Artikel Terbaru: |
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info tentang kutipan berita pendidikan: Mendikbud: Usulan Hapus UN Tak Mesti Diikuti-- KOMPAS.com — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh angkat bicara soal adanya usulan penghapusan ujian nasional (UN) menyusul kekacauan dalam penyelenggaraan UN. Menurut Nuh, usulan boleh saja digulirkan, tetapi tak harus dipenuhi.
"Usulan untuk menghapus UN memang sejak dulu sudah ada, bahkan sejak 2.500 tahun lalu. Namanya usulan kan tidak mesti diikuti, kalau ada usul jalankan UN bagaimana," kata Nuh saat ditemui di kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (23/4/2013).
Hingga saat ini, pemerintah masih melakukan evaluasi terkait pelaksaan UN. Meski pelaksanaan UN saat ini banyak masalah, pihaknya akan terus mengevaluasi agar pelaksanaan UN ke depan bisa lebih baik dibanding saat ini.
"Ke depan, akan diperbaiki penyelenggaraannya, bukan UN-nya. Bahkan, ada usulan ujian elektronik (e-exam). Ini terbuka setiap tahun kita lakukan evaluasi," jelasnya.
Hingga saat ini, Nuh berpikir bahwa masalah UN saat ini, terutama UN di tingkat SMA, disebabkan oleh persoalan di percetakan. Nuh mengakui bahwa hal ini disebabkan oleh percetakan tidak tepat waktu dalam mencetak soal UN.
"Bila tidak ada masalah di percetakan, pasti tidak ada masalah seperti saat ini," tambahnya.
Nuh juga mengingatkan bahwa penyelenggaraan UN untuk jenjang SMP/MTs dinilai lebih baik dibanding pelaksanaan di tingkat SMA. Pemerintah, lanjutnya, telah mengambil langkah untuk mengalihkan tugas ke percetakan yang lain karena tidak ingin UN di tingkat SMP/MTs bernasib sama dengan di tingkat SMA.
"Kalau kita gunakan percetakan yang sama, tidak mungkin dilaksanakan kemarin. Percetakan khusus soal SMA saja butuh waktu 2-3 minggu. Kalau percetakan soal SMP diserahkan ke dia (Ghalia Printing), bisa keburu kiamat nanti," tambahnya.
Karena percetakan diambil alih, Nuh memberikan waktu pencetakan soal selama tiga hari. Harapannya, pelaksanaan UN di SMP tidak akan diundur, hanya pelaksanaannya yang mundur beberapa jam, tetapi masih di hari yang sama.
"Saya menganggap, selama masih dalam waktu hari yang sama, sudah bersyukur. Ini kan masih selisih dua jam saja," jelasnya.
"Usulan untuk menghapus UN memang sejak dulu sudah ada, bahkan sejak 2.500 tahun lalu. Namanya usulan kan tidak mesti diikuti, kalau ada usul jalankan UN bagaimana," kata Nuh saat ditemui di kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (23/4/2013).
Hingga saat ini, pemerintah masih melakukan evaluasi terkait pelaksaan UN. Meski pelaksanaan UN saat ini banyak masalah, pihaknya akan terus mengevaluasi agar pelaksanaan UN ke depan bisa lebih baik dibanding saat ini.
"Ke depan, akan diperbaiki penyelenggaraannya, bukan UN-nya. Bahkan, ada usulan ujian elektronik (e-exam). Ini terbuka setiap tahun kita lakukan evaluasi," jelasnya.
Hingga saat ini, Nuh berpikir bahwa masalah UN saat ini, terutama UN di tingkat SMA, disebabkan oleh persoalan di percetakan. Nuh mengakui bahwa hal ini disebabkan oleh percetakan tidak tepat waktu dalam mencetak soal UN.
"Bila tidak ada masalah di percetakan, pasti tidak ada masalah seperti saat ini," tambahnya.
Nuh juga mengingatkan bahwa penyelenggaraan UN untuk jenjang SMP/MTs dinilai lebih baik dibanding pelaksanaan di tingkat SMA. Pemerintah, lanjutnya, telah mengambil langkah untuk mengalihkan tugas ke percetakan yang lain karena tidak ingin UN di tingkat SMP/MTs bernasib sama dengan di tingkat SMA.
"Kalau kita gunakan percetakan yang sama, tidak mungkin dilaksanakan kemarin. Percetakan khusus soal SMA saja butuh waktu 2-3 minggu. Kalau percetakan soal SMP diserahkan ke dia (Ghalia Printing), bisa keburu kiamat nanti," tambahnya.
Karena percetakan diambil alih, Nuh memberikan waktu pencetakan soal selama tiga hari. Harapannya, pelaksanaan UN di SMP tidak akan diundur, hanya pelaksanaannya yang mundur beberapa jam, tetapi masih di hari yang sama.
"Saya menganggap, selama masih dalam waktu hari yang sama, sudah bersyukur. Ini kan masih selisih dua jam saja," jelasnya.