Artikel Terbaru: |
loading...
5W1H merupakan kependekan dari What, where, when, who, why, how (ingat: kalau dilafalkan seperti bahasa Cina: wat wer wen, hu wai hau). Dalam B.Indonesia, lebih enak mengingatnya dengan membuat akronim: Adik Simba (Apa, DI mana, Kapan, SIapa, Mengapa, Bagaimana). Materi pelajaran B.Indonesia berkaitan dengan 5W1H ini mencakup empat keterampilan berbahasa (membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara), misalnya menceritakan/menulis kembali teks bacaan baik berupa berita ataupun tajuk.
APA
KRL (Kereta Rel Listrik) Serpong-Tanah Abang bertabrakan dengan truk tangki BBM yang menerobos palang perlintasan. Ledakan besar terdengar memekakkan telinga. Dua gerbong terlihat rusak parah dan terbakar.
DI MANA dan KAPAN
Tabrakan terjadi di perlintasan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013) sekitar pukul 11.30 WIB.
SIAPA dan BAGAIMANA
Warga sekitar segera berlari ke gerbong kedua membantu penumpang di dalam gerbong. Dengan memecahkan kaca dan membuka paksa pintu gerbong, para warga melihat sebagian besar penumpang di dalam adalah wanita. Sebagian besar menderita luka mereka di kaki. Kaki para korban terlihat sebagian berlumur darah, dan beberapa di antaranya mengeluhkan telapak kaki yang melepuh. Akan tetapi luka yang sama tak terjadi pada anak-anak.
"Ada anak-anak yang ternyata nggak apa-apa, padahal kaki ibunya parah," papar Jamrud, salah seorang saksi.
Para penumpang yang shock dan hanya mengalami luka ringan dibawa ke Balai RW 09 Bintaro, SDN Bintaro, dan masjid dekat lokasi. Sejumlah keluarga penumpang mulai berdatangan untuk mencari anggota keluarganya.
Belasan mobil ambulans juga masih hilir-mudik membawa satu per satu korban luka yang membutuhkan perawatan. Belasan petugas medis juga telah berada di lokasi evakuasi penumpang selamat.
Anita, salah satu korban menuturkan, ia naik KRL dari Pondok Ranji menuju Kebayoran Lama. Perempuan berusia sekitar 25 tahun itu tidak mendapat tempat duduk. Sebelum kejadian, ia bermain ponsel sambil berdiri.
"Bum! Tiba-tiba kereta gelap karena asap. Saya tidak tahu kenapa. Semua (penumpang) yang berdiri jatuh," kata Anita di Sekretariat RW 09 Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013). Anita berada di gerbong nomor 8 yang pada rangkaian itu berada di urutan pertama. Di gerbong ini pula terdapat ruangan untuk masinis. Gerbong ini menderita kerusakan terparah, bahkan sang masinis.
"Di belakang saya seperti ada yang terbakar. Semua pada teriak. Mau mecahin kaca jendela tapi tidak bisa," katanya.
Penumpang di gerbong wanita panik. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan. Selain gelap, udara di dalam KRL juga pengap. Semua hanya berteriak-teriak minta tolong.
"Lalu ada yang mecahin kaca dari luar. Saya dan yang lain keluar, dibawa ke sini," kata perempuan yang mengaku sempat terinjak saat menyelamatkan diri dari pengapnya KRL.
Anita mengaku beruntung karena sama sekali tidak terluka. Dia dan beberapa penumpang yang shock diselamatkan warga sekitar. Ada yang dibawa ke sekolah dan masjid. Kemudian mereka ditempatkan di sekretariat RW menunggu dijemput keluarga. Hingga saat ini, 6-7 penumpang masih di sekretariat yang berjarak sekitar 100 meter dari rel tersebut.
Diberitakan, sebanyak 5 orang meninggal termasuk masinis dan 68 orang luka-luka.
MENGAPA
Tabrakan terjadi diduga karena truk tangki BBM menerobos perlintasan Pondok Betung, Bintaro, sehingga kemudian ditabrak KRL yang melintas. Sebab-sebab pasti kecelakaan masih diselidiki.Peristiwa hampir serupa pernah terjadi 26 tahun silam. Dikutip dari Wikipedia ditulis peristiwa tabrakan kereta ini dikenal dengan sebutan Tragedi Bintaro yakni peristiwa tabrakan hebat dua buah kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, pada tanggal 19 Oktober 1987 yang merupakan kecelakaan terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Peristiwa ini juga menyita perhatian publik dunia mengakibatkan 156 penumpang kereta meninggal dan 300-an lebih terluka. Sebuah kereta api yang berangkat dari Rangkasbitung, bertabrakan dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Tanah Abang. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu musibah paling buruk dalam sejarah transportasi di Indonesia.
Penyelidikan setelah kejadian menunjukkan adanya kelalaian petugas Stasiun Sudimara yang memberikan sinyal aman bagi kereta api dari arah Rangkasbitung, padahal tidak ada pernyataan aman dari Stasiun Kebayoran. Hal ini dilakukan karena penuhnya jalur di stasiun Sudimara.
Berita diolah dari detik.com (Foto) dan tribunnews.com