia menangis. Pada suatu hari datanglah seorang yang menyamar seperti pendeta ke rumah itu.
"Permisi... Bolehkah saya menginap satu malam saja? Saya lelah karena kesasar di jalan!"
Sambil menghapus air matanya, Nenek berkata, "Oh..silakan ! Kebetulan sekali kau datang. Tolong bacakan mantera agar aku tidak sedih!"
Sebagai ucapan terima kasih, sang pendeta kemudian membacakan mantera. Tetapi karena pendeta palsu, maka ia tidak mengerti tentang mantera-mantera.
Ketika sedang pura-pura membaca mantera, seekor tikus kecil mengendap-endap ingin keluar. Pendeta itu dalam komat-kamitnya bergumam, "Nyamu...nyamu... mengendap-endap... datang..." Waktu tikus itu mencicit, ia bergumam lagi, "Nyamu...nyamu...kau mengintip ingin bicara apa..."
Lalu saat si tikus
berlari kabur ia bergumam lagi, "Nyamu... nyamu... sekarang kau mau kabur ke mana...."
Si pendeta palsu lalu menyelesaikan manteranya.
Sang nenek tidak mengerti sama sekali soal mantera. Sejak itu ia selalu membaca mantera, "Nyamu...nyamu...nyamu..." seperti yang diucapkan si pendeta.
Pada suatu malam seorang pencuri menyelinap masuk ke rumah Nenek. Tetapi dari dalam rumah terdengar suara Nenek yang sedang membaca mantera, "Nyamu...nyamu...mengendap-endap... datang..."
Sang pencuri terkejut dan bertanya-tanya dalam hati, "Lo, apakah Nenek ini tahu kedatanganku?" Dengan rasa ingin tahu ia mengintip ke dalam dari lobang kunci. Saat itu juga terdengar suara Nenek, "Nyamu.... nyamu..., kau mengintip ingin bicara apa..."
Kembali sang pencuri terkaget-kaget. "Hah, nenek itu tahu aku sedang mengintip!" Si pencuri berpikir, sebaiknya ia pergi. Dengan mengendap-endap, ia melangkah mundur menjauhi pintu.
Pada saat itu terdengar suara, "Nyamu... nyamu... sekarang kau mau kabur kemana..."
"Oh...gawat! Gawat! Kalau sampai tertangkap aku bisa dihukum berat!" sang pencuri lari pontang-panting.
(dongeng Jepang, diceritakan kembali oleh Effie Sudirman)
"Permisi... Bolehkah saya menginap satu malam saja? Saya lelah karena kesasar di jalan!"
Sambil menghapus air matanya, Nenek berkata, "Oh..silakan ! Kebetulan sekali kau datang. Tolong bacakan mantera agar aku tidak sedih!"
Sebagai ucapan terima kasih, sang pendeta kemudian membacakan mantera. Tetapi karena pendeta palsu, maka ia tidak mengerti tentang mantera-mantera.
Ketika sedang pura-pura membaca mantera, seekor tikus kecil mengendap-endap ingin keluar. Pendeta itu dalam komat-kamitnya bergumam, "Nyamu...nyamu... mengendap-endap... datang..." Waktu tikus itu mencicit, ia bergumam lagi, "Nyamu...nyamu...kau mengintip ingin bicara apa..."
Lalu saat si tikus
berlari kabur ia bergumam lagi, "Nyamu... nyamu... sekarang kau mau kabur ke mana...."
Si pendeta palsu lalu menyelesaikan manteranya.
Sang nenek tidak mengerti sama sekali soal mantera. Sejak itu ia selalu membaca mantera, "Nyamu...nyamu...nyamu..." seperti yang diucapkan si pendeta.
Pada suatu malam seorang pencuri menyelinap masuk ke rumah Nenek. Tetapi dari dalam rumah terdengar suara Nenek yang sedang membaca mantera, "Nyamu...nyamu...mengendap-endap... datang..."
Sang pencuri terkejut dan bertanya-tanya dalam hati, "Lo, apakah Nenek ini tahu kedatanganku?" Dengan rasa ingin tahu ia mengintip ke dalam dari lobang kunci. Saat itu juga terdengar suara Nenek, "Nyamu.... nyamu..., kau mengintip ingin bicara apa..."
Kembali sang pencuri terkaget-kaget. "Hah, nenek itu tahu aku sedang mengintip!" Si pencuri berpikir, sebaiknya ia pergi. Dengan mengendap-endap, ia melangkah mundur menjauhi pintu.
Pada saat itu terdengar suara, "Nyamu... nyamu... sekarang kau mau kabur kemana..."
"Oh...gawat! Gawat! Kalau sampai tertangkap aku bisa dihukum berat!" sang pencuri lari pontang-panting.
(dongeng Jepang, diceritakan kembali oleh Effie Sudirman)