loading...

Terungkap, Pelajar di Cimahi Ramai-Ramai Beli Kunci Jawaban UN

Artikel Terbaru:
loading...
Sejumlah pelajar kelas XII SMA di Kota Cimahi diketahui beramai-ramai membeli kunci jawaban sebelum melaksanakan Ujian Nasional (UN). Mereka membeli dari oknum yang sudah bertahun-tahun menjual jasa penyedia kunci jawaban di sana. Tiap murid harus merogoh kocek sedikitnya Rp 20 ribu untuk bisa mendapatkan kunci jawaban itu.

Salah seorang pelajar kelas XII SMA di Cimahi, Ranti (nama disamarkan), membeberkan bagaimana ia dan kawan-kawannya membeli kunci jawaban soal UN yang bertipe manual. Kata dia, tiap wilayah memiliki koordinator yang bertugas menawarkan teman-temannya, baik itu di sekolahnya atau sekolah lain, untuk membeli kunci jawaban tersebut.
"Ada koordinatornya, jadi dia juga yang ketemu dengan orangnya itu (penyedia kunci jawaban)," kata dia saat ditemui, Ahad (3/4).

Ranti mengatakan, koordinator tersebut pun masih berstatus pelajar yang juga duduk di bangku kelas XII SMA. Orang itulah yang mengkoordinir seluruh SMA dalam satu daerah, untuk ikut menggunakan kunci jawaban yang disediakan oknum penjual.
"Cuma dia juga yang bisa ketemu, bertransaksi dengan orang yang jual kunci jawabannya, kalau kita enggak bisa, enggak tahu juga," kata dia.

Ranti mengaku memang diajak koordianator tersebut untuk menggunakan kunci jawaban dari oknum yang diketahui berpusat di Kota Bandung. Bahkan, ini bukan pertama kalinya Ranti menggunakan jasa oknum tersebut. "Pas dulu SMP juga pakai kunci jawaban dari dia juga," kata dia.

Dana yang harus dikeluarkan tiap siswa agar bisa memiliki kunci jawaban pun berbeda-beda. Ini tergantung sekolahnya. Ada beberapa sekolah yang dipatok dengan harga Rp 20 ribu, Rp 30 ribu, Rp 80 ribu, dan bahkan ada yang lebih dari Rp 100 ribu. Ranti tidak tahu kenapa harganya bisa berbeda-beda seperti itu.

Ada empat SMA Negeri di Kota Cimahi, dan dua SMA di Kota Bandung, yang menggunakan jasa penjualan kunci jawaban milik oknum tersebut. Menurut Ranti, kunci jawaban dari oknum ini selalu tepat. Kunci jawaban itu diberikan tidak melalui kertas, tapi lewat media sosial Line. Kunci jawaban ini akan diberikan pada pukul 04.00 WIB pagi.

Ranti menyadari, saat ujian berlangsung, memang tidak diperkenankan menggunakan telepon genggam. Karena itu, saat kunci jawaban sudah diberikan, sebagian murid ada yang menyalinnya di kertas, ada pula yang membawa dua ponsel untuk kemudian diserahkan kepada pengawas satunya.

Guru, kata Ranti, mengetahuinya dari seorang murid yang mengadu. Guru ini kemudian meminta kunci jawaban yang diterima murid untuk diperiksa dulu kebenarannya. "Kita disuruh kumpul dulu pas jam 06.00 pagi di sekolah, biar kunci jawabannya diperiksa dulu," kata dia.

Ranti menuturkan tidak semua murid di sekolah yang membeli kunci jawaban itu. Dari sekitar 300 murid SMA di sekolahnya, sekitar 200-an orang yang diketahui membeli kunci jawaban dari oknum.

Kalau seandainya murid yang tidak membeli kunci jawaban itu ketahuan mendapatkan kunci jawaban, maka orang yang memberitahukannya dikenakan denda sebesar Rp 150 ribu. "Ketahuan, karena pasti ada yang mengadu," ujar dia.

Cara kerja penggunaan kunci jawaban ini, yakni murid harus memastikan terlebih dulu bahwa soal di nomor 1 sampai 5 itu benar. Jawaban pada nomor tersebut lalu disesuaikan dengan beberapa paket kunci jawaban yang disediakan oleh oknum ini.

Jika jawaban murid pada soal nomor 1 hingga nomor 5 itu benar, dan cocok dengan salah satu paket, maka dapat dipastikan paket itu adalah benar untuk soal yang ia terima. Murid pun tinggal meneruskan jawabannya hingga nomor soal terakhir. "Ya memang sih, intinya kita juga harus belajar-belajar juga," kata dia.

Total dana yang harus dikumpulkan para murid di empat SMA di Cimahi dan dua SMA di Kota Bandung itu, sebesar Rp 15 juta. Dana ini kemudian disetorkan ke oknum lewat koordinator tiap wilayah. "Kalau ada lebihnya nanti kita sedekahkan," ujar dia.

Sumber: republika.co.id

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...