Artikel Terbaru: |
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info 87 Tahun Sumpah Pemuda, Jangan Lupakan Bahasa Indonesia-- Salah satu isi ikrar Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928 adalah, "Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Artinya, bahasa Indonesia menjadi salah satu alat pemersatu para pemuda yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air.
Sayangnya, saat ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah banyak dilupakan kalangan pemuda. Bahkan, tak jarang pemuda yang lebih bangga menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia.
"Dilihat dari pengggunaan bahasa saja, anak muda zaman sekarang banyak yang enggak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Bertanah Air dan berbangsa Indonesia, tetapi banyak perkelahian dan pertumpahan darah antarbangsa sendiri," tutur seorang mahasiswi bernama Hayyu.
Cewek berambut panjang ini mengatakan, makna Sumpah Pemuda sudah banyak dilupakan. Menurutnya, apa yang dilakukan pemuda saat ini kebanyakan sudah tidak sesuai dengan isi Sumpah Pemuda. Dia pun setuju jika pemuda Indonesia butuh revolusi mental.
"Perlu revolusi mental untuk menyiapkan diri kita dalam menghadapi perubahan-perubahan yang signifikan di era sekarang. Kalau enggak, kita bisa jadi korban dari perubahan itu sendiri," imbuhnya saat berbincang dengan Okezone belum lama ini.
Untuk memajukan Bangsa, ucap Hayyu, dibutuhkan mental dan karakter pemuda yang kuat. Pasalnya, pemuda merupakan tulang punggung negara sehingga cita-cita Indonesia ada di tangan para pemuda.
"Sedangkan banyak pemuda yang malah mengonsumsi narkoba, balap liar, tawuran, dan lain sebagainya. Kalau pemuda zaman dulu tuh, sepertinya meski bandel tetap ada rasa peduli pada negara," terangnya.
Terlepas dari itu, mahasiswi Gunadarma itu berpendapat bahwa anak muda zaman sekarang juga banyak yang semakin pintar. "Bagusnya sih sekarang anak-anak muda sudah bisa membedakan mana yang pantas meminpin bangsa, dan mana yang enggak. Beberapa juga ada yang aktif berpendapat, meski baru melalui media sosial," tukasnya.
Rawatlah Bahasa Indonesia
Semakin berkembangnya zaman, semakin penting pula kemampuan berbahasa asing. Namun tanpa kita sadari, bahasa Indonesia bisa tergerus dengan keberadaan bahasa asing tersebut.
"Sekarang ini di banyak tempat umum seperti mall, sudah banyak anak muda Indonesia berbicara dalam bahasa inggris," ungkap Ketua Masyarakat Linguistik Indonesia Dr. Katharina E. Sukamto di Unika Atma Jaya, Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Kepala UPT Pusat Pengajaran Bahasa Unika Atma Jaya itu mencontohkan, ketika membimbing salah satu mahasiswa S-2 yang mengangkat tema Family Languange Policy pada tesisnya, dia menemukan data mengejutkan. Riset tersebut menunjukkan, ada keluarga yang menjauhkan anak-anaknya dari bahasa Indonesia. Situasi seperti ini banyak terjadi khususnya di kota-kota besar.
"Orangtua berlomba-lomba untuk bisa memasukkan anak mereka di sekolah internasional maupun bilingual. Dengan begitu, anak-anak tersebut bisa dan terbiasa berbicara bahasa Inggris dan memiliki kesempatan lebih lebar di lapangan pekerjaan," imbuhnya.
Kondisi ini sangat ironis mengingat salah satu poin Sumpah Pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dalam diskusi "Menyambut Kembali Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri" itu, Katharina pun mengajukan pertanyaan retoris.
"Sudahkah kita merawat dan memelihara bahasa yang kita banggakan ini? Karena bahasa Indonesia adalah yang bisa mempersatukan segala latar belakang untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi," tambahnya.
Sumber: Okezone
Foto: satuislam.org
Sayangnya, saat ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah banyak dilupakan kalangan pemuda. Bahkan, tak jarang pemuda yang lebih bangga menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia.
"Dilihat dari pengggunaan bahasa saja, anak muda zaman sekarang banyak yang enggak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Bertanah Air dan berbangsa Indonesia, tetapi banyak perkelahian dan pertumpahan darah antarbangsa sendiri," tutur seorang mahasiswi bernama Hayyu.
Cewek berambut panjang ini mengatakan, makna Sumpah Pemuda sudah banyak dilupakan. Menurutnya, apa yang dilakukan pemuda saat ini kebanyakan sudah tidak sesuai dengan isi Sumpah Pemuda. Dia pun setuju jika pemuda Indonesia butuh revolusi mental.
"Perlu revolusi mental untuk menyiapkan diri kita dalam menghadapi perubahan-perubahan yang signifikan di era sekarang. Kalau enggak, kita bisa jadi korban dari perubahan itu sendiri," imbuhnya saat berbincang dengan Okezone belum lama ini.
Untuk memajukan Bangsa, ucap Hayyu, dibutuhkan mental dan karakter pemuda yang kuat. Pasalnya, pemuda merupakan tulang punggung negara sehingga cita-cita Indonesia ada di tangan para pemuda.
"Sedangkan banyak pemuda yang malah mengonsumsi narkoba, balap liar, tawuran, dan lain sebagainya. Kalau pemuda zaman dulu tuh, sepertinya meski bandel tetap ada rasa peduli pada negara," terangnya.
Terlepas dari itu, mahasiswi Gunadarma itu berpendapat bahwa anak muda zaman sekarang juga banyak yang semakin pintar. "Bagusnya sih sekarang anak-anak muda sudah bisa membedakan mana yang pantas meminpin bangsa, dan mana yang enggak. Beberapa juga ada yang aktif berpendapat, meski baru melalui media sosial," tukasnya.
Rawatlah Bahasa Indonesia
Semakin berkembangnya zaman, semakin penting pula kemampuan berbahasa asing. Namun tanpa kita sadari, bahasa Indonesia bisa tergerus dengan keberadaan bahasa asing tersebut.
"Sekarang ini di banyak tempat umum seperti mall, sudah banyak anak muda Indonesia berbicara dalam bahasa inggris," ungkap Ketua Masyarakat Linguistik Indonesia Dr. Katharina E. Sukamto di Unika Atma Jaya, Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Kepala UPT Pusat Pengajaran Bahasa Unika Atma Jaya itu mencontohkan, ketika membimbing salah satu mahasiswa S-2 yang mengangkat tema Family Languange Policy pada tesisnya, dia menemukan data mengejutkan. Riset tersebut menunjukkan, ada keluarga yang menjauhkan anak-anaknya dari bahasa Indonesia. Situasi seperti ini banyak terjadi khususnya di kota-kota besar.
"Orangtua berlomba-lomba untuk bisa memasukkan anak mereka di sekolah internasional maupun bilingual. Dengan begitu, anak-anak tersebut bisa dan terbiasa berbicara bahasa Inggris dan memiliki kesempatan lebih lebar di lapangan pekerjaan," imbuhnya.
Kondisi ini sangat ironis mengingat salah satu poin Sumpah Pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dalam diskusi "Menyambut Kembali Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri" itu, Katharina pun mengajukan pertanyaan retoris.
"Sudahkah kita merawat dan memelihara bahasa yang kita banggakan ini? Karena bahasa Indonesia adalah yang bisa mempersatukan segala latar belakang untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi," tambahnya.
Sumber: Okezone
Foto: satuislam.org