loading...

Alih Kode dalam Percakapan Telepon Ahmad Fathanah dengan Luthfi Hasan Ishaq

Artikel Terbaru:
loading...
Alih Kode dalam Percakapan Telepon Ahmad Fathanah dengan Luthfi Hasan Ishaq--
Dalam gejala bahasa, ada istilah alih kode dan campur kode. Terdapat perbedaan yang cukup nyata di antara keduanya, alih kode terjadi dengan masing-masing bahasa yang digunakan masih memiliki otonomi masing- masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu, sedangkan campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah berupa serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode. Unsur bahasa lain hanya disisipkan pada kode utama atau kode dasar.
Contoh campur kode dan alih kode dapat ditemukan pada transkrip percakapan dua politisi terkait tindak korupsi pengurusan daging impor, Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaq. Contoh campur kode yang paling jelas adalah pada lagu-lagu boyband/girlband yang sekarang menjamur, seperti lagu Dilema Cherrybelle.

Seperti dikutip dari Kompas, Tim jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutar rekaman pembicaraan telepon antara mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq dan orang dekatnya, Ahmad Fathanah, dalam persidangan kasus kuota impor daging sapi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat (17/5/2013).

Dari sadapan yang diputar pada persidangan perkara suap kuota impor daging sapi dengan terdakwa Juard Effendi dan Aria Abdi Effendi itu, terungkap bahwa Luthfi berjanji akan meminta tambahan kuota impor daging sapi kepada Menteri Pertanian Suswono sebanyak 10.000 ton. Fathanah mengatakan, ada fee sebesar Rp 40 miliar.

Tim jaksa penuntut umum KPK memutar sadapan itu karena Fathanah terlihat berbelit-belit dalam menyampaikan keterangannya. Tampak transkrip rekaman pembicaraan itu dipampang tim jaksa KPK pada layar di tengah persidangan.
Menanggapi rekaman pembicaraan yang diputar tim jaksa KPK ini, Fathanah tetap berkelit. Dia mengaku masih menganggap isi perkataan Luthfi dalam rekaman itu hanyalah sekadar bercanda.
"Antara percaya dan tidak, tapi saya minta dengarkan," kata Fathanah kepada jaksa KPK dalam persidangan.

Terlihat dari transkrip itu percakapan antara Fathanah dan Luthfi mulanya dibuka dengan obrolan seputar istri. "Istri-istri antum (Luthfi) sudah menunggu semua," ucap Fathanah sambil terkekeh. Luthfi pun membalas ucapan Fathanah dengan bertanya, "Yang mana saja?" kata Luthfi yang saat itu juga mengaku masih berada di Riau.

Selanjutnya, percakapan kedua orang ini lebih banyak menggunakan bahasa Arab. Menurut jaksa KPK, percakapan ini berkaitan dengan kepengurusan tambahan kuota impor daging sapi untuk PT Indoguna Utama. Terlihat dalam transkrip pembicaraan, Luthfi berencana mengajak Direktur PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman bertemu dengan Menteri Pertanian Suswono.

Luthfi pun meminta Fathanah menyuruh Maria mempersiapkan data-data yang dapat meyakinkan Suswono kalau swasembada daging justru mengancam ketahanan pangan sehingga keran impor harus dibuka lebih lebar.
"Pertama, dia harus bisa yakinkan Menteri (Suswono) bahwa data BPS itu tidak benar. Bahwa swasembada itu mengancam ketahanan daging kita. Kalau bisa dia (Elizabeth) bawa data," ujar Luthfi kepada Fathanah seperti dalam transkrip rekaman.

Selain itu, Fathanah juga mengatakan kepada Luthfi bahwa Indoguna Utama hanya meminta tambahan kuota 8.000 ton. Dari 8.000 ton yang diminta itu, ada fee Rp 40 miliar yang dijanjikan. Fee ini dihitung dari 8.000 ton dikalikan dengan Rp 5.000 per kilogramnya.

"Annukhud arbain milyar cash (ada Rp 40 miliar tunai)," kata Fathanah kepada Luthfi seperti dalam transkrip pembicaraan itu.

Namun, Lutfi justru menjanjikan lebih. Dia berjanji mengupayakan 10.000 ton tambahan impor daging sapi. "Ana akan minta full-lah ya," ucap Luthfi.

Lalu, dijawab Fathanah dengan, "Sepuluh ribu ya, berarti Rp 50 miliar."

