Artikel Terbaru: |
loading...
Sebelumnya....
Akibat kelakuan suaminya, Zubaedah mengeluh kepada ayahnya Haji Hasbullah. Secara diam-diam, dia meminta kiriman uang dari ayahnya. Uang itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak-anaknya, serta membayar utang-utangnya. Hampir tiap hari, penagih utang mendatangi rumah mereka. Anehnya, Suriaa tetap tenang.
Yang pusing tujuh keliling adalah Zubaedah karena dialah yang selalu menghadapi para penagih utang yang datang tiap hari, sedangkan Suria hanya bersembunyi saja.
Rupanya Suria mempunyai rencana untuk tidak mempedulikan semua itu. Tak lama lagi, dia akan diangkat menjadi juru tulis. Dia telah melamar untuk jabatan tersebut dan tinggal menunggu waktu saja. Dia sangat yakin bahwa lamarannya akan diterima. Karena keyakinan itulah, dia berani membeli barang lelangan di kantornya. Tidak semua barang dibelinya dengan tunai, tetapi banyak yang dibeli dengan cara berutang. Akibatnya, utang Suria semakin menumpuk.
Suria juga diam-diam telah memakai uang kas kantornya. Kelakuannya tersebut kemudian diketahui oleh atasannya. Namun, sebelum ditegur oleh atasannya, dia telah mengajukan berhenti bekerja. Memang begitulah rencananya. Setelah berhenti, dia pergi ke rumah anaknya, Abdulhalim.
Sesuai dengan rencananya, Suria langsung pindah ke rumah Abdulhalim bersama istrinya. Perangai Suria selama di rumah anaknya, dia bertingkah seolah-olah dialah kepala rumah tangga tersebut. Abdulhalim beserta istrinya menjadi salah tingkah dan kebingungan. Untuk menegur ayahnya, dia tidak berani karena takut durhaka. Namun, bila dibiarkan begitu saja, dia merasa kasihan kepada istrinya.
Orang yang merasa sangat malu terhadap tingkah laku Suria adalah Zubaedah. Rumah tangga anaknya berantakan akibat ulah suaminya. Karena tidak tahan menahan tekanan batin, Zubaedah jatuh sakit. Tidak ama kemudian, Zubaedah meninggal dunia dengan membawa hati yang penuh dengan duka nestapa.
Kematian istrinya membuat Suria sadar. Dia menyesali segala kelakuan yang telah melampaui batas selama ini. Dia menyesal telah merusak kedamaian kehidupan rumah tangga anaknya. Dia merasa bahwa dialah penyebab kematian istrinya. Karena perasaan malu dan perasaan berdosa yang sangat mendalam, Suria memutuskan meninggalkan keluarga anaknya dan pergi entah kemana. Suria pergi membawa segala kesombongan dan keangkuhannya.
Selesai
Akibat kelakuan suaminya, Zubaedah mengeluh kepada ayahnya Haji Hasbullah. Secara diam-diam, dia meminta kiriman uang dari ayahnya. Uang itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak-anaknya, serta membayar utang-utangnya. Hampir tiap hari, penagih utang mendatangi rumah mereka. Anehnya, Suriaa tetap tenang.
Yang pusing tujuh keliling adalah Zubaedah karena dialah yang selalu menghadapi para penagih utang yang datang tiap hari, sedangkan Suria hanya bersembunyi saja.
Rupanya Suria mempunyai rencana untuk tidak mempedulikan semua itu. Tak lama lagi, dia akan diangkat menjadi juru tulis. Dia telah melamar untuk jabatan tersebut dan tinggal menunggu waktu saja. Dia sangat yakin bahwa lamarannya akan diterima. Karena keyakinan itulah, dia berani membeli barang lelangan di kantornya. Tidak semua barang dibelinya dengan tunai, tetapi banyak yang dibeli dengan cara berutang. Akibatnya, utang Suria semakin menumpuk.
Suria juga diam-diam telah memakai uang kas kantornya. Kelakuannya tersebut kemudian diketahui oleh atasannya. Namun, sebelum ditegur oleh atasannya, dia telah mengajukan berhenti bekerja. Memang begitulah rencananya. Setelah berhenti, dia pergi ke rumah anaknya, Abdulhalim.
Sesuai dengan rencananya, Suria langsung pindah ke rumah Abdulhalim bersama istrinya. Perangai Suria selama di rumah anaknya, dia bertingkah seolah-olah dialah kepala rumah tangga tersebut. Abdulhalim beserta istrinya menjadi salah tingkah dan kebingungan. Untuk menegur ayahnya, dia tidak berani karena takut durhaka. Namun, bila dibiarkan begitu saja, dia merasa kasihan kepada istrinya.
Orang yang merasa sangat malu terhadap tingkah laku Suria adalah Zubaedah. Rumah tangga anaknya berantakan akibat ulah suaminya. Karena tidak tahan menahan tekanan batin, Zubaedah jatuh sakit. Tidak ama kemudian, Zubaedah meninggal dunia dengan membawa hati yang penuh dengan duka nestapa.
Kematian istrinya membuat Suria sadar. Dia menyesali segala kelakuan yang telah melampaui batas selama ini. Dia menyesal telah merusak kedamaian kehidupan rumah tangga anaknya. Dia merasa bahwa dialah penyebab kematian istrinya. Karena perasaan malu dan perasaan berdosa yang sangat mendalam, Suria memutuskan meninggalkan keluarga anaknya dan pergi entah kemana. Suria pergi membawa segala kesombongan dan keangkuhannya.
Selesai