Artikel Terbaru: |
loading...
Skemata Kultural, Memahami Berdasar Latar Budaya--- Dalam sebuah diskusi kelompok dengan topik Wacana dan Kebudayaan, seorang teman mempertanyakan ungkapan alon-alon waton kelakon dan mangan ora mangan kumpul, yang tidak relevan dengan zaman sekarang. Hal itu mengakibatkan kita lambat maju dan ketinggalan dibanding bangsa lain. Teman tadi membandingkan dengan ungkapan bahasa Inggris, time is money.
Ungkapan-ungkapan tersebut tak dapat kita pandang secara umum atau disamaratakan. Masing-masing orang, kelompok, suku, atau bahkan negara memiliki kultur sendiri. Dalam tataran Pragmatik, hal ini disebut dengan Skemata Kultural.
Alon-alon waton kelakon bukan menyiratkan bahwa suatu kelompok masyarakat tertentu itu bersifat lamban. Begitu pula dengan mangan ora mangan kumpul, zaman sekarang siapa juga yang mau. Alon-alon waton kelakon menyiratkan budaya kehati-hatian dan mangan ora mangan menyiratkan budaya kebersamaan.
Sesuatu yang baik dalam skemata seseorang dapat terasa sebagai sesuatu yang tidak baik dalam skemata orang lain. Hampir tak dapat dielakkan bahwa struktur-struktur pengetahuan latar belakang kita, skemata kita untuk memahami dunia, ditentukan secara kultural.
Ungkapan-ungkapan tersebut tak dapat kita pandang secara umum atau disamaratakan. Masing-masing orang, kelompok, suku, atau bahkan negara memiliki kultur sendiri. Dalam tataran Pragmatik, hal ini disebut dengan Skemata Kultural.
Alon-alon waton kelakon bukan menyiratkan bahwa suatu kelompok masyarakat tertentu itu bersifat lamban. Begitu pula dengan mangan ora mangan kumpul, zaman sekarang siapa juga yang mau. Alon-alon waton kelakon menyiratkan budaya kehati-hatian dan mangan ora mangan menyiratkan budaya kebersamaan.
Sesuatu yang baik dalam skemata seseorang dapat terasa sebagai sesuatu yang tidak baik dalam skemata orang lain. Hampir tak dapat dielakkan bahwa struktur-struktur pengetahuan latar belakang kita, skemata kita untuk memahami dunia, ditentukan secara kultural.