Artikel Terbaru: |
loading...
Pelaksanaan UN SMP Hingga ke Pelosok-- (ANTARA News) - Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SLTP dan sederajat memiliki daerah jangkauan lebih luas ketimbang pada UN tingkat SLTA sehingga para pengawas harus memberikan pelayanan hingga ke pelosok desa.
"UN SLTP/sederajat lebih kompleks, jumlah lebih besar. Lokasi SMA di kecamatan, SMP sampai ke pelosok desa. Karena itu, pengawas diharapkan lebih dekat dengan peserta, lebih responsif untuk memberi layanan," kata Mendikbud saat melakukan inspeksi mendadak ke lokasi SMP Negeri 19 Jakarta, Senin.
Kunjungan Mendikbud dan rombongan yang dilaksanakan pukul 05.00 WIB untuk meninjau langsung kesiapan panitia UN. Dalam kesempatan itu, Mohammad Nuh mengatakan kunjungan ke SMPN 19 tersebut sebagai makna simbolik untuk memberi dukungan kepada penyelenggara.
"Dedikasi mereka luar biasa, jam 05.00 WIB sudah siap di sekolah demi mempersiapkan un dengan baik. Selain itu, kami ingin memastikan dugaan-dugaan tentang adanya kebocoran soal itu tidak benar. Saya mempunyai keyakinan kebocoran naskah tidak ada," katanya.
Mendikbud mengatakan proses pengawas pelaksanaan UN melalui hirarki terstruktur dan penanggung jawabnya jelas, yakni dari provinsi, kabupaten, rayon dan subrayon.
"Masing-masing didorong untuk membangun rasa memiliki, itu yang mahal. Kalau sampai ada masalah, sudah jelas bisa ditelusuri siapa yg bertanggung jawab dan dilakukan lokalisasi struktur".
Lebih lanjut dikatakannya info mengenai daerah-daerah yang dianggap rawan kecurangan justru didapat dari masyarakat. Oleh karena itu, Kemdikbud dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai penyelenggaran UN kemudian mengirim tim ke sekolah yang diinfokan rawan kecurangan untuk membuktikan kebenarannya.
"Begitu terbukti di sekolah x terjadi kecurangan, kita ganti naskah baru atau dibatalkan. Kalau kebocoran di subrayon, maka akan diblok di subrayon itu. Ada lokalistiknya. Tidak secara nasional," ujar Mendikbud.
Kelulusan
Terkait kelulusan, Mendikbud menyatakan kelulusan UN yang menentukan adalah satuan pendidikan, bukan kementerian atau dinas. Sekolah sudah diberikan kriteria, yakni harus berkelakuan baik, telah menyelesaikan seluruh program, lulus mata pelajaran yang diujikan sekolah dan lulus UN.
"Sekolah dipersilakan, apakah si anak melanggar norma pertama atau tidak. Sekolah dapat memutuskan dengan berbagai pertimbangan, apakah anak itu bisa lulus apa tidak," ujarnya.
Dalam sidak pelaksanaan hari pertama UN SLTP dan sederajat, Mendikbud Mohammad Nuh mendatangi SMPN 19 Jakarta. Mendikbud didampingi beberapa pejabat eselon I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Agus Suradika.
Ada pun mata pelajaran pertama yang diujikan UN hari pertama ini adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris akan mengisi UN di hari kedua, Matematika di hari ketiga, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di hari terakhir.
UN SLTP tahun 2012 diikuti oleh 3.740.043 siswa dari semua jenjang SMP (SMP/MTs/SMPLB/SMPT). Jumlah tersebut berasal dari 32.451 SMP/SMPLB, 14.976 MTs, dan 2.042 SMPT. Semua peserta akan ditampung di 209.548 ruang ujian, dengan melibatkan sedikitnya 418.096 pengawas.
"UN SLTP/sederajat lebih kompleks, jumlah lebih besar. Lokasi SMA di kecamatan, SMP sampai ke pelosok desa. Karena itu, pengawas diharapkan lebih dekat dengan peserta, lebih responsif untuk memberi layanan," kata Mendikbud saat melakukan inspeksi mendadak ke lokasi SMP Negeri 19 Jakarta, Senin.
Kunjungan Mendikbud dan rombongan yang dilaksanakan pukul 05.00 WIB untuk meninjau langsung kesiapan panitia UN. Dalam kesempatan itu, Mohammad Nuh mengatakan kunjungan ke SMPN 19 tersebut sebagai makna simbolik untuk memberi dukungan kepada penyelenggara.
"Dedikasi mereka luar biasa, jam 05.00 WIB sudah siap di sekolah demi mempersiapkan un dengan baik. Selain itu, kami ingin memastikan dugaan-dugaan tentang adanya kebocoran soal itu tidak benar. Saya mempunyai keyakinan kebocoran naskah tidak ada," katanya.
Mendikbud mengatakan proses pengawas pelaksanaan UN melalui hirarki terstruktur dan penanggung jawabnya jelas, yakni dari provinsi, kabupaten, rayon dan subrayon.
"Masing-masing didorong untuk membangun rasa memiliki, itu yang mahal. Kalau sampai ada masalah, sudah jelas bisa ditelusuri siapa yg bertanggung jawab dan dilakukan lokalisasi struktur".
Lebih lanjut dikatakannya info mengenai daerah-daerah yang dianggap rawan kecurangan justru didapat dari masyarakat. Oleh karena itu, Kemdikbud dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai penyelenggaran UN kemudian mengirim tim ke sekolah yang diinfokan rawan kecurangan untuk membuktikan kebenarannya.
"Begitu terbukti di sekolah x terjadi kecurangan, kita ganti naskah baru atau dibatalkan. Kalau kebocoran di subrayon, maka akan diblok di subrayon itu. Ada lokalistiknya. Tidak secara nasional," ujar Mendikbud.
Kelulusan
Terkait kelulusan, Mendikbud menyatakan kelulusan UN yang menentukan adalah satuan pendidikan, bukan kementerian atau dinas. Sekolah sudah diberikan kriteria, yakni harus berkelakuan baik, telah menyelesaikan seluruh program, lulus mata pelajaran yang diujikan sekolah dan lulus UN.
"Sekolah dipersilakan, apakah si anak melanggar norma pertama atau tidak. Sekolah dapat memutuskan dengan berbagai pertimbangan, apakah anak itu bisa lulus apa tidak," ujarnya.
Dalam sidak pelaksanaan hari pertama UN SLTP dan sederajat, Mendikbud Mohammad Nuh mendatangi SMPN 19 Jakarta. Mendikbud didampingi beberapa pejabat eselon I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Agus Suradika.
Ada pun mata pelajaran pertama yang diujikan UN hari pertama ini adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris akan mengisi UN di hari kedua, Matematika di hari ketiga, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di hari terakhir.
UN SLTP tahun 2012 diikuti oleh 3.740.043 siswa dari semua jenjang SMP (SMP/MTs/SMPLB/SMPT). Jumlah tersebut berasal dari 32.451 SMP/SMPLB, 14.976 MTs, dan 2.042 SMPT. Semua peserta akan ditampung di 209.548 ruang ujian, dengan melibatkan sedikitnya 418.096 pengawas.