Berikut transkrip lengkap percakapan Luthfi (L) dengan Fathanah (F):
L : Waduh
F: Hahaha
L : Yang mana aja
F : Ada semuanya
L : Yang pustun pustun apa jawa sarkia?
F : Pustun
L : Hehehe..
F : He he he.. kapan an?
L: Haaa?
F: Kapan datang?
L : Ana nanti malam naik pesawat dari sini jam setengah sepuluh, dari dari Riau. Ee terus besok sore ke Medan
F : Ke Jakartanya kapan?
L : Haa?
F : Ke Jakartanya?
L : Nanti malam
F : Jadi sempat ke Jakarta ntar malem?
L : Ya nanti malam pulang sebentar
F : He eh
L : Jam, dari sini jam setengah sepuluh sampai situ mungkin sekitar jam sebelasan kali ya
F : He eh
L : He eh
F : Ke Ibu EL kapan kita bakten?
L : Nah..ana kan kasih jadwal, mudah-mudahan besok pagi atau..
F : Besok pagi. Ismak ismak e kalam la arab ya ana. Ee ee huwa hiya tukdhil khamaniya alaf batruk ton alheim
L : He eh
F : Ee tsamaniya (tertulis khamaniya) alaf alheim ee huwa hiya ta I dunna kullu annukhud arbain miliar cash
L : E he
F : Laham to allaf
L : Hiya turid kam turid e
F : Ya
L : Ee tahil kam tsamania fakod
F : Kalau bisa asyara dua puluh ribu tiga puluh ribu tapi yang riil yang dia mau masukkan itu adalah lapan ribu
L : Ya. ya oke. Jadi itu ada dua ya
F : Hee
L : Ada dua ee ada dua hal. Pertama dia harus meyakinkan menteri
F : Iyak
L : Tentang teorinya itu yang itu bahwa data BPS itu tidak benar
F : Iyak. Iyak
L : Dan bahwa swasembada itu mengancam ketahanan daging kita di dalam negeri
F : Iyak
L : Eee. Ee itu kalau bisa dia bawa-bawa data
F : Ada ada sudah siap
L : He eh terus kemudian. Ee baru yang kedua
F : Ee
--
F : Iya
L : Kalau besok pagi-pagi bisa nggak dia kira-kira?
F : Dia udah punya data konkrit tentang data BPS, dia udah punya data konkrit tentang swasembada itu, tidak jelas, tidak jelas peruntukannya
L : Ya ya oke. Ee nanti ana akan minta jadwal pagi, mungkin di rumahnya Pak Menteri atau apa
F : Besok pagi, thoyib
L : Ya, nanti pagi-pagi ente
F : Ya, endu nalat
L : Ha
F : Kis nalan arbain milyar ar. Saha
L : E ro fak de (tidak jelas) faham ya rojulas (tidak jelas) laila laila tamurro alaiyaa fil mator
F : Thoyib ana hud ka fil mator laila mubasyaroh
L : Makasih
F : Fillah
L : Ana tak faham ana jik ra (tidak jelas)
F : Khulud SJ Cruiser itu jangan diisi premium, rusak itu
L : Enggak enggak. Ya Pertamax Pertamax
F : Ana sudah bilang si sapa namanya si Imron, Imron kamu pegang jerigen dua tiga biji untuk anu cadangan kalau dia kosong di tengah jalan nggak ada itu pompa bensin harus isi Pertamax
L : Sudah-sudah
F : Langsung but.

Pada kutipan di atas, jika kata-kata dalam percakapan itu menggunakan satu kata saja (yang berbahasa Arab), itu merupakan campur kode. Jika utuh dalam satu kalimat maka disebut alih kode.

Faktor-faktor penyebab alih kode.
1. Pembicara dan Pribadi Pembicara
2. Mitra Bicara
3. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung
4. Modus Pembicaraan
5. Topik
6. Fungsi dan Tujuan
7. Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa

Alih kode terjadi dalam masyarakat bahasa bilingual, multilingual maupun monolingual. Alih kode terjadi untuk menyesuaikan diri dengan peran, atau adannya tujuan tertentu. Menurut jenisnya, alih kode dibedakan menjadi alih bahasa, alih ragam, dan alih tingkat tutur. Ditinjau dari segi tataran, alih kode terdiri atas alih tataran fonem, alih tataran kata/frasa, dan alih tataran kalimat. Alih kode juga dapat digolongkan menurut sifatnya, yaitu alih kode sementara dan alih kode permanen; sedangkan menurut penyebabnya, alih kode terjadi karena faktor (1) pribadi pembicara, (2) kedudukan, (3) hadirnya orang ketiga, dan (4) pokok pembicaraan atau topik.

Campur kode terjadi dalam masyarakat bilingual, multilingual maupun monolingual. Campur kode dapat terjadi tanpa adanya sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut adanya pencampuran bahasa, tetapi dapat juga disebabkan faktor kesantaian, kebiasaan atau tidak adanya padanan yang tepat.

Menurut jenisnya, campur kode dibedakan menjadi campur bahasa, campur ragam, dan campur tingkat tutur. Ditinjau dari segi tataran bahasa, campur kode terdiri atas tataran fonem, tataran kata/frasa, dan tataran kaliamt. campur kode dapat digolongkan menurut sifatnya, yaitu campur kode sementara (interferensi) dan campur kode permanen (integrasi). Dalam analisis data di atas terjadi alih kode dan campur kode yang cukup bervariasi.
Korpus data dalam laporan ini sangat terbatas sehingga tidak mampu menjaring setiap bentuk alih kode dan campur kode dari berbagai perspektif. Oleh karena itu, pada kesempatan lain rasanya perlu diupayakan korpus data yang lebih memadai agar kajian tentang alih kode dan campur kode menjadi lebih lengkap.

Sumber Transkrip: kompas.com dan tribunnews.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...