Artikel Terbaru: |
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info tentang kutipan berita pendidikan: Lembar Jawaban Fotokopian, Terbaca "Scanner" Tidak ya?-- KOMPAS.com — Kisruh Ujian Nasional 2013 yang tak kunjung selesai ini membuat banyak siswa merasa khawatir akan nasib hasil ujian yang mereka kerjakan. Bahkan, tidak sedikit yang cemas mengenai kelulusan. Bukan karena tidak bisa mengerjakan, melainkan khawatir karena teknis pengerjaan yang tidak sesuai.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa para siswa yang menggunakan lembar jawab ujian nasional (LJUN) fotokopian mengalami kekhawatiran apakah hasil ujiannya dapat terkoreksi dengan baik dan benar.
"LJUN-nya fotokopian dan soalnya juga fotokopian. Lalu ada sistem barcode di soal itu. Muncul kekhawatiran, jawabannya akan bisa di-scan atau tidak," kata Retno saat jumpa pers terkait UN 2013 di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Kamis (18/4/2013).
Seperti diketahui, kasus LJUN dan naskah soal yang terpaksa difotokopi ini ternyata nyaris terjadi di semua wilayah penyelenggara UN tahun ini. Dari naskah soal yang kurang atau tertukar, hingga LJUN yang tipis dan mudah robek saat dihitamkan atau saat dihapus oleh siswa.
Retno juga tidak yakin bahwa LJUN yang difotokopi untuk anak-anak itu bisa ditandai dengan baik sehingga saat pemindaian akan dipilah tersendiri. Pasalnya, jumlah LJUN fotokopian tersebut cukup banyak dan terjadi hampir di semua wilayah. Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri nantinya.
"Banyak kejadian yang seperti ini. Tentu akan berpotensi merugikan siswa karena LJUN yang difotokopi bisa saja tidak terbaca. Meski ditandai, kok rasanya tetap tidak yakin," ujar Retno.
Berdasarkan data yang diterima oleh FSGI, kekurangan soal yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, dan Banten ini akhirnya membuat panitia menggandakan soal dan LJUN. Hal serupa juga terjadi di Bandung, Kalimantan, dan Kediri. Lantaran kekurangan, bisa saja satu ruangan, mau tidak mau, harus fotokopi soal agar bisa tetap ujian.
kompas.com
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa para siswa yang menggunakan lembar jawab ujian nasional (LJUN) fotokopian mengalami kekhawatiran apakah hasil ujiannya dapat terkoreksi dengan baik dan benar.
"LJUN-nya fotokopian dan soalnya juga fotokopian. Lalu ada sistem barcode di soal itu. Muncul kekhawatiran, jawabannya akan bisa di-scan atau tidak," kata Retno saat jumpa pers terkait UN 2013 di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Kamis (18/4/2013).
Seperti diketahui, kasus LJUN dan naskah soal yang terpaksa difotokopi ini ternyata nyaris terjadi di semua wilayah penyelenggara UN tahun ini. Dari naskah soal yang kurang atau tertukar, hingga LJUN yang tipis dan mudah robek saat dihitamkan atau saat dihapus oleh siswa.
Retno juga tidak yakin bahwa LJUN yang difotokopi untuk anak-anak itu bisa ditandai dengan baik sehingga saat pemindaian akan dipilah tersendiri. Pasalnya, jumlah LJUN fotokopian tersebut cukup banyak dan terjadi hampir di semua wilayah. Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri nantinya.
"Banyak kejadian yang seperti ini. Tentu akan berpotensi merugikan siswa karena LJUN yang difotokopi bisa saja tidak terbaca. Meski ditandai, kok rasanya tetap tidak yakin," ujar Retno.
Berdasarkan data yang diterima oleh FSGI, kekurangan soal yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, dan Banten ini akhirnya membuat panitia menggandakan soal dan LJUN. Hal serupa juga terjadi di Bandung, Kalimantan, dan Kediri. Lantaran kekurangan, bisa saja satu ruangan, mau tidak mau, harus fotokopi soal agar bisa tetap ujian.
kompas.com