Artikel Terbaru: |
loading...
Sinopsis "Hang Tuah"-- Tersebutlah suami istri Hang Mahmud dan Hang Merdu Wati. Mereka dikaruniai seorang anak bernama Hang Tuah, Dalam rangka mencari nafkah dan guru untuk anaknya, mereka pindah dari daerah sungai Dulung ke negeri Bintan.
Di tempat yang baru itu Hang Tuah bersahabat dengan 4 orang anak yang sebaya dengannya. Mereka adalah Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu. dan Hang Kesturi. Kelima anak itu mendapat pendidikan ilmu perang dan ilmu-ilmu lain dari seorang pertapa di suatu pegunungan. Dan Hang Tuah yang terpandai di antara teman-temannya.
Kemampuan Hang Tuah sangat mengagumkan. Pada usia 10 tahun konon ia berhasil menumpas para perampok dari Siantan, daerah taklukan Majapahit. Ia juga berhasil menahan orang gila yang mengamuk dan mem- bunuh beberapa korban dengan kerisnya. Kejadian itu membuat masyarakat kagum menyaksikannya. Nama Hang Tuah menjadi terkenal.
Ketika Bendahara Raja sedang melakukan peninjauan ke daerah-daerah, tiba-tiba diserang oleh orang tak dikenal. Para pengawalnya lari pontang- panting. Bertepatan dengan itu muncul Hang Tuah bersama keempat kawannya, memberikan pertolongan dan menyelamatkan Bendahara Raja. Pembesar istana luput dari usaha pembunuhan itu berkat kepahlawanan Hang Tuah.
Peristiwa tersebut oleh Bendahara Raja dilaporkan kepada Baginda, maka dipanggillah Hang Tuah dan kawan-kawannya agar datang ke istana untuk menghadap Baginda Raja. Saat itu juga Hang Tuah bersama keempat kawannya diangkat menjadi pengawal raja, dan Hang Tuah ditunjuk sebagai komandan pasukan pengawal itu.
Berkat kesetiaannya kepada raja dan kemampuannya yang luar biasa, Hang Tuah menjadi orang kepercayaan raja. Ia menjadi orang yung berpe- ngaruh di istana. Hal tersebut kiranya membuat iri beberapa pejabat istana. Lebih-lebih setelah Hang Tuah diangkat menjadi pelaksana dialam penum- pasan kerusuhan di Siantan. Para pejabat istana itu semakin iri saja. Mereka kemudian memfitnah Hang Tuah dengan tuduhan telah berlaku tak senonoh terhadap putri-putri istana. Banyak lagi fitnah-fitnah lain yang dilontarkan para pembesar istana terhadap Hang Tuah, dan mereka mendesak raja agar menghukum Hang Tuah.
Agaknya raja termakan fitnah para pembesarnya, lalu memerintahkan Bendahara Raja untuk membunuh Hang Tuah. Bendahara Raja tahu kalau Hang Tuah sebenarnya tak bersalah dan tuduhan itu hanya fitnah semata. Oleh karena itu, Hang Tuah tidak dibunuh, tetapi diasingkan ke gunung.
Hang Tuah dianggap telah mati menjalani hukumannya. Untuk menggantikan kedudukannya di istana, diangkatlah Hang Jebat. Berita kematian Hang Tuah merupakan pukulan berat bagi seorang sahabat seperti Hang Jebat. Ia merasa sakit hati terhadap keputusan raja yang telah menjatuhkan hukuman mati kepada Hang Tuah. Atas dasar rasa setia kawan yang dimilikinya, Hang Jebat memberontak terhadap raja. Banyak pembesar istana yang menjadi korban amukannya. Istana kacau-balau, bahkan raja sendiri dalam keadaan ketakutan.
Di tengah suasana genting itu Bendahara Raja berterus-terang kepada raja bahwa Hang Tuah sebenarnya masih hidup. Waktu itu Bendahara Raja terpaksa tidak melaksanakan perintah baginda sebagaimana-mestinya karena tahu tuduhan para pembesar itu hanyalah fitnah belaka. Menurut Ben- dahara Raja, tak ada orang lain yang mampu mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh Hang Jebat kecuali Hang Tuah maka raja memerintahkan Bendahara Raja untuk memanggil Hang Tuah kembali ke istana.
Demi kesetiaannya kepada Baginda, Hang Tuah bersedia kembali ke istana. Ia segera menemui Hang Jebat yang masih terus mengacau. Hang Tuah berusaha meredakan amarah sahabatnya itu karena beranggapan Hang Tuah telah mati. Dengan terpaksa Hang Tuah harus bertempur dengan sahabat sendiri. Akhirnya Hang Jebat tewas di ujung keris Hang Tuah.
Baginda mengangkat Hang Tuah kembali pada jabatannya semula. Semua pembesar istana yang pernah menyebarkan fitnah, kini sadar dan tunduk terhadap kepemimpinan Hang Tuah.
Sejak saat itu negeri Malaka berkembang pesat. Hubungan luar negeri berjalan dengan baik sampai ke Eropa dan negara-negara Asia lainnya. Konon pada kesempatan pergi ke Eropa, Hang Tuah mampir dulu di Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Hingga masa tuanya, Hang Tuah bersama raja Malaka dan Bendaharu Raja pergi menyepi di gunung. Sedangkan kepemimpinan Malaka diserahkan kepada putri Gunung Lidang hingga akhirnya Malaka dikuasai oleh Portugis.
Di tempat yang baru itu Hang Tuah bersahabat dengan 4 orang anak yang sebaya dengannya. Mereka adalah Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu. dan Hang Kesturi. Kelima anak itu mendapat pendidikan ilmu perang dan ilmu-ilmu lain dari seorang pertapa di suatu pegunungan. Dan Hang Tuah yang terpandai di antara teman-temannya.
Kemampuan Hang Tuah sangat mengagumkan. Pada usia 10 tahun konon ia berhasil menumpas para perampok dari Siantan, daerah taklukan Majapahit. Ia juga berhasil menahan orang gila yang mengamuk dan mem- bunuh beberapa korban dengan kerisnya. Kejadian itu membuat masyarakat kagum menyaksikannya. Nama Hang Tuah menjadi terkenal.
Ketika Bendahara Raja sedang melakukan peninjauan ke daerah-daerah, tiba-tiba diserang oleh orang tak dikenal. Para pengawalnya lari pontang- panting. Bertepatan dengan itu muncul Hang Tuah bersama keempat kawannya, memberikan pertolongan dan menyelamatkan Bendahara Raja. Pembesar istana luput dari usaha pembunuhan itu berkat kepahlawanan Hang Tuah.
Peristiwa tersebut oleh Bendahara Raja dilaporkan kepada Baginda, maka dipanggillah Hang Tuah dan kawan-kawannya agar datang ke istana untuk menghadap Baginda Raja. Saat itu juga Hang Tuah bersama keempat kawannya diangkat menjadi pengawal raja, dan Hang Tuah ditunjuk sebagai komandan pasukan pengawal itu.
Berkat kesetiaannya kepada raja dan kemampuannya yang luar biasa, Hang Tuah menjadi orang kepercayaan raja. Ia menjadi orang yung berpe- ngaruh di istana. Hal tersebut kiranya membuat iri beberapa pejabat istana. Lebih-lebih setelah Hang Tuah diangkat menjadi pelaksana dialam penum- pasan kerusuhan di Siantan. Para pejabat istana itu semakin iri saja. Mereka kemudian memfitnah Hang Tuah dengan tuduhan telah berlaku tak senonoh terhadap putri-putri istana. Banyak lagi fitnah-fitnah lain yang dilontarkan para pembesar istana terhadap Hang Tuah, dan mereka mendesak raja agar menghukum Hang Tuah.
Agaknya raja termakan fitnah para pembesarnya, lalu memerintahkan Bendahara Raja untuk membunuh Hang Tuah. Bendahara Raja tahu kalau Hang Tuah sebenarnya tak bersalah dan tuduhan itu hanya fitnah semata. Oleh karena itu, Hang Tuah tidak dibunuh, tetapi diasingkan ke gunung.
Hang Tuah dianggap telah mati menjalani hukumannya. Untuk menggantikan kedudukannya di istana, diangkatlah Hang Jebat. Berita kematian Hang Tuah merupakan pukulan berat bagi seorang sahabat seperti Hang Jebat. Ia merasa sakit hati terhadap keputusan raja yang telah menjatuhkan hukuman mati kepada Hang Tuah. Atas dasar rasa setia kawan yang dimilikinya, Hang Jebat memberontak terhadap raja. Banyak pembesar istana yang menjadi korban amukannya. Istana kacau-balau, bahkan raja sendiri dalam keadaan ketakutan.
Di tengah suasana genting itu Bendahara Raja berterus-terang kepada raja bahwa Hang Tuah sebenarnya masih hidup. Waktu itu Bendahara Raja terpaksa tidak melaksanakan perintah baginda sebagaimana-mestinya karena tahu tuduhan para pembesar itu hanyalah fitnah belaka. Menurut Ben- dahara Raja, tak ada orang lain yang mampu mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh Hang Jebat kecuali Hang Tuah maka raja memerintahkan Bendahara Raja untuk memanggil Hang Tuah kembali ke istana.
Demi kesetiaannya kepada Baginda, Hang Tuah bersedia kembali ke istana. Ia segera menemui Hang Jebat yang masih terus mengacau. Hang Tuah berusaha meredakan amarah sahabatnya itu karena beranggapan Hang Tuah telah mati. Dengan terpaksa Hang Tuah harus bertempur dengan sahabat sendiri. Akhirnya Hang Jebat tewas di ujung keris Hang Tuah.
Baginda mengangkat Hang Tuah kembali pada jabatannya semula. Semua pembesar istana yang pernah menyebarkan fitnah, kini sadar dan tunduk terhadap kepemimpinan Hang Tuah.
Sejak saat itu negeri Malaka berkembang pesat. Hubungan luar negeri berjalan dengan baik sampai ke Eropa dan negara-negara Asia lainnya. Konon pada kesempatan pergi ke Eropa, Hang Tuah mampir dulu di Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Hingga masa tuanya, Hang Tuah bersama raja Malaka dan Bendaharu Raja pergi menyepi di gunung. Sedangkan kepemimpinan Malaka diserahkan kepada putri Gunung Lidang hingga akhirnya Malaka dikuasai oleh Portugis.