Artikel Terbaru: |
loading...
Berita yang baik adalah berita yang lengkap informasinya, setidaknya menjawab pertanyaan 5W1H: What, where, when, who, why, how (ingat: kalau dilafalkan seperti bahasa Cina: wat wer wen, hu wai hau). Dalam B.Indonesia, lebih enak mengingatnya dengan membuat akronim: Adik Simba (Apa, DI mana, Kapan, SIapa, Mengapa, Bagaimana). Apa yang diberitakan, di mana, kapan, dan mengapa terjadi, siapa yang terlibat, dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
Selain itu masih ada kata tanya yang lain (kata tanya turunan), misalnya berapa (diturunkan dari How, yaitu How much/ how many), dari mana (diturunkan dari Where, yaitu From where).
Berikut contoh berita yang disusun kembali berdasarkan 5W1H:
Sumber: Tempo
Selain itu masih ada kata tanya yang lain (kata tanya turunan), misalnya berapa (diturunkan dari How, yaitu How much/ how many), dari mana (diturunkan dari Where, yaitu From where).
Berikut contoh berita yang disusun kembali berdasarkan 5W1H:
Apa, Di mana, Kapan, dan Siapa
Komisi Perlindungan Anak Indonesia merasa kecolongan dengan beredarnya buku "Saatnya Aku Belajar Pacaran" sejak 2010. Sekretaris KPAI Erlinda mengatakan isi buku karya TA itu berkedok tentang psikologi remaja.
Mengapa
Padahal, ujar Erlinda, isinya tentang seksual dan sangat merusak moral anak muda karena ada pesan membujuk anak untuk melakukan tindakan cabul. "Bukunya benar-benar melakukan suatu tindakan yang melanggar. Itu bisa terlihat di halaman 21, 60, 63, dan 66," kata Erlinda ketika dihubungi, Sabtu, 7 Februari 2015.
Erlinda mencontohkan, ada kalimat yang ditulis Toge seperti ini, "Aku pernah ngeseks sama dia." Lalu, halaman 60 memuat subjudul pacar ngajak ML (making love). Toge menuliskan, "Sebetulnya wajar, kok, kalau pacar ngajak kamu ML. Wajar juga kalau kamu ngajak pacarmu ML. Itu hal naluriah alamiah."
Kalimat-kalimat itulah yang Erlinda maksud membujuk rayu untuk melakukan tindakan cabul dan bisa menyesatkan para remaja. "Buku ini diduga kuat mengajari anak-anak bahwa gaya hidup sekarang bisa bebas seperti itu, padahal sangat tidak baik dengan tumbuh kembang anak," tuturnya.
Bagaimana
Buku itu memuat judul bab seperti Pedekate, Pesaing Temen Hobi, Orang Tua, Seks, Patah Hati, serta Mantan. Setiap bab terdiri atas sejumlah kumpulan tulisan. Toge menggambarkan beberapa situasi dan gaya pacaran anak muda sekarang.
Erlinda khawatir isi buku Toge ditelan mentah-mentah oleh remaja yang membacanya. "Di usia remaja itu otomatis mencari suatu jati diri, kebenaran, dan pola. Ini yang harus kita jaga." Menurut Erlinda, buku tersebut memang seolah-olah untuk edukasi seks.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga akan memanggil penulis buku Saatnya Aku Belajar Pacaran, TA. Sekretaris Jenderal KPAI Erlinda mengatakan pertemuan tersebut untuk audiensi serta meminta penjelasan dari Toge ihwal tujuan penulisan buku yang beredar sejak 2010 itu.
"Kami memanggil Toge pada 14 Februari 2015. Tapi tetap kami laporkan ke Bareskrim karena ada pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Anak," ujar Erlinda ketika dihubungi. Menurut dia, aduan ke Bareskrim tersebut merupakan sikap KPAI untuk melindungi hak anak-anak. "KPAI tidak mengkriminalkan siapa pun."
Erlinda mengungkapkan laporan ini untuk efek jera saja. KPAI, katanya, ingin mengedukasi masyarakat bahwa pemerintah bersikap tegas bila ada oknum-oknum yang berusaha merusak moral bangsa.
Selain dilaporkan KPAI ke Bareskrim, buku setebal 218 halaman itu menuai kecaman di media sosial dan media massa. Buku tersebut berisi tentang bercinta, sikap remaja atau anak baru gede seputar pacaran, dan hubungan anak dengan orang tua.
Sumber: Tempo