Artikel Terbaru: |
loading...
Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu berbagi info tentang kutipan berita pendidikan: UN SD 2013 : Soal UN SD Mayoritas Dibuat dari Daerah-- Harianjogja.com-- Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UN ) SD tetap dilaksanakan serempak secara nasional pada 6-8 Mei 2013. Hanya komposisi pembuatan soal lebih ditekankan pada kondisi daerah.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpor) DIY, Baskara Aji menjelaskan berbeda dengan UN tingkat SMP dan SMA sederajat, kewenangan untuk UN SD dan sederajat lebih menitikberatkan pada kondisi daerah.
Sesuai Prosedur Operasi Standar (POS) UN 2013, kewenangan pembuatan soal mayoritas diberikan pada daerah dengan komposisi 75% dari daerah dan 25% dari pusat.
“Dengan komposisi 75 persen dari daerah, kita akan tahu peta kemampUN siswa secara nasional sekaligus bisa dipakai sebagai evaluasi kinerja di daerah,” terang dia saat ditemui di kantor Disdikpora DIY Jumat (3/5).
Menurutnya komposisi yang lebih menekankan pada kondisi daerah merupakan parameter yang tepat. Sebab bagaimanapun juga pengukuran kompetensi nasional tetap diperlukan.
Hasil ujian tersebut juga dapat mengetahui daya serap siswa, standarisasi pelayanan minimal dll. Disatu sisi, setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda sehingga diperlukan penyesuaian.
Penentan kelulusan sendiri juga ditentukan oleh guru atau sekolah, bukan mengacu pada nilai UN semata. Pasalnya pihak yang dianggap mengetahui kemampuan siswa ialah guru maupun sekolah.
Aji menilai kebijakan ini dapat diterapkan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA sederajat. Hanya ia tidak mengetahui apakah komposisi serupa dapat diterapkan pada UN mendatang.
Soal UN SD sederajat di DIY disusun oleh guru, pengawas dan unsur PT. Proses distribusi akan dimulai pada hari ini (4/5) dari tingkat provinsi ke kelompok kerja (pokja) masing-masing kabupaten kota. Sementara pengawasan akan dilakukan oleh pokja dan kepolisian setempat.
Perbedaan lain pada pelaksanaan UN SD dibandingkan UN jenjang pendidikan lain terletak pada jumlah paket soal. Dalam satu kelas hanya tersedia dua paket soal, satu paket soal untuk peserta UN, sedang satu paket soal untuk UN susulan.
“Jadi dalam satu kelas akan ada soal yang sama dan tidak ada barcode,” terang Aji.
Kendati demikian, ia menjamin ketersediaan soal khusus baik bagi siswa tuna netra yang membutuhkan soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) braille maupun siswa low vision yang membutuhkan soal dan LJUN dengan ukuran huruf yang lebih besar.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpor) DIY, Baskara Aji menjelaskan berbeda dengan UN tingkat SMP dan SMA sederajat, kewenangan untuk UN SD dan sederajat lebih menitikberatkan pada kondisi daerah.
Sesuai Prosedur Operasi Standar (POS) UN 2013, kewenangan pembuatan soal mayoritas diberikan pada daerah dengan komposisi 75% dari daerah dan 25% dari pusat.
“Dengan komposisi 75 persen dari daerah, kita akan tahu peta kemampUN siswa secara nasional sekaligus bisa dipakai sebagai evaluasi kinerja di daerah,” terang dia saat ditemui di kantor Disdikpora DIY Jumat (3/5).
Menurutnya komposisi yang lebih menekankan pada kondisi daerah merupakan parameter yang tepat. Sebab bagaimanapun juga pengukuran kompetensi nasional tetap diperlukan.
Hasil ujian tersebut juga dapat mengetahui daya serap siswa, standarisasi pelayanan minimal dll. Disatu sisi, setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda sehingga diperlukan penyesuaian.
Penentan kelulusan sendiri juga ditentukan oleh guru atau sekolah, bukan mengacu pada nilai UN semata. Pasalnya pihak yang dianggap mengetahui kemampuan siswa ialah guru maupun sekolah.
Aji menilai kebijakan ini dapat diterapkan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA sederajat. Hanya ia tidak mengetahui apakah komposisi serupa dapat diterapkan pada UN mendatang.
Soal UN SD sederajat di DIY disusun oleh guru, pengawas dan unsur PT. Proses distribusi akan dimulai pada hari ini (4/5) dari tingkat provinsi ke kelompok kerja (pokja) masing-masing kabupaten kota. Sementara pengawasan akan dilakukan oleh pokja dan kepolisian setempat.
Perbedaan lain pada pelaksanaan UN SD dibandingkan UN jenjang pendidikan lain terletak pada jumlah paket soal. Dalam satu kelas hanya tersedia dua paket soal, satu paket soal untuk peserta UN, sedang satu paket soal untuk UN susulan.
“Jadi dalam satu kelas akan ada soal yang sama dan tidak ada barcode,” terang Aji.
Kendati demikian, ia menjamin ketersediaan soal khusus baik bagi siswa tuna netra yang membutuhkan soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) braille maupun siswa low vision yang membutuhkan soal dan LJUN dengan ukuran huruf yang lebih besar